Rabu, 13 April 2011

Surga diwujudkan dalam diri seseorang

 Dalam Al-Quran Allah swt berfirman :
"Berilah kabar suka kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh bahwasanya untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sunga".  (Al-Baqarah, 2 : 26).

Dalam ayat ini Allah swt mengemukakan keimanan sebagai kebun yang di bawahnya dialiri sungai-sungai. Disini dikemukakan hubungan antara air dengan kebun sebagaimana hubungan keimanan dengan amal perbuatan. Sebagaimana tidak ada kebun yang mungkin hidup tanpa air, begitu juga dengan keimanan yang tidak akan hidup tanpa amal saleh. Dengan demikian, apakah surga itu? Surga itu adalah perwujudan dari keimanan dan amal saleh manusia. Sebagaimana halnya dengan neraka, surga pun bukan sesuatu yang berasal dari luar. Surga setiap manusia dilahirkan dari dirinya sendiri.

Ingatlah! Segala berkat yang dikaruniakan sesungguhnya merupakan perwujudan dari kesalehan di dunia. Keimanan hakiki mirip dengan pohon sedangkan amal saleh merupakan sungai yang mengairinya guna menjaga kelestarian kehijauan dan keindahannya. Di dunia segala hal itu terlihat sebagai dalam mimpi, tetapi di akhirat nanti semuanya akan dirasa dan dilihat sebagai realitas. Itulah sebabnya ketika para penghuni surga dianugrahi dengan berbagai karunia itu mereka akan mengatakan :

"Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu@ dan akan diberikan kepada mereka yang hampir serupa" (Al-Baqarah, 2 : 26).

Tidak berarti bahwa di surga nanti kita akan diberikan susu, madu, buah anggur, delima dan lain-lain yang kita makan di dunia ini. Semuanya akan berbeda kecuali namanya saja sebagai tamsil. Semua itu diuraikan secara phisikal, tetapi kita diberitahukan bahwa semua itu jika dimakan akan mencerahkan nurani dan menciptakan pemahaman Ilahi yang lebih mendalam. Sumbernya adalah kalbu dan ketakwaan.

Tidak berarti bahwa sebagaimana kita menikmati susu, madu, buah anggur, delima dan lain-lain di dunia ini, lalu barang itu juga yang disediakan di ahirat. Sama sekali tidak demikian. Semua barang-barang tersebut, baik jenis mau pun kondisinya, secara total berbeda kecuali pada penamsilan namanya saja. Meskipun semua keberkatan itu dicontohkan dalam istilah-istilah yang konkrit, pada saat bersamaan dijelaskan juga kalau semua berkat tersebut akan mencerahkan kalbu dan menuntun kita kepada pemahaman Ilahi yang lebih baik. Sumbernya adalah kalbu dan kebenaran.

Pengertian dari "yang telah diberikan kepada kami dahulu" tidak berarti bahwa barang-barang itu merupakan karunia ragawi di dunia ini. Sama sekali tidak demikian. Apa yang dimaksud Tuhan dalam ayat ini ialah setiap orang mukmin yang berlaku takwa maka mereka sendiri yang akan mencipta surga di bumi dimana buahnya pun akan mereka nikmati di akhirat juga. Sebagaimana mereka telah mengecap buah tersebut di dunia secara ruhaniah, mereka akan mengenalinya kembali di akhirat nanti dan berseru menyatakan : "Ini adalah buah dan kenikmatan ruhaniah yang sama seperti yang kita rasakan di dunia". Mereka yang menyembah Tuhan dan memiliki wawasan keruhanian pasti akan mengenalinya kembali.

Demikian itulah filosofi tentang surga dan neraka. Namun jangan dilupakan bahwa azab di dunia ditujukan sebagai peringatan dan pelajaran serta merupakan bagian dari sistem pendisiplinan. Seperti juga terdapat keterkaitan antara kenegarawanan dengan pengampunan, maka azab tersebut merupakan refleksi dari keterkaitan tersebut. Tingkah laku manusia semuanya direkam dan disimpan seperti halnya suara direkam dalam piringan hitam atau sarana audio. Hanya mereka yang memiliki wawasan yang bisa menarik kesenangan dan kemaslahatan dalam merenungi sistem ini. (Malfuzat, vol. III, hal. 25-30).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar