Senin, 06 Juni 2011

Anak-Anak (Menjadi) Perantau

Rabu, 13 Februari 2002. Selagi melintasi kota Selong, Ruhiyatun Fajri terkejut di persimpangan pertama. Dia melihat sebuah toko kelontong hancur. Pintu depan rusak. Barang-barang toko berserakan. Ada garis kuning polisi terbentang di depan toko. Kantor Kepolisian Resor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, berjarak lima puluh meter di arah utara.

Atun, demikian dia biasa disapa, segera mempercepat langkah. Siang itu, dia sedang berjalan kaki pulang dari sekolah, melewati kota, menuju rumahnya di ujung Kampung Sawing, dua kilometer dari kantor bupati. Selama perjalanan pulang, pikiran siswi kelas dua Sekolah Menengah Pertama 2 Selong ini tertuju pada rumah sahabatnya. Rumah merangkap toko yang hancur itu milik Awaluddin, ayah dari kawan-kawannya di masjid, Ema dan Ica.

Lima ratus meter sebelum mencapai rumahnya, berbelok ke kiri, ada sebuah perkampungan di antara sawah dan kebun-kebun. Namanya Kampung Montong Gamang. Atun mengenal beberapa teman di situ, salah satunya keluarga Hammatul Hayyi.

Malam sebelumnya, Hayyi menginap di rumah Malik Saifur Rahman, saudara dekat sekaligus teman satu sekolah. Rumah Hayyi berjarak tiga puluh meter dari rumah Malik. Rabu pagi itu, Hayyi dan Malik berangkat bersama ke sekolah. Malik menyebut bibi pada Hayyi dari hubungan darah mereka, meski umurnya sepantar.

Di sekolah, Hayyi mendengar beberapa anak bergunjing. Tampaknya ada yang tahu dia menginap di rumah Malik. Hayyi tak suka mendengar teman-temannya berbisik. Dia khawatir mereka membicarakan dirinya sebagai anak Ahmadi. Dia tak suka, sekaligus takut.

Ahmadi adalah sebutan bagi anggota jemaah Ahmadiyah. Ahmadiyah merupakan kelompok dalam Islam yang meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Mahdi; tanda akhir zaman yang mendapatkan nubuwat atau ilham kenabian untuk menuntun sebuah gerakan pembaharuan Islam. Bagi kelompok Islam tertentu, apa yang diyakini oleh Ahmadiyah ini dianggap sesat dan penodaan terhadap Islam.

Seusai sekolah, Malik dan Hayyi tak langsung pulang. Keluarga mereka sudah menanti di depan sekolah, membawa mereka mengungsi ke Markas Kepolisian Resor Lombok Timur. Itu hari terakhir keduanya melihat rumah.

Tiga ratus meter sebelah timur kantor bupati Lombok Timur, berdiri Masjid Khilafah, pusat aktivitas Ahmadiyah Pancor. Di masjid yang dapat menampung lima ratus orang ini anak-anak jemaah Ahmadiyah biasa bertemu. Di seberang masjid, dipisahkan jalan aspal, ada rumah Bupati Lombok Timur, Syahdan.

Dua ratus meter di belakang masjid, dihela sawah, berdiri rumah ulama Azhar Izuddin. Ada gang sedikit memutar untuk mencapainya. Rumah ini berukuran 8 x 6 meter persegi. Masing-masing anak Azhar yang berkeluarga tinggal dalam satu kamar di rumah tersebut. Keluarga Muhammad Irwan, ayah Irma Nurmayanti, menempati kamar di ruangan belakang, terpisah dari rumah induk. Dapur dan kamar mandi dipakai bersama.

Malam sebelumnya, Azhar dan pengurus Ahmadiyah berada di Masjid Khilafah. Mereka bicara soal penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyah. Rumah Rehanuddin yang pertama kali dirusak. Jaraknya hanya dua puluh meter dari rumah Azhar. Kedua rumah itu ada dalam satu gang.

Keluarga Azhar yakin, rumahnya tak mungkin diserang. Azhar ulama yang cukup disegani. Badannya tinggi besar, kulit hitam, janggut putih. Dia punya wibawa.

Sore itu, Rehanuddin datang dari kantor polisi. Dia mengajak keluarga Azhar untuk mengungsi. Rehan khawatir penyerangan itu tak berhenti pada rumahnya. Permintaan tak ditanggapi. Bahkan, beberapa jemaah ikut mengungsi ke rumah Azhar. Mereka menganggap rumah tersebut paling aman untuk berlindung.

Sebelum maghrib, seorang polisi bernama Sabri datang. Dia satu-satunya Ahmadi di Pulau Lombok yang menjadi polisi. Sabri hendak ikut salat berjemaah. Dia juga ingin melihat kondisi keluarga tersebut. Mereka memutuskan salat maghrib sekalian isya. Azhar memimpin salat.

Sekitar pukul 19.00 WITA, melingkar di ruang utama, keluarga Azhar makan bersama. Nasi dan lauk pauk disiapkan. Irma Nurmayanti duduk bersama keluarga. Dia senang makan bersama.

Suara dentingan batu beradu atap tiba-tiba mengagetkan keluarga Azhar. Sebagian atap rumah berupa lembaran seng bikin suara makin keras. Lemparan pertama berasal dari arah sawah.

Irma panik. Dia tak menduga rumahnya bakal diserang. Orang-orang terdiam. Sabri keluar dengan gesit. Naluri polisi mendorongnya segera bertindak.

DOR!

Sabri melayangkan tembakan peringatan ke udara. Hening sejenak.

Lemparan batu muncul dari arah selatan. Kini makin banyak dan suara benturannya kian bertubi dan keras. Orang-orang panik. Mereka berhamburan. Mencari perlindungan.

Irma diseret orangtuanya ke satu kamar di belakang. Dia tak sendiri. Dalam gelap, Irma melihat kamar itu penuh dengan keluarganya. Beberapa paman dan sepupu meringkuk di atas kasur. Yang lain di bawah ranjang. Irma duduk bersandar di dinding sisi pintu.

Seluruh penerangan segera padam. Irma ketakutan. Dia menangis tanpa bersuara. Dia tak bisa tidur. Hingga pukul dua malam, suara-suara lemparan batu ke rumah Azhar Izuddin terus berdentam.

***
Markas Kepolisian Resor Lombok Timur terletak di timur kota. Posisinya di sisi barat jalan mendaki. Bagian depan dibatasi pagar yang terpacak di atas tanggul. Taman rumput mengisi halaman depan. Luas gedung sekitar 30 x 15 meter persegi. Sebuah lorong di tengah-tengah membagi ruangan besar.

Di belakang kantor, berdiri sebuah bangunan. Ada tiga buah kamar mandi di sisi kanan. Tangga setinggi lima meter melingkari teras. Di atas dinding depan tertulis “Gedung Dharma Wanita”.

Gedung serbaguna itu kosong melompong. Namun, selama dua minggu, sejak serangan terhadap rumah Azhar Izuddin, gedung ini penuh dengan jemaah Ahmadiyah. Tiga ratus orang berjejal. Kadang bertambah dan berkurang. Pengungsian bergelombang ini menimbulkan  kesan campur aduk bagi anak-anak.

Atun menangis ketika ikut mengungsi. Tapi air matanya segera berhenti begitu bertemu semua teman baiknya. Dia gadis berambut pendek sebahu. Periang dan mudah bergaul. Ada bercak-bercak merah di sekitar pipinya. Beberapa teman bilang kulit Atun yang putih mirip bule.

Bersama temannya di pengungsian, dia bermain dari pagi hingga sore. Kesempatan seperti ini jarang dia dapatkan. Biasanya, anak-anak jemaah Ahmadiyah hanya bertemu sore atau akhir pekan saat berkumpul di masjid.

Para pengungsi dapat jatah mi instan. Namun, tak ada kompor. Mereka kadang menukarnya dengan nasi bungkus atau mencari makan sendiri. Pelan-pelan, mereka cari akal. Kompor dibuat dari api unggun dengan menggunakan serpihan kayu dan sampah dedaunan. Mereka menjerang air panas dengan air terisi penuh dalam botol plastik. Atun diajarkan masak demikian. Dia keheranan botol plastik ini tak meleleh sampai air mendidih.

Keriangan Atun lenyap menjelang tidur. Bangsal gedung terlalu kecil untuk seluruh pengungsi. Mereka tidur beralaskan tikar tipis. Dingin udara malam menusuk-nusuk. Semua orang berusaha mencari posisi nyaman. Kepala berdekatan dengan telapak kaki orang lain. Sebagai gadis beranjak dewasa, Atun merasa ingin sedikit memiliki ruang pribadi. Tapi dia harus tidur campur bersama lelaki.

Di gedung ini, ada tiga kamar mandi. Karena pengungsi banyak, ia digunakan bergantian dengan antrian panjang berjam-jam. Polisi kemudian mengijinkan kamar mandi di dalam kantor untuk turut digunakan. Atun senang memakai kamar mandi ini.

Bagi para orang tua, kejadian pengusiran dari kampung sulit diterima. Mereka tahu, banyak orang sebelumnya benci dengan jemaah Ahmadiyah. Sudah sering ada kejadian orang Ahmadiyah diasingkan dari keluarga, bahkan diarak keliling kota oleh saudara sendiri. Tapi, tak pernah mereka diminta mengungsi. Rumah hancur. Harta ludes. Inilah pertama kalinya mereka menghadapi gelombang kekerasan secara massal.
***
Satu persatu jemaah Ahmadiyah berkumpul di Markas Kepolisian Resor Lombok Timur. Semuanya dijemput dengan alasan sama: demi keamanan. Anggota polisi dan tentara berjanji “akan melakukan pengamanan maksimal terhadap rumah-rumah.” Beberapa pengungsi memberikan kunci rumah dan persediaan makanan kepada petugas jaga ketika diminta pergi.

Menurut Khaerudin, selama di Markas Polisi, mereka dilarang keluar. Mereka mengetahui kabar mengenai situasi kota dan rumah-rumah mereka dari kerabat dan teman yang berkunjung. Dari situ, dia memperkirakan rumahnya juga turut diserang.

Pada Jumat malam, Khaeruddin memang melihat cahaya merah dari arah kampung. Bunyi suara gemeretak atap-atap rumah dari bambu yang terbakar terdengar keras. Dia membayangkan rumah tetangganya, yang juga seorang Ahmadi, dibakar. Dia yakin rumahnya juga tinggal puing.

***
Jumat, 15 September 2002, pukul dua dini hari. Polisi membangunkan sepuluh orang. Di antaranya Musifudin, Azhar Izuddin, Syapi’in, Mahmuludin, Sulaiman Damanik, Arifin Faruk, Awaluddin, dan Amin Agus. Mereka pengurus Ahmadiyah cabang Pancor. Polisi Lombok Timur rupanya menyediakan tempat baru untuk mereka.

Amin Agus tak membawa keluarganya. Alasannya, dia seorang pendatang di Lombok Timur dan istri serta anaknya akan lebih aman bersama keluarga mereka. Apalagi, ibu mertua Amin memiliki garis darah dengan pendiri Nahdlatul Wathan.

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi Islam terbesar dan terkuat di pulau Lombok. Pusatnya di Kecamatan Pancor, Selong, dan didirikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid pada 1935. Satu blok dari Nahdlatul Wathan, berdiri Masjid Khilafah punya Ahmadiyah. Beberapa keluarga Ahmadi, termasuk mertua Amin, adalah keluarga besar pendiri Nahdlatul Wathan.

Malam itu, orang-orang dalam daftar khusus dipindahkan ke Markas Komando Distrik Militer Lombok Timur. Di lokasi baru, mereka mendapat tempat yang lebih baik. Masing-masing keluarga diberi sebuah kamar kecil di samping gedung utama. Mereka mendapat kasur, bantal, dan selimut. Sebuah kemewahan dalam situasi genting saat itu.

Namun, penjagaan sangat ketat. Mereka dilarang berkeliaran apalagi keluar dari areal gedung. Musifudin dan Azhar Izuddin gelisah. Sudah dua hari mereka tak mendengar kabar anak-istri yang berada di Markas Kepolisian Resor Lombok Timur. Amin Agus sudah pulang diam-diam ke Markas Polisi itu sehari sebelumnya, tapi tak juga ada kabar darinya. Waktu tempuh Markas Komando dan Markas Polisi hanya sepuluh menit dengan berjalan kaki.

Musifudin dan Ahzar minta ijin pulang ke Markas Polisi. Penjaga memberi ijin. Dan mereka terkejut. Rupanya, selama ini mereka masuk sel isolasi, macam tahanan khusus politik. Menurut Amin, pengasingan macam ini sudah direncanakan matang. Isolasi informasi antara Komando Distrik dan Markas Polisi juga disengaja.

Tekanan psikologis terus menerpa jemaah Ahmadiyah. Suatu hari di Jumat dan Sabtu, Kepala Kepolisian Resor Lombok Timur, Wiguna, mengumpulkan pengungsi laki-laki di musala, samping kiri gedung. Wiguna memberikan kabar bahwa seluruh pengurus Ahmadiyah di Komando Distrik Militer sudah menyatakan keluar dari Ahmadiyah.

”Siapa yang ingin tinggal di Lombok Timur?” tanya Wiguna kemudian.

Beberapa orang pun mengacungkan jari. Mereka berpikir, ini cuma soal pilihan tinggal di kampung. Peristiwa ini terjadi beberapa kali.

“Sudah, Pak, jangan menjebak kami,” sela Anwar Tampubolon. “Tanyakan saja siapa yang ingin keluar dari Ahmadiyah!”

Tampubolon pria berbadan gempal. Gaya bicaranya meledak-ledak, khas orang Batak. Dia termasuk orang pertama, bersama pengacara dan seorang sopir, yang langsung dikirim dari Parung, Bogor, Jawa Barat, basis Jemaah Ahmadiyah Indonesia, untuk menemani para pengungsi. Tampubolon bukan pengurus teras, tapi gayanya dinilai tepat menghadapi karakter orang Lombok yang keras.

Wiguna memberikan dua opsi: keluar dari Ahmadiyah atau dari Lombok Timur. Secara halus, ini pengusiran terhadap jemaah Ahmadiyah.

”Aparat kami akan mengantarkan sampai perbatasan. Jika ke barat (Mataram) akan kami antar, jika ke timur (Sumbawa) akan kami antar sampai pelabuhan,” kata Wiguna.

Setelah malam itu berlalu, Atun melihat perilaku ayahnya yang ganjil, sulit berkomunikasi serta makan seperti kesetanan. Nasi atau mi instan dilahap ayahnya dengan cepat, langsung pakai tangan dan dijejalkan ke mulut. Ingatan terhadap ayahnya ini membuat hati Atun hancur. Dia jarang mau berbicara soal masa-masa sulit ayahnya.
***
Hultiya Fatimah duduk di sisi kanan, bangku baris kedua mobil Colt L300. Keluarganya ikut. Fatimah anak kedelapan Musifudin. Dia kakak kelas Irma Nurmayanti, cucu ulama Azhar Izuddin. Rumah Azhar hancur dilempari batu-batu, rumah yang menjadi benteng perlindungan terakhir sebagian jemaah Ahmadiyah Pancor.

Postur Fatimah kecil. Kulitnya coklat. Wajahnya tirus. Gigi atasnya terlihat menonjol ketika berbicara. Fatimah periang. Bicaranya cepat dengan gaya argumentatif. Susah membuatnya diam jika mulai bicara.

Sebelas mobil keluar dengan perlahan dari Markas Kepolisian Resor Lombok Timur, berbelok ke arah selatan.

Fatimah terus bicara. Dia sibuk memperhatikan suasana kota yang baru dilihatnya sejak mengungsi. Mobilnya melewati taman kota menuju arah timur. Ini jalur yang dia lewati jika berangkat ke Masjid Khilafah.

Begitu mobil mendekati masjid, di kiri jalan, dia melongok, bersaing dengan para penumpang. Tujuannya satu: sebuah masjid yang sekian lama menjadi tempat mereka beribadah, tempat bermain, tempat keceriaan. Fatimah kaget. Dia melihat bangunan masjid itu porak-poranda.

Dia bisa menerima rumah dan toko milik orangtuanya rusak. Tak sedikitpun dia menangis selama seminggu di pengungsian. Namun, dia tak kuasa melihat masjid hancur.

“Saya lebih sedih masjid dirusak daripada rumah saya,” kata Fatimah.

Di sisa perjalanan itu Fatimah irit bicara. Dia lebih banyak diam. Mobil meluncur cepat.
***
Pulau Lombok termasuk salah satu sentra program transmigrasi di Indonesia. Di Mataram, ada sebuah gedung khusus tempat para calon transmigran dilatih selama seminggu. Gedung ini berisi empat bangsal. Luasnya sekitar 30 x 10 meter persegi. Satu bangunan di bagian barat berfungsi sebagai rumah penjaga dan gudang. Penduduk menyebut gedung transmigrasi ini sebagai Transito.

Selama pengusiran jemaah Ahmadiyah, bangsal-bangsal Transito digunakan sebagai tempat penampungan. Para pengungsi Ahmadiyah diberi ultimatum dua minggu untuk mencari tempat tinggal baru.

Pengurus Ahmadiyah di Jakarta kemudian segera mengirim orang untuk mendampingi jemaah Ahmadiyah Lombok. Pemerintah Mataram tak punya kepentingan meminta orang-orang Ahmadiyah pindah keyakinan. Agus Mubarik salah satu orang yang dikirim dari Jakarta pada gelombang kedua.

Mubarik mengatakan, fokus pekerjaannya saat itu adalah memikirkan bagaimana menyelamatkan pendidikan anak-anak pengungsi serta memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga pengungsi.

Berita penyerangan di Pancor dan Selong masih hangat di Pulau Lombok. Para pengurus berpikir, sekolah-sekolah takkan mau menerima mereka usai pengusiran. Padahal, ujian sekolah makin dekat menjelang akhir September 2002. Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basith, lalu memutuskan anak-anak dipindahkan ke lokasi lain untuk bersekolah.

Atun mendengar kabar kepindahan itu. Beritanya beredar cepat. Sepengetahuannya, mereka akan dikirim ke Pulau Jawa. Mereka akan ditempatkan bersama-sama di satu asrama. Dia menyambut gembira; membayangkan betapa menyenangkannya melihat kota besar. Apalagi dia akan bersama teman-temannya.

Namun, tak semua anak sekolah diijinkan ikut oleh orangtua. Kelas 4 Sekolah Dasar menjadi batas minimal kriteria. Beberapa siswa kelas 3 lalu bersikeras. Anak-anak sungkan berpisah dengan teman sebayanya.

Pada pagi, 29 September 2002, bersama ibunya, Atun berangkat ke pasar Cakra, 300 meter dari Transito. Dia membeli beberapa pakaian. Sewaktu mengungsi, orangtuanya sedikit membawa bekal pakaian buat Atun. Ibunya khusus membeli buah-buahan berupa mangga dan jeruk.

Siangnya, 48 pengungsi diberangkatkan dengan bus Safari Darma Raya, sebuah armada besar yang melayani jalur Nusa Tenggara-Jakarta. Badan bus ini ini memiliki ciri berupa pemandangan satwa gajah berlatar hutan. Mereka didampingi Amin Agus, pengurus Ahmadiyah cabang Pancor.

Ruhiyatun Fajri senang membayangkan perjalanan ini. Namun, dia sedikit sedih ketika bus siap berangkat. Ibu-ibu menangis.

Atun bercerita, situasi di dalam bus benar-benar ramai dan kacau. Tiap anak diberi kantong plastik hitam besar. Nafsu makan anak-anak yang besar diikuti oleh muntah selama perjalanan. Bau muntah bercampur minyak angin menyebar ke setiap pojok bus.

Atun ingat, ada temannya bernama Uwatun Hasanah dari Sawing yang mengalami kejang-kejang perut; mengerang kesakitan di bagian belakang bus, dekat toilet. Suara jeritannya terdengar menyakitkan. Dari kursinya, Atun melihat salah satu sopir bus memijit Anna, panggilan Uwatun Hasanah. Sopir itu bertampang seram. Tubuhnya tinggi dan kurus, kulitnya hitam dan pendiam. Dia sedikit ketakutan saat melihatnya pertamakali. Namun, setelah melihat bantuannya pada Anna, Atun menilai sopir itu punya hati baik, tak seseram yang dia bayangkan.
***
Senin, 1 Oktober 2002. Jemaah Ahmadiyah di Parung baru saja menunaikan salat subuh saat mendengar kedatangan anak-anak dari Lombok. Beberapa pemuda segera menuruni lantai dua masjid. Bangunan masjid bergaya modern, dicat putih dengan konsep minimalis. Tulisan aksara Arab dan aksen menara memberi petunjuk sekilas adanya tempat ibadah. Sopir angkutan umum lebih mengenal tempat ini sebagai Kampus Mubarak.

Dibantu siswa-siswa Jamiah, sebutan bagi calon mubaligh Ahmadiyah, anak-anak pengungsi diantar ke bagian belakang kompleks. Sedikit terpisah, ada gedung bernama Lajnah Imailah, sayap organisasi perempuan Ahmadiyah. Gedung tiga lantai ini dibangun awal 1990-an.

Atun kagum melihat gedung di sekitarnya. Di Kota Selong, kampung halamannya, sedikit gedung tinggi.

Sebetulnya, lokasi Parung tak terlalu asing bagi jemaah Ahmadiyah dari Lombok. Setiap tahun, Ahmadiyah mengadakan Jalsah Salanah, pertemuan nasional berisi ceramah agama. Ahmadiyah cabang Pancor dikenal fanatik mengikuti kegiatan ini. Mereka mengirim puluhan anggota setiap Jalsah Salanah. Ini dinilai prestasi luarbiasa mengingat lokasi mereka yang jauh dari Pulau Jawa. Lokasi Parung juga menjadi pusat pendidikan mubaligh.

Atun senang saat dirinya dan teman-teman menerima perlengkapan sekolah baru. Mereka mendapatkan satu set buku, tas, seragam sekolah, hingga sepatu.

Namun, Parung cuma tempat sementara. Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah tujuan terakhir anak-anak pengungsi ini.
***
Wanasigra terletak di Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu. Ini daerah perbatasan Tasikmalaya dan Garut, dipisahkan sealur sungai yang mengalir dari Gunung Cikuray. Jalannya berbatu dan menanjak sepanjang tiga ratus meter. Ia dikelilingi sawah dan hutan. Delapan puluh persen penduduk Tenjowaringin merupakan pengikut Ahmadiyah.

Menurut Agus Mubarik, saat itu mereka lebih memilih “menangani masalah dalam hening.” Seluruh aktivitas pengungsian dan pemulihan berlangsung tanpa mengundang perhatian media. Beritanya sebatas muncul di media-media lokal Lombok.

Busra, istri Attaul Razak, mengatakan, suaminya yang memilih lokasi ini. Razak adalah mubaligh Ahmadiyah Nusa Tenggara. Pada Juli 2002, Razak mengirim enam anak Ahmadi dari Lombok ke Kota Tasikmalaya. Mereka ditampung dan disekolahkan di sebuah panti asuhan milik Ahmadiyah. Razak sangat memperhatikan pendidikan anak-anak pengungsi.

Segera sesudah kedatangan, mereka dikumpulkan di masjid. Laki-laki dan perempuan dipisah. Anak-anak ini hendak dipingit sebagai anak asuh.

Atun merasa badannya lelah. Ini perjalanan terpanjang yang baru dia alami. Tenaga terkuras. Udara di Wanasigra dingin, menusuk tulang ketika malam.

“Mau ikut saya ke rumah?” tanya seorang pria yang baru muncul.

“Ya,” ujar Atun cepat. Dia terlalu lelah menunggu. Atun mengajak Maemunah, anak pengungsi yang dia kenal.

Pria itu bernama Cecep. Rumahnya terletak di Kampung Nagrak, satu perkampungan kecil di lereng bukit bagian timur Wanasigra. Istrinya, Nina, sudah menunggu mereka di warung makan milik Ibu Cecep, di tepi jalan raya utama.

Setiba di warung Ibu Cecep, mereka diajak makan. Namun, keduanya malu-malu. Beberapa orang di warung kemudian berusaha meneduhkan hati mereka.

“Sabar ya, Nak,” kata mereka.

Di rumah, mereka langsung tidur nyenyak. Atun mengatakan, sejak mengungsi selama tiga minggu, inilah pertamakali dirinya tidur di sebuah kamar.

Pagi pertama di rumah baru, Atun disambut pemandangan indah: bukit hiijau, hamparan sawah, pohon-pohon, Gunung Cikuray, dan barisan bukit yang berkelok. Di sebelah barat, terlihat jalan menuju Kampung Wanasigra. Rumah-rumah berjejer di sepanjang jalan itu. Letaknya berjauhan satu sama lain lalu memadat di pertigaan menuju masjid.

Atun berseru keras. Suaranya menggema di alam seperti itu. Di ujung lain, dia melihat teman-temannya. Tangannya melambai. Dia melihat Ema dan Ica, dua anak Awaluddin, yang rumah merangkap toko keluarganya hancur di Selong. Ini perjumpaan pertama sejak terjadinya pengusiran. Mereka lantas berlari-lari menyusuri jalan-jalan tanah.

Anak-anak ini tak perlu lagi menyembunyikan diri sebagai Ahmadiyah. Masyarakat setempat menerima mereka dengan terbuka.

Atun melewati bulan Ramadhan, Oktober 2002, dengan rutin bersekolah. Setiap anak pengungsi bersekolah sesuai tingkat pendidikan mereka saat di Lombok Timur. Di sekolah, mereka juga bisa bebas berteman. Pak Ajun mengatakan, “kebanyakan murid orang Ahmadiyah”. Ajun ayah Cecep, dia juga mengajar di sekolah baru Atun.

Ini satu hal yang menguatkan psikologis anak-anak pengungsi. Atun, misalnya. Saat di Lombok Timur, dia selalu menyembunyikan identitas keyakinannya, khawatir teman-teman sekolah sungkan menerimanya. Dia sering diejek dengan julukan “si ninja Sawing” yang merujuk pada kerudung yang dia pakai sehari-hari dan nama kampungnya. Anak perempuan Ahmadiyah memang selalu memakai kerudung ketika bersekolah. Atun juga pernah berbohong kepada petugas sekolah bahwa dirinya bukan Ahmadiyah, dan merasa berdosa demi menutupi keyakinan ini.

Di sekolahnya yang baru, Atun memilih duduk sebangku dengan Arif Rahman Hakim, adik Hultiya Fatimah, anak dari keluarga Musifudin, salah satu pengurus Ahmadiyah cabang Pancor. Alasannya, dia masih lebih kerasan dengan teman lama. Untungnya, guru membolehkan.

Hanya saja, perbedaan budaya menjadi kendala, dan butuh waktu lama untuk beradaptasi. Atun tak biasa dengan orang-orang yang bergunjing di belakang. Di Lombok, orang tidak berlaku baik di depan namun menusuk di belakang.

Demikian juga persoalan makanan. Cecep yang bekerja sebagai sopir angkutan umum dan Nina yang berjualan warung makan pinggir Jalan membuat pasangan ini kerap tiba di rumah pada malam hari. Karenanya, keluarga ini jarang masak. Makanan dikirim dari warung. Menunya memang lezat, bermacam ikan dan sayur.

Awalnya, ikan-ikan yang dikirim terasa lezat, meski sedikit tawar. Tapi, Atun terkejut setelah melihat bagaimana ikan-ikan ini didapat. Kolam-kolam ikan, atau orang Sunda menyebutnya “empang”, juga dijadikan tempat buang kotoran manusia, yang lantas menjadi makanan ikan-ikan. Setiap rumah di perkampungan sekitar Wanasigra punya empang macam ini. Memikirkannya bikin Atun mual. Dia sampai berbohong tak suka makan ikan.

Berbagai macam perbedaan ini memang tak terperhatikan oleh para orang dewasa saat pemindahan. Mereka lebih dikejar waktu sehingga tak memperhatikan aspirasi anak terkait aspek kebudayaan dan psikologi. Dan Tasikmalaya dapat menyediakan segalanya dengan cepat.

“Katanya mau ditaruh di satu asrama. Semuanya anak Lombok. Tapi enggak jadi. Saya dulu tinggal di Cikuray…. Berapa malam itu enggak bisa tidur. Nangis mulu (melulu-red),” kata Mubarak Hamdan Umar, anak pengungsi dari Kampung Sawing.

Menjelang kelas enam Sekolah Dasar, Mubarak akhirnya memilih pulang ke Lombok. Dia tak tahan dengan udara dingin pegunungan dan sering sakit-sakitan.

Pada Juni 2003, delapan bulan usai perpindahan, anak-anak sekolah menghadapi ujian naik kelas. Saatnya mereka pindah sekolah. Satu demi satu anak-anak pengungsi pulang. Mereka, umumnya anak-anak setingkat Sekolah Dasar, sulit beradaptasi dengan tempat baru. Beberapa anak berganti orangtua asuh, bergabung dengan anak lain. Harapannya, dengan memilih sendiri dan bersama pengungsi lain yang disukai, mereka cepat beradaptasi. Tapi, banyak dari mereka tetap tak bisa berpisah dengan orangtua sendiri.

Malik Saifur Rahman adalah anak pertama yang pulang. Kakak tertuanya, Khaerudin, datang menjemput. Kabar kepulangan kembali ini cepat menyebar. Ditambah kabar lain yang beredar bahwa “akan lebih banyak anak menyusul pulang”.

Atun gelisah. Dia bosan. Kesepian. Dia sering bertengkar dengan anak pasangan Cecep dan Nina. Dia berpikir, lebih nyaman tinggal dengan orangtua sendiri, meski hidup mengungsi, terusir dari kampung halaman, meski kondisinya jauh lebih buruk dari hidupnya sekarang di perantauan.
***
Sebagian besar Ahmadi memilih menikah dengan sesama Ahmadi. Ini semacam sesuatu yang alamiah, terpatri kuat dalam setiap keluarga Ahmadiyah. Populasi keyakinan yang minoritas di Indonesia menyebabkan terjadi pernikahan dalam keluarga atau marga. Di komunitas-komunitas Ahmadi yang terkonsentrasi, seseorang dapat cepat disangkutkan melalui hubungan darah atau pernikahan dengan tetangganya.

Jalsah Salanah, pertemuan tahunan resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia, biasa mengambil waktu libur sekolah, antara Juni dan Juli. Selain ceramah agama, sebetulnya ia juga seperti reuni keluarga. Orang-orang Ahmadi yang migrasi, karena pernikahan atau alasan lain, bisa menemui keluarga mereka atau menitip sesuatu kepada rekan satu daerah.

Atun mendengar teman-temannya akan dijemput dalam Jalsah Salanah 2003. Bahkan, sudah beredar nama-nama anak yang dihubungi untuk pulang. Mendekati Jalsah, Atun tak mendengar dia termasuk salah satu dari mereka. Selama delapan bulan dalam pengungsian, sejak terpisah sejak di Transito, tak ada komunikasi sekalipun dengan orangtua dan keluarganya di Mataram.

Kesedihannya memuncak. Dia lebih sering bertengkar dengan Gina, anak satu-satunya pasangan Cecep dan Nina. Atun melihat Gina saling berbisik bersama teman-teman, dengan bahasa Sunda, sambil memandanginya. Atun merasa mereka membicarakan dirinya.

Puncaknya, Atun minta pindah rumah. Cecep dan Nina mencoba membujuknya. Gina lalu dipindahkan ke rumah neneknya selama dua hari. Saat kembali, dia tak lagi melihat Gina mencibir. Namun, kesepian Atun makin besar.

Dia pernah berniat kabur. Garut kota terdekat, pikirnya. Jika bisa mencapai Garut, mungkin dia bisa naik bus kembali ke Mataram. Pikiran ini makin lama kian mengisi hari-harinya. Dia memulai dengan menjual barang-barang miliknya: dimulai dari sarung yang didapatnya saat di Bogor seharga Rp. 3 ribu. Anak-anak Lombok sering menjual barang-barang mereka ketika membutuhkan uang. Teman-temannya bahkan sering menjual barang-barang dari jatah bulanan atau pemberian lain. Sebetulnya, pasangan Cecep dan Nina mau melakukan apapun demi Atun. Hanya saja, Atun malu.

Setelah dikira-kira, barang-barang miliknya yang ia jual hanya cukup untuk perjalanan sampai ke Garut. Karena ongkos ke Mataram pasti mahal, dia menimbang untuk menambahnya dengan mengamen.

Tapi, menjelang Jalsah Salanah, Ketua Cabang Ahmadiyah Wanasigra, Solihin, mengumumkan sesuatu.

“Anak-anak Lombok yang ingin pulang dapat ikut ke Jalsah di Bogor,” kata Solihin.

Atun segera mengambil kesempatan ini.

Keputusan Atun membuat Nina menangis. Nina menyiapkan bekal uang dan makanan.

“Kalau sudah sampai Lombok, jangan lupa ya sama kami…,” ujar Nina.

Namun, di Bogor, tak ada yang menjemputnya. Atun kembali ke Wanasigra.

Di rumah Solihin, bersama anak-anak senasib dirinya, mereka dikumpulkan.

“Apakah mau kembali lagi pada orangtua asuh yang lama?” tanya Solihin.

Atun menolak. Dia malu karena sudah berpamitan. Dia juga merasa kesepian. Seseorang bernama Nos Barnas menjadi orangtua asuh Atun berikutnya.

Rumah Nos Barnas di Kampung Citeguh. Ini pusat Desa Tenjowaringin. Letaknya dua kilometer dari Wanasigra. Citeguh memiliki satu masjid besar. Dari tempat wudu, terhampar Sungai Cikuray dengan batu-batu besar. Deretan pohon pinus bikin sejuk udara.

Nos Barnas tinggal bersama dua cucu laki-laki. Ini tempat tinggal sementara bagi Atun selama enam bulan. Tujuan sebetulnya adalah rumah Ibu Oom, anak dari Nos Barnas.

Atun senang dengan orangtua asuhnya yang baru. Bu Oom mengerti bagaimana memperlakukan anak barunya. Tahu Atun masih malu minta sesuatu, dia sering bertanya kepada Citra, anak asuh lain setempat.

Bu Oom juga menanyakan kepada Atun tentang pembayaran iuran sekolah. Setiap bulan, Atun, seperti anak-anak pengungsi lain, mendapat jatah uang sekolah, uang saku, kadang juga beberapa barang. Anak-anak di Citeguh, karena tempatnya lebih jauh, sering menerima lebih lambat dari teman-teman mereka di Wanasigra. Bu Oom biasanya membayar uang sekolah Atun lebih dulu.

Atun suka dengan bentuk perhatian Bu Oom yang memberi nasihat langsung. Jika salah, dia langsung ditegur. Dia juga diberi tanggungjawab untuk mengawasi dan mendidik anak bungsu Bu Oom. Atun merasa seperti anak kandung sendiri.

Hingga usianya setingkat Sekolah Menengah Umum, tak sekalipun Atun ingin pindah ke tempat lain.

Di Wanasigra, ada Sekolah Menengah Umum, berdiri pada 2000, melalui Yayasan Alwahid. Peresmiannya dilakukan oleh Mirza Tahir Ahmad, pemimpin internasional Ahmadiyah, saat berkunjung ke Indonesia. Sekolah ini menjadi tujuan utama anak-anak Ahmadi di Indonesia. Seluruh anak pengungsi dari Lombok di kawasan Tenjowaringin bersekolah di sini.

Letaknya di dekat persimpangan menuju masjid Wanasigra. Menjorok di tepi jurang, berbatas kebun sayur serta Sungai Cikuray. Tiang-tiang tinggi menyangga bagian utara pondasi gedung sekolah. Dari Citeguh, jaraknya sekitar dua kilometer dengan melintasi jalur kabupaten serta jalan berbatu dan mendaki. Atun sekolah di Sekolah Menengah Umum Alwahid ini.

Tiga tahun dia menyusuri jalan-jalan antara Citeguh dan Wanasigra. Alamnya yang indah, suasana belajar yang jauh dari kebisingan, pengabdian guru-guru yang dia kagumi, bikin Atun nyaman. Hujan menjadi musuh utama. Bau pete dan jengkol dari rumah penduduk kadang-kadang menyambangi kelas belajar.

Dua tahun berikutnya, Atun sempat merantau kerja ke Bogor dan Karawang. Pekerjaan tak berjalan mulus. Gaji kecil. Pada pertengahan 2009, dia memutuskan pulang ke Lombok.

Dia tinggal bersama orangtuanya di sebuah rumah milik Ahmadiyah di Kampung Ketapang, Desa Gegerung. Tiap malam Atun mengayuh sepeda ke kota. Di dekat pasar Cakra, dia bekerja di warung makan pinggir jalan. Dia berjualan sup dan jus buah. Tiap malam dia mendapat Rp. 20 ribu. Ini jumlah kecil, tapi pekerjaan macam ini cukup memberinya kesibukan. Selepas bekerja, dia tak langsung pulang. Dia kembali ke Transito, menginap hingga subuh.

Irma Nurmayanti dan Hultiya Fatimah lebih beruntung. Sekolah mereka di Kota Selong memberikan surat pindah lengkap. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Ciomas, Bogor, pada 2003 Fatimah kembali ke Mataram. Irma menyusul setahun kemudian. Fatimah tengah menanti kelulusan dari Universitas Mataram. Hanya mereka berdua dari seluruh anak pengungsi di Lombok yang dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri.

Transito masih dihuni oleh warga Ahmadiyah. Bukan dua minggu macam ultimatum pertama pada 2002, tapi tahunan, dan hingga kini. Pada Feburari 2006, perkampungan para pengungsi di Ketapang diserbu, untuk kedua kali. Dan kejadian serupa terus menerus terjadi. Para pengungsi memilih bertahan sampai Pemerintah Lombok memberi jaminan keamanan. Rata-rata, pengungsi sudah pernah diusir lebih dari sekali dari rumah mereka. Bahkan, ada yang diusir hingga lima kali kurang dari sepuluh tahun.

Tak hanya di Lombok, penyerangan dari mereka yang membenci juga terus dilancarkan ke kantong-kantong jemaah Ahmadiyah di Jawa Barat. Mereka diburu. Pada November 2010, masjid dan puluhan rumah dibakar di Kampung Cisalada, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Keluarga Awaluddin, yang kini tinggal di sana, menjadi saksi; bagai drama Lombok yang dipentaskan ulang.

Bahkan, Panti Asuhan Hasanah Kautsar milik Ahmadiyah di Kawalu, Tasikmalaya, tak luput dari serangan. Panti mereka digembok dan diteror. Enam anak dari Lombok menghuni panti ini sejak 2002. Kini tersisa dua.

Sopwatur Rohman, kini 18 tahun, adalah salah seorang penghuni asal Lombok di panti itu. Kampungnya diserang. Dalam penyerangan yang brutal, salah satu tetangganya tewas. Selama delapan tahun ia merasakan gangguan dan teror di panti, hingga akhirnya digembok.

Dalam suatu pertemuan yang diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat di Jakarta pada Desember 2010, Sopwatur hadir. Ia berujar lirih.

“Di Lombok, kita sudah diusir. Kalau di Tasik diusir juga, kita pindah ke mana lagi?”
(Penulis : Firdaus Mubarik (anggota Majlis Khuddamul Ahmadiyah Kebayoran - Karya  Jurnalis ini adalah Pemenang penghargaan liputan anak 2010-2011 kategori media cetak/on line yg diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) & UNICEF)

baca versi online : http://www.lenteratimur.com/anak-anak-menjadi-perantau/

Khutbah Jumah 27 Mei 2011 : Kudrat kedua = Khilafat Ahmadiyah



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
 نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّى عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ  وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ

KHUTBAH JUM'AT
Hazrat Amirul Mukminin Khalifatul Masih V a.b.a.
27 Mei 2011, Masjid Baitul Futuh London-UK
"Khudrat Ilahi kedua : Khilafat Ahmadiyah"
Setelah membaca tasyahhud dan menilawatkan surah Alfatihah Huzur menilawatkan surah An Nur dari ayat 54 sampai 57 sebagai berikut: 

"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah mereka, bahwa jika engkau perintahkan kepada mereka, niscaya mereka akan keluar segera. Katakanlah, Janganlah bersumpah; apa yang ditunut dari kamu adalah tha’at kepada yang benar. Sungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.                                  

Katakanlah, ”Ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul, maka jika kamu berpaling maka ia bertanggung jawab tentang apa yang dibebankan kepadanya, dan kamu bertanggung jawab tentang apa yang dibebankan kepada kamu. Dan jika kamu tha’at kepadanya, kamu akan mendapat petunjuk. Dan bukanlah kewajiban Rasul melainkan menyampaikan secara jelas. Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal saleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah dibumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.  
                           
Dan dirikanlah salat, dan bayarlah zakat, dan ta’atlah kepada Rasul supaya kamu mendapt rahmat.(An Noor :54-57)
 
Dari antara ayat-ayat yang dibacakan tadi salah satunya adalah ayat istikhlaaf yakni ayat yang mengandung janji Allah swt mengenai khilafat. Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan tafsir ayat tersebaut diadalam beberapa buah buku beliau. Sambil menafsirkan ayat tersebut beliau memberi penjelasan lebih lanjut tentang beberapa segi mengenai khilafat. Akan tetapi didalam kitab Alwasiyyat secara khas beliau telah memberi khabar suka kepada para pengikut beliau tentang akan berdirinya khilafat didalam Jema’at Ahmadiyah.

Buku kecil ini telah beliau tulis pada bulan Desember 1905, didalamnya beliau telah mengemukakan tentang taqwa, beberapa jenis anjuran-anjuran, kedudukan diri beliau, tentang khilafat dan cara untuk meraih qurub Ilahi, untuk lebih memperteguh berdirinya Jema’at, anjuran untuk melancarkan pengurbanan harta dan untuk menegakkan nizam wasiyyat dalam menyempurnakan rencana Ilahi. Yang sesungguhnya merupakan sebuah nizam untuk menyempurnakan semua hak-hak Allah swt dan hak-hak sesama manusia, semua nizam kehidupan lainnya tidak mempunyai hakikat apa-apa dibanding dengan nizam itu semua. Sebab hal itu semua dapat membendung kehidupan manusia yang kosong dari taqwa dan dari beberapa segi kehidupan zahiriah lainnya. Sesungguhnya banyak sekali penjelasan secara rinci dan penjelasan bagian bagian lainnya.                                                          
Saya akan mengemukakan apa yang telah Hazrat Masih Mau’ud a.s. uraikan didalam risalah Alwasiyyat itu. Sebagaimana telah saya katakan sebelumnya bahwa risalah wasiyyat ditulis pada tahun 1905 dan sejak itulah nizam Alwasiyyat telah mulai dijalankan. Akan tetapi dengan mengutip ayat istikhlaf beliau telah menjelaskan pula didalam risalah itu tentang khilafat Ahmadiyah yang berdiri tiga tahun kemudian, yang sampai hari ini tanggal 27 Mei 2011   sudah  berusia 103 tahun lamanya. Dan nizam khilafat ini adalah nizam yang dianugerahkan Tuhan kepada kita setelah 1400 tahun lamanya mengalamai kekosongan. Namun sebelum saya mengemukakan sabda beliau a.s. tentang semua itu saya ingin mengemukakan secara ringkas penjelasan ayat-ayat yang telah saya tilawatkan pada permulaan khutbah ini, supaya hukum-hukum Alqur’anul Karim yang bersangkutan dengan hal itu tetap menjadi perhatian. Didalam ayat-ayat itu telah dikemukakan secara sempurna cara beramal bagi orang-orang yang beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang bai’at kepada para Khulafa. Dan perkara utama dan sangat mendasar telah dikemukakan yakni apa yang diaksud dengan itha’at dan bagaimana hakikat standarnya. Standar itha’at bukan hanya dengan mengucapkan kata-kata sumpah, yakni apabila musuh tiba dihadapan kita dalam keadaan bagaimanapun setiap sa’at kita akan siap untuk menghadapi mereka. Suatu pekerjaan tidak cukup dilakukan hanya dengan mengucapkan sumpah saja, jika tidak disertai dengan pelaksanaannya secara sempurna, dan sama-sekali tidak ada faedahnya. Jika kalian memperlihatkan ta’at secara kamil maka barulah pernyataan kalian yaitu: ” Dalam keadaan bagaimanapun akan selalu siap menghadapi maut” akan dianggap pernyataan hakiki. Jika tidak menepati hukum-hukum yang telah diberikan oleh Allah swt dan Rasul-Nya saw, dan tidak berusaha untuk mengamalkannya maka kadangkala pernyataan muluk-muluk itu tidak ada gunanya. Maka, perkara yang dimaksud dengan sesungguhnya dari segi ini adalah tha’at sempurna yang dizahirkan secara amaliah. Jika tidak ada pengamalan secara zahir, sekalipun perkara-perkara itu nampaknya kecil, maka manusia dapat saja mengelabui manusia lain, tetapi Allah swt Yang Mahatahu segala sesuatu, mengetahui setiap amal-perbuatan manusia secara  tersembunyi maupun yang secara terang2an, tidak dapat dikelabui oleh siapapun, sebagaimana firman-Nya: innallaaha khabirum bima ta’maluun artinya sesungguhnya Allah swt mengetahui pasti apa yang kamu kerjakan. Maka, ingatlah selalu bahwa Allah swt setiap sa’at memperhatikan kita. Dan hal itu harus selalu diingat oleh setiap mukmin sejati. Apabila seorang manusia yakin bahwa Allah swt sedang memperhatikan-nya tentu dia tidak akan hanya mengucapkan sumpah saja untuk melaksanakan sesuatu melainkan ia nyatakan itha’at sepenuhnya sesuai dengan peraturan. Ia amalkan setiap keputusan yang ma’ruf dengan itha’at yang sempurna. Manusia sangat berminat dan ingin sekali untuk melaksanakan itha’at sepenuhnya terhadap Allah swt dan Rasul-Nya dan ia selalu berusaha untuk itu. Disamping itha’at kepada Allah swt dan kepada Rasul-Nya, itha’at kepada ulul amri yakni amir atau Nizam Jema’at juga menjadi satu keharusan, itha’at kepada Khalifa-e-waqt juga menjadi keharusan. Orang-orang yang tidak menunjukkan itha’at sepenuhnya terhadap mereka dan hanya mengikuti kehendak diri mereka sendiri maka Allah swt berfirman terhadap meraka bahwa, karena tidak mengamalkan hukum-hukum itu dosanya akan menimpa diri kamu dan kamu akan ditanyai tentang itu. Rasul tidak akan ditanyai sebab Rasul Allah tidak bertanggung jawab tentang itu. Hukum-hukum syari’at yang harus disampaikan, Rasul Allah telah menyampaikannya. Perintah Allah agar manusia mengikuti dan menta’ati Rasul dan menta’ati Khalifah telah disampaikannya pula. Maka para pemberi nasihat, para pemberi hukum syari’at itu telah melaksanakan tugas-tugas mereka masing-masing. Orang-orang yang tidak mengamalkan nasihat-nasihat itu akan bertanggung jawab sendiri. Apa yang telah saya katakan mengenai Khalifae waqt berkaitan dengan Rasul Allah adalah berasaskan ayat suci Alqur’an athi’ullaha wa athi’ur rasul wa ulil amri minkum dan yang kedua, Khilafat Rasyidah ditegakkan untuk melanjutkan perjuangan seorang Rasul dan ia adalah lembaga penerus Nubuwat. Pada suatu ketika Hazrat Rasulullah saw bersabda : ” Kalian pegang teguhlah sunnah-ku dan sunnah Khulafa Rasyidin.” Beliau bersabda demikian sebab para Khulafa Rasyidin itu adalah para pelanjut perjuangan dan penerus sunnah-sunnah dan syari’at beliau saw. Hadis itu bunyinya demikian; Hazrat Abdurrahman Bin Amar r.a. mengatakan katanya, saya mendengar dari beberapa orang Ansar bahwa Hazrat Rasulullah swt telah bersabda yang sangat mengesankan sekali dengan mendengarnya air matapun menetes, hati gemetar ketakutan kemudian kami bertanya : Ya Rasulallah !! Nasihat ini kami dengar seolah-olah nasihat yang penghabisan. Kami mohon nasihat agar kami tetap teguh diatas sirathal mustaqim. Maka Rasulullah saw bersabda : Aku meninggalkan bagi kalian sebuah jalan yang bersinar dan terang-benderang. Keadaannya diwaktu malam sama seperti keadaan diwaktu siang. Tidak akan ada orang yang tersesat dari padanya kecuali orang yang sangat sial dan malang, alan itu sangat terang sekali. Diantara kalian yang diberi umur panjang akan menyaksikan perselisihan yang sangat besar, dan banyak ancaman-ancaman juga. Sekalipun jalan itu sangat terang namun akan timbul perselisihan faham. Didalam situasi demikian kalian harus berjalan diatas sunnah-ku yang sudah kalian kenal dan sunnah para Khulafa Rasyidin Almahdiyyin. Jadikanlah itha’at sebagai pegangan kalian yang istimewa, sekalipun amir kalian ditetapkan seorang hamba-sahaya dari Habsyah (Ethiopia) Peganglah sekuat-kuatnya Agama ini. Permisalan mukmin adalah laksana seekor unta yang dicocok hidungnya kemudian diikat dengan seutas tali kemanapun kalian bawa dia akan mengikuti kalian dan menjadi terbiasa tunduk tha’at.” Maka Allah swt berfirman bahwa itha’at itu sangat penting bagi kalian, wain tuthi’uhu tahtadu, jika kalian patuh tha’at pasti kalian mendapat petunjuk dan akan selalu mendapat petunjuk. Setelah itu Allah swt memberi perintah tentang Khilafat, yang tercantum didalam ayat istikhlaf tersebut diatas. Allah swt berfirman : ” Allah telah berjanji terhadap kamu sekalian yang telah beriman dan beramal saleh. Mutu iman dan amal saleh telah disebut permulaan, yang pertama disebut, yakni ikatkanlah kalung itha’at yang kamil pada leher kalian, barulah kalian akan disebut mukmin sejati. Setelah mengikatkan kalung  itha’at itu pada leher kalian, pasti hati kalian akan condong untuk melakukan amal saleh. Dan apabila standar iman seperti itu sudah kalian peroleh maka pasti kalian akan meraih nikmat Khilafat, jika tidak kalian akan luput dari padanya. Allah swt tidak berfirma: ” Khilafat pasti akan bediri ditengah orang-orang muslim.” Melainkan Tuhan berjanji akan menegakkan khilafat dengan beberapa syarat. Sayarat pertama adalah itha’at yang kamil. Kesinambungan dari Khilafat pertama telah terputus disebabkan orang-orang Muslim telah meninggalkan itha’at. Orang-orang Muslim menjadi mahrum dari Khilafat hakiki apabila mereka sudah meninggalkan itha’at. Setelah meninggalkan itha’at banyak kelompok orang-orang mulai berkata bahwa mereka akan menyatakan bai’at berdasarkan beberapa syarat tententu. Alasan yang paling besar ialah bahwa mereka ingin mengambil pembalsan terhadap syahidnya Hazrat Usman r.a. Atau karena terlibat didalam suatu kerusuhan tertentu mereka meninggalkan keitha’atan. Sekalipun pada waktu itu jumlah para sahabah juga cukup banyak. Akan tetapi tatkala sudah keluar dari keitha’atan yang kamil maka mereka dimahrumkan dari Khilafat juga. Sebab keputusan untuk menentukan Khalifah ada ditangan Tuhan. Setelah terjadi perselisihan, setelah melepaskan diri dari itha’at usaha untuk memilih atau untuk menjadi khalifah menjadi gagal total. Dan kedudukan khilafat mereka rubah menjadi bentuk kerajaan. Sedangkan firman Allah swt menjelaskan bahwa dimasa lampau Dia telah menegakkan khilafat dan dimasa datang akan menegakkannya kembali, maka Dia akan menegakkannya kembali dalam bentuk nubuwat dan untuk itu Allah swt sendiri Yang mengutus seorang Nabi. Oleh karena kedudukan Syari’at sekarang sudah sempurna dan Hazrat Rasulullah saw adalah Nabi Syar’i sampai hari Qiamat maka, Khilafat Rasyidah telah ditegakkan oleh Allah swt melalui beliau saw. Memang pemilihan Khalifah dilakukan oleh manusia akan tetapi sesungguhnya pemilihan Khalifah dinyatakan sesuai kehendak Allah swt atas dasar kesaksian dan dukungan-Nya. Mengenai pemilihan Khalifah itu Allah swt sendiri telah menisbahklan terhadap Zat-Nya. Bagimanapun kemenangan akhir dan syari’at kamil telah ditegakkan oleh Allah swt melalui Islam, oleh sebab itu Dia telah menyatakan bahwa berkat menjadi hamba Hazrat Rasulullah saw seorang Nabi akan diutus, yang penjelasannya secara rinci telah difirmankan didalam ayat : "Dan Dia akan membangkitkannya ditengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha    Bijaksana". (Al Jum’ah : 4)   

Dan penjelasan-nya lebih lanjut telah disabdakan oleh Hazrat Rasulullah saw yaitu diantara-ku dengan Al Masih tidak akan ada Nabi lain. Jadi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Al Masih dan Al Mahdi, dan beliau adalah Nabi dan juga Khatamul Khulafa. Setelah 1400 tahun untuk menyempurnakan janji-Nya terhadap orang-orang Mukmin Allah swt telah mengutus Khalifah ini, yang telah diberi kedudukan Nabi juga disebabkan dedikasi beliau sebagai ummati yang sangat tinggi terhadap Hazrat Rasulullah saw. Selanjutnya beliau telah menjadi penyebab tegaknya kembali Khilafat didalam Islam. Allah swt berfirman bahwa, sekalipun Islam telah diridhai sebagai Agama bagi kamu akan tetapi berkat-nya yang hakiki dan untuk merobah keadaan takut menjadi keadaan yang aman dan damai, akan kamu hasilkan apabila kamu menggabungkan diri kedalam Nizam Khilafat dengan itha’at yang kamil. Dan sangat penting sekali bahwa, barang siapa yang tetap teguh dan setia terhadap Nizam ini, mereka akan mendapat limpahan barkat-nya dan setiap keadaan takut mereka akan dirubah menjadi aman damai. Dan melalui para Khulafa itulah tibanya hari kemenangan Agama Islam yang dijanjikan akan semakin dekat. Telah difirmankan Tuhan bahwa tugas dan kewajiban Khalifa-e-waqt dan orang-orang yang telah mengikatkan diri dengan setia terhadap Khilafat adalah untuk betul-betul patuh menunaikan ibadah kepada Allah swt secara murni, mendirikan salat dan menegakkan Tauhid yang murni dan berusaha kearah itu mereka akan selalu menerima limpahan barkat-barkat Khilafat. Allah swt akan mendengar do’a-do’a mereka, akan menjauhkan semua kegelisahan dan keprihatinan mereka, dan Dia akan menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Akan tetapi jika sekalipun orang yang telah menyaksikan semua keadaan itu ia tetap degil tidak mau menggabungkan diri dengan Khilafat Haqqah, maka dia adalah seorang pembangkang. Tentu dia akan menerima hukuman dari Allah swt. Ia akan mahrum dari nikmat-nikmat yang dijanjikan kepada orang-orang Mukmin. Saya sering berkata, tengoklah keadaan orang-orang Muslim zaman sekarang. Mereka sedang dirundung oleh berbagai macam kegelisahan dan disebabkan timbulnya tekanan-tekanan dari luar mereka sedang kehilangan akal sehingga orang-orang Muslim meminta bantuan Bangsa lain untuk membunuh orang-orang Muslim sendiri. Kita berdo’a semoga Allah swt memberi taufiq kepada Ummat Muslimah untuk mengenal kebenaran.                 
Di dalam ayat terakhir sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya yang telah saya tilawatkan, Allah swt mengingatkan tentang kewajiban mendirikan salat, membayar zakat dan itha’at yang kamil agar Allah swt dengan kasih sayang-Nya terus menurunkan nikmat-nikmat-Nya. Maka untuk meraih berkat-berkat dari nikmat-nikmat yang Allah swt turunkan melalui Hazrat Masih Mau’ud a.s., setiap orang Ahmady harus ingat selalu terhadap kewajiban-kewajiban tersebut. Dan janji-janji Allah swt sangat erat kaitannya dengan orang-orang yang itha’at secara kamil, yaitu orang-orang yang selalu mengutamakan ibadah terhadap Allah swt. Sebab orang-orang yang itha’at secara sempurna selalu ingat kepada Allah swt dan patuh menunaikan ibadah kepada-Nya. Dan sarana yang paling baik untuk beribadah kepada Allah swt adalah mendirikan salat. Jadi, anggauta sejati bagi sebuah Jema’at Ilahi hanyalah orang-orang yang sungguh-sungguh berusaha menunaikan ibadah salat. Penjelasan yang sangat jitu mengenai pentingnya mendirikan salat adalah yang diberikan oleh Hazrat Muslih Mau’ud, Khalifaul Masih II r.a. Beliau r.a. bersabda : Bagian salat yang paling baik adalah Jum’ah, dimana Imam membacakan Khutbah dan memberi nasihat-nasihat. Dan Khalifae waqt memberi nasihat-nasihat dari waktu kewaktu mengingat keperluan-keperluan yang dihadapi oleh berbagai Bangsa sesuai dengan keadaan dunia yang sedang berlaku pada waktu itu, yang dapat menciptakan perasatuan dan kesatuan Bangsa. Semua bangsa berjalan menuju arah yang sama.” Sekarang kita menyaksikan gambaran yang tepat sesuai dengan itu hanyalah nampak didalam Jema’at Ahmadiyah, ketika Khalifah Ahmadiyah menyampaikan khutbah Jum’ah Bangsa-bangsa yang tinggal pelosok-pelosok dunia mendengarkannya dalam waktu yang sama. Materi yang dibahas didalam khutbah itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta keperluan berbagai Bangsa didunia. Apabila saya menyampaikan khutbah, sasaran saya tidak hanya ditujukan kepada anda semua yang hadir dihadapan saya, melainkan terhadap bangsa-bangsa didunia yang telah melaporkan keadaan mereka kepada saya, kadang-kadang ditujukan terhadap orang-orang yang tinggal dinegara-negara Eropah sesuai dengan keadaan dan keperluan mereka. Kadang-kadang ditujukan kepada bangsa-bangsa Asia, Bangsa Africa dan kepada bangsa yang tinggal dinegara-negara kepulauan sesuai dengan situasi dan kondisi disana yang dilaporkan kepada saya. Akan tetapi oleh sebab Islam adalah Agama International maka setiap perkara yang dibahas ditujukan kepada setiap Negara dan setiap tingkatan dan golongan manusia dan juga ditujukan terhadap orang-orang Ahmady dari setiap tingkatan. Setelah khutbah selesai selalu diterima surat-surat dari berbagai negara bahkan dari penduduk negeri yang telah mempunyai hubungan dengan Jema’at juga diterima banyak surat-surat. Datang surat-surat dari penduduk asli Africa dan dari penduduk asli negara-negara lain juga. Mereka menyatakan bahwa khutbah itu seakan-akan hanya ditujukan kepada mereka. Bagaimanapun hal itu adalah merupakan salah satu sisi dari pengertian iqaamatus salaat (Mendirikan salat) Yang melalui Khilafat Ahmadiyah serempak telah dilaksanakan diseluruh dunia.
Sesudah itu mengenai pembayaran Zakat adalah tazkiyah amwal yakni mensucikan harta, didalamnya termasuk juga bermacam-macam pengurbanan harta lainnya. Hal ini juga kita dapat menyaksikan bahwa Zakat hanya melalui Jema’at Ahmadiyah dapat dilaksanakan secara teratur dan cermat. Dan dibawah petunjuk Khalifae waqt melalui nizam candah keperluan-keperluan Jema’at atau keperluan orang-orang Jema’at diseluruh dunia dapat dipenuhi. Jika didalam suatu negara terdapat kekurangan dana maka kekurangan itu dapat dipenuhi melalui bantuan negara yang lain. Jika didalam satu negara terdapat surplus keuangan maka kelebihan wang itu dapat disalurkan kenegara-negara miskin untuk biaya tabligh, biaya penerbitan literatur atau biaya pembangunan mesjid dan lain-lain. Demikianlah sebuah nizam yang dijalankan dibawah bimbingan Khalifae waqt. Melalui nizam ini negara-negara yang memerlukan bantuan dapat dipenuhi, dimana diperlukan dana untuk penerbitan literatur atau diperlukan dana untuk pengembangan pertablighan atau ta’lim dan tarbiyyat dapat dipenuhi.                    

Penjelasan tentang Nizam Wasiyyat dan Nizam Khilafat telah diberikan oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. secara serempak. Beliau juga menjelaskan cara untuk menyempurnakan semua keperluannya. Berkat nizam Khilafat orang-orang yang membayar candah yakin dan percaya sepenuhnya bahwa wang candah akan digunakan sesuai fungsinya tidak akan hilang atau disalah gunakan. Bahkan orang-orang ghair Ahmady juga percaya bahwa jika wang zakat mereka disimpan pada orang-orang Jema’at akan selamat dan akan disalurkan dengan cara yang benar. Ketika saya berada di Ghana orang-orang ghair Ahmady berdatangan kepada saya untuk memberikan zakat mereka sambil berkata : Tuanlah yang akan menggunakan wang zakat ini dengan benar dan jujur. Banyak kenalan-kenalan saya yang datang untuk mengumpulkan zakat dari hasil panenan mereka di Mission House. Mereka berkata : ”Jika zakat ini kami berikan kepada para kiyai atau kepada imam-imam tidak akan mereka gunakan secara tepat bahkan mereka sendiri yang akan memakannya.” Sampai sekarang juga berdatangan surat-surat dari beberapa Jema’at yang mengatakan : Banyak orang-orang ghair Ahmady yang ingin menyerahkan sadqah dan zakat mereka kepada Jema’at, kami mohon petunjuk dari Huzur. Jadi, sehubungan dengan sadqah dan zakat, Jema’at boleh memberi sadqah dan zakat dan juga menerima-nya dari luar Jema’at. Akan tetapi candah yang biasa diterima oleh Jema’at hanya diambil dari orang-orang Jema’at. Jadi bagaimanapun zakat itu sangat erat kaitannya dengan Nizam Khilafat. Kemudian didalam akhir ayat itu diterangkan masalah itha’at. Maka asas utama bagi hubungan hakiki dengan Allah swt dan dengan Rasul-Nya dan sebagai natijahnya terjalin hubungan dengan Khilafat adalah itha’at yang kamil. Jika itha’at kamil ini ada maka orangt-orang mukmin akan menjadi para pewaris ni’mat-ni’mat Allah swt.       

Pada akhirnya saya akan membacakan risalah Alwasiyyat dihadapan anda sekalian. Didalam risalah itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. mengumumkan janji-janji dan nubuatan-nubuatan Allah swt. Diantaranya dikatakan bahwa sa’at wafat beliau sudah dekat. Bersamaan dengan kewafatan beliau itu Allah swt memberitahukan bahwa sekalipun waktu kewafatan sudah dekat namun semua tuduhan dan keberatan-keberatan dari pihak lawan yang dimaksud untuk menghina engkau akan Kami lenyapkan dan akan Kami berikan perlindungan kepada engkau. Dan Allah swt berfirman : ” Aku meridhai engkau.” dan berfirman lagi : ” Akan selalu timbul tanda-tanda demi mendukung kebenaran engkau. ” Dunia telah menyaksikan bahwa orang-orang yang bermaksud dan berusaha untuk menghina beliau mereka sendiri yang telah menelan kehinaan. Sampai tanda-tanda wujud merekapun tidak nampak lagi dan hilang lenyap”  Orang-orang tukang mencemooh, orang-orang tukang melemparkan tuduhan-tuduhan palsu mereka sendiri yang menerima akibat buruknya. Akan tetapi Jema’at beliau a.s. berkembang terus menembus keseluruh pelosok dunia. Tanda-tanda agung yang telah mulai timbul dizaman beliau a.s. sekarang juga terus timbul dari waktu kewaktu. Setiap tahun ratusan ribu orang bai’at masuk kedalam Jema’at beliau a.s. mereka telah menerima petunjuk langsung dari Allah swt. Atau mereka menyaksikan tanda-tanda yang mendukung kebenaran beliau a.s. Hal itu semua dukungan dari Allah swt yang menjadi bukti kebenaran beliau a.s. Hazrat Masih Mau’ud a.s, bersabda : ” Allah swt berfirman kepada-ku bahwa : kai hawadis zahir hongge our kai afatein utrengge. Banyak sekali peristiwa-peristiwa bakal terjadi dan banyak musibah-musibah akan muncul. Diantarnya akan zahir dimasa kehidupan-ku dan sebagian lagi akan zahir sesudah-ku tiada. Dan Dia akan memberi kemajuan sepenuhnya kepada Jema’at ini diantaranya melalui usaha tangan-ku dan sebagian akan diperoleh sesudah-ku.”  Kesempurnaan janji-janji dan khabar-kahabar ghaib Allah swt ini sekarang kita sedang menyaksikannya. Musibah-nusibah juga sedang bermunculan dan semakin bertambah dahsyat. Didalam siaran  berita sehari-hari ada saja yang disampaikan mengenai suatu negara yang menjadi sasaran bencana alam yang dahsyat. Mengenai musibah-musibah itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah-pun memberi peringatan bahwa musibah-musibah itu akan datang. Apakah perkara-perkara itu tidak cukup bagi orang-orang yang berakal? Fikirlah baik-baik!! Seorang yang telah menda’wakan diri sebagai Utusan Tuhan telah mendapat kabar dari pada-Nya dan telah memberi tahu akan terjadi musibah berupa bencana-bencana bahkan sekarang kita sedang menyaksikan berbagai macam musibah sedang mengepung dunia. Perkataan Utusan Tuhan itu harus direnungkan oleh mereka yang menentang kebenaran Hazrat Masih Mau’ud a.s. sebagai Utusan-Nya. Dan sekarang patut direnungkan secara khas dan dengan cermat oleh orang-orang yang setiap waktu giat melawan Jema’at Ahmadiyah bahwa sekalipun mereka telah berusaha melawan dengan keras namun setiap sa’at langkah Jema’at Ahmadiyah terus berderap maju meraih kemenangan. Apakah pekerjaan ini semata-mata pekerjaan seorang manusia? Kemajuan dimana-mana sedang diraih dan kalbu-kalbu manusia sedang condong kearah Jema’at ini. Tuhanlah yang merundukkan kalbu-kalbu manusia terhadap Imam Zaman ini. Sampai kapan mereka akan mengakhiri perlawanan terhadap Tuhan? Mereka tidak akan dapat meraih apapun, kecuali mereka akan menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat mereka sendiri. Dan tentang itu Hzrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskannya kepada dunia, sabdanya: Sekalipun kalian berdo’a kepada Tuhan hingga mata kalian bengkak karena menangis dan hidung kalian digesek-gesek diatas sajadah hingga pesek memohon kehancuran-ku, tidak akan mendatangkan kesan apapun terhadap-ku sebab Tuhan tidak akan mengabulkan do’a kalian. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: Adalah sunnah Allah swt semenjak Dia menciptakan manusia diatas bumi selamanya Dia menzhirkan sunnah-Nya ini, yaitu Dia selalu menolong para Anbya dan para Rasul-Nya dan memberi kemenangan kepada mereka. Sebagaimana Dia berfirman: Kataballahu laaghlibanna ana wa rusuli. Artinya: ”Allah sudah memutuskan, bahwa Aku dan Rasul-rasul-Akulah yang akan menang.” Dan yang dimaksud dengan kemenangan yaitu sebagaimana keinginan para Nabi dan para Rasul yaitu keterangan dan dalil Allah swt sempurna diatas bumi ini, dan tidak ada seorang-pun yang dapat melawannya. Demikian pula Allah swt membuktikan kebenaran mereka dengan tanda-tanda yang kuat. Dan kebenaran yang hendak dikembangkan oleh mereka didunia, Allah swt menanamkan benihnya melalui tangan mereka itu.  Akan tetapi untuk mencapai kesempurnaanya Allah swt tidak melakukannya melalui tangan mereka itu atau tangan para Rasul itu, bahkan Allah swt mewafatkan mereka sehingga menurut lahiriah menimbulkan rasa takut jangan-jangan pekerjaan ini akan gagal. Dan para penentang diberi kesempatan untuk tertawa dengan gembira, berolok-olok, mencela dan memaki. Dan apabila mereka sudah puas mentertawakan dan mencemoohkan, barulah Allah swt memperlihatkan tangan qudrat-Nya yang kedua. Dan disediakan-Nya bahan-bahan yang dengan perantaraannya, cita-cita yang terbengkalai tadi akan mencapai kesempurnaan. Dalam keadaan dmikian, Allah swt menunjukkan qudrat-Nya yang sangat perkasa.” Sekarang Tarikh Jema’at Ahmadiyah menjadi saksi bahwa apa saja yang telah dijanjikan oleh Allah swt dan yang telah dunubuatkan-Nya yang pengumumannya telah dilakukan melaui Imam Zaman a.s. setiap waktu bahkan setiap sa’at sedang menzahirkan kesempurnaannya. Baik dimasa Khilafat awal (pertama), dimana selain perlawanan dari luar, didalam tubuh Jema’at juga mulai timbul fitnah dan kekacauan. Atau dimasa Khilafat Tsaniah (kedua), sejak pemilihan Khalifah sampai akhir masa Khilafat kedua timbul bermacam fitnah dari dalam, bahkan sebagian dari Jema’at telah memisahkan diri. Selain itu gejolak perlawanan dari luar juga sangat keras sekali, akan tetapi kemajuan Jema’at tidak pernah mengalami stagnasi. Kemudian dimasa Khilafat Salitsah (ketiga) juga selain perlawanan dari pihak luar yang sangat keras sekali dari dalam juga timbul fitnah. Akan tetapi dengan karunia Allah Jema’at terus-menerus memperoleh kemajuan. Setelah itu tiba sa’at Khilafat rabi’ (keempat). Musuh-musuh Jema’at telah melakukan penyerangan sangat keras sekali. Mereka telah merasa yakin untuk menghancurkan Jema’at sebab, rencana mereka sudah sangat solid sekali untuk membuat Jema’at porak-poranda.  Keselamatan Jema’at sangat rawan dan terancam sekali. Tidak nampak suatu jalan untuk selamat dari ancaman dan keganasan mereka. Namun begitu, sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah sempurna dengan tanda-tanda yang sangat cemerlang, bahwa untuk kedua kalinya Tuhan menunjukkan qudrat-Nya yang sangat perkasa. Dan Qudrat-Nya yang perkasa itu telah menghancur-leburkan musuh Jema’at itu diangkasa sehingga hancur menjadi debu. Setelah itu masa Khilafat khamisah (kelima) dimana api hasad dan perlawanan pihak musuh telah mencapai punca yang sangat ganas dan dahsyat sekali. Serangan secara zalim terhadap orang-orang Ahmady yang sangat lemah tak berdaya telah mereka lakukan. Darah orang-orang Ahmady tak berdosa telah banyak mereka tumpahkan secara zalim. Dengan melihat kejadian-kejadian seperti itu kita tidak dapat membedakan apakah ini perbuatan manusia atau perbuatan makhluk lain yang lebih jahat dari pada binatang. Begitu juga didalam internal Jema’at, ada beberapa orang yang berlagak menjadi simpatisan Jema’at namun kemudian menghasut kesana-kemari dan berusaha kasak-kusuk menimbulkan perpecahan didalam tubuh Jema’at. Akan tetapi Allah swt sesuai dengan janji-Nya, Khilafat yang telah mendapat dukungan penuh dari Allah swt melakukan perlawanan terhadap mereka. Bahklan Allah swt sendiri sedang melawan mereka. Saya seorang manusia yang sangat lemah dan tak berarti. Saya tidak memiliki suatu khasiat apapun. Akan tetapi Khilafat Ahmadiyah mendapat pertolongan dan dukungan penuh dari Allah swt Yang Gagah Perkasa dan Pemilik semua sumber kekuatan. Dan Dialah Tuhan yang telah berjanji kepada Hazrat Masih Ma’ud a.s. bahwa: ”Aku akan menunjukkan qudrat-Ku yang sangat perkasa.” Tuhan sedang menunjukkannya pada waktu ini danakan  terus selalu menunjukkannya. Sekarang musuh-musuh senantiasa akan menghadapi kegagalan dalam kelicikan mereka, kepintaran mereka, serangan-serangan mereka untuk menghancurkan Jema’at ini. Musuh-musuh sedang berusaha menggunakan media electronic untuk memutar balikkan fakta-fakta yang sebenarnya dari kitab-kitab Hazrat Masih Mau’ud a.s. Maka berkat bimbingan Khilafat, Allah swt telah menganugerahkan pasukan anak-anak muda kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. disetiap negara didunia yang sedang berjuang seperti Hazrat Talhah r.a. berdiri dengan dada terbuka menghadapi serangan musush-musuh. Bahkan mereka itu memberi jawaban-jawaban yang sangat tepat dan mengesankan sehingga memaksa hati manusia menyatakan puji syukur kepada Allah swt dan karenanya iman manusia semakin meningkat dan bertambah yakin terhadap janji-janji Tuhan.                                                 

Sehubungan akan dijalankannya Qudrat tsaniah secara tetap, Hazrat Masih Mau’ud a.s demi meyakinkan kita bersabda : Wahai saudara-saudara-ku! Karena sejak dahulu begitulah keadaan sunnatullah, bahwa Allah swt menunjukkan dua macam Kudrat-Nya, supaya Dia memperlihatkan bagaimana cara menghapuskan dua macam kegirangan palsu musuh-musuh, maka sekarang tidak mungkin Allah swt akan meninggalkan sunnah-Nya yang tidak pernah berobah itu. Maka janganlah kamu bersedih hati karena uraianku yang aku terangkan dimukamu ini (yakni tentang kewafatan beliau, pent). Jangan hendaknya hati jadi kusut, karena bagi kamu perlu sekali melihat Kudrat yang kedua. Kedatangannya akan membawa kebaikan kepadamu, sebab dia selamanya akan tinggal bersama kamu, dan sampai kiamat silsilahnya akan berjalan tanpa putus. Kudrat yang kedua itu tidak dapat datang sebelum aku pergi. Akan tetapi bila aku pergi, maka Tuhan akan mengirimkan Kudrat kedua itu kepadamu, yang akan tinggal bersama kamu untuk selama-lamanya, sebagaimana janji Allah swt tertulis didalam Kitab Barahin Ahmadiyyah. Janji itu bukan untuk aku, melainkan untuk kamu sekalian. Tuhan berfirman : ” Aku akan memberi kepada Jema’at ini, yakni pengikut-pengikut engkau, kemenangan diatas golongan-golongan lain sampai kiamat. Dari itu mestilah datang kepadamu hari perpisahannku, supaya sesudah itu baru datang hari yang menjadi hari perjanjian kekal. Tuhan kita adalah Tuhan yang menepati janji, setia dan benar. Dia akan memperlihatkan kepadamu segala apa yang telah dijanjikan-Nya. Meskipun masa ini adalah masa akhir dunia serta banyak malapetaka akan tiba, tetapi mestilah dunia akan tetap berdiri sebelum segala hal yang dikhabarkan Tuhan itu terbukti semuanya. (Al Wasiyyat : hal. 15-15)
       
Jadi, janji Khilafat Ahmadiyah adalah kekal bagi mereka yang akan datang kemudian dan Nizam Khilafat ini akan  terus berdiri selama mereka menyatakan itha’at yang kamil dan akan menjalin hubungan dengan Khilafat dengan setia disertai hati penuh ikhlas. Mereka akan selalu menyaksikan sempurnanya janji-janji Allah swt terhadap Jema’at ini. Mata musuh-musuh dan manusia bertabiat buruk tertutup, mereka tidak dapat melihat pemandangan turunnya dukungan dan pertolongan Allah swt. Dengan karunia Allah swt kita setiap sa’at sedang menyaksikan existensi qudrat Allah swt yang telah djanjikan mengenai kita kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. keagungannya setiap hari nampak kepada kita dengan cemerlang. Perlakuan tidak adil dan kezaliman musuh-musuh, dan penyerangan terhadap kita menggunakan senjata, hal itu smua membuktikan bahwa musuh-musuh tidak berani memberi jawaban dengan dalil-dalil yang tepat dan masuk akal, dan Jema’at Ahmadiyah membungkam mulut-mulut musuh dengan dalil-dalil adalah bukti sempurnanya janji Allah swt terhadap Jema’at Ahmadiyah. Sebagaimana firman-Nya : ” Aku akan memberi kepada Jema’at ini, yakni pengikut-pengikut engkau, kemenangan diatas golongan-golongan lain sampai kiamat. Kemenangan ini diperoleh melalui dalil-dalil yang tidak dapat dibantah oleh siapapun dari antara para penentang.                                      

Selanjutnya sambil menyebut Khilafat Ahmadiyah beliau a.s. mengingatkan kedatangan kembali kudrat tsaniyah dan menjelaskan cara berdirinya. Beliau bersabda : ” Aku lahir sebagai suatu qudrat dari Tuhan. Aku adalah qudrat Tuhan yang berjasad. Kemudian sesudah aku akan ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar atau manifestasi Qudrat Kedua. Sebab itu senantiasalah kamu berhimpun sambil memanjatkan do’a, menanti Qudrat yang kedua itu. Hendaknya tiap Jema’at para solihin disetiap negeri senantiasa berhimpun dan terus-menerus memanjatkan do’akan supaya Qudrat Kedua turun dari langit. Dan kepada kamu diperlihatkan, bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Anggaplah ajal kamu sudah dekat, kamu tidak tahu bila sa’at itu akan  tiba.     Hendaknya orang-orang tua Jema’at yang berjiwa suci, sepeninggal-ku menerima bai’at atas namaku dari orang-orang. Allah swt menghendaki agar semua ruh yang tinggal yang berdiam diseluruh pelosok bumi, baik di Eropah atau-pun di Asia, semuanya yang bertabi’at baik akan ditarik kepada Tauhid dan akan dihimpun dalam satu agama. Inilah kehendak Allah swt yang karena-Nyalah aku telah diutus kedunia. Ikutilah olehmu kehendak ini, tetapi dengan lemah-lembut, dengan akhlak dan dengan banyak berdo’a. Dan sebelum ada yang berdiri dengan beroleh Ruhulqudus dari Tuhan, sementara itu bekerjalah semuanya bersama-sama sepeninggal aku. (Al Wasiyat : 14-17) 


Jadi, didalam penjelasan tersebut setelah wafat Hazrat Masih Mau’ud a.s sampai masa pemilihan Khalifah dan setiap setelah wafat Khalifah pemilihan Khalifah berikutnya apabila terdapat tenggang waktu, dinasihatkan agar didalam kesempatan itu jangan berobah sikap dan jangan intoleran. Jika harus menunggu satu dua hari sebelum pemilihan terdapat waktu luang, jika ingin mendapat barkat dari Qudrat Kedua, pada waktu itu berhimpunlah selalu sambil banyak-banyak memanjatkan do’a kemudian pilihlah Khalifahe waqt. Dari hal ini jangan sampai salah faham terhadap sabda beliau a.s. bahwa : orang-orang tua Jema’at yang berjiwa suci, sepeninggal-ku menerima bai’at atas namaku dari orang-orang. Seakan-akan Khalifat tidak melambangkan kepada satu orang, melainkan kepada kumpulan orang-orang. Oleh sebab itu orang-orang ghair mubayi’in (orang-orang yang tidak bai’at) membuat sabda beliau tersebut sebagai alasan untuk menetapkan Anjuman sebagai lambang Khalifah. Penjelasan tentang sabda itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menuliskan pada catatan kaki dibawah kalimat tersebut, sebagai berikut : ” Pemilihan orang-orang demikian adalah atas mufakat orang-orang mukmin. Jadi orang yang telah disepakati oleh 40 orang mukmin, bahwa ia patut menerima bai’at orang-orang atas namaku, ia diperbolehkan menerima bai’at. Hendaknya ia menjadi contoh bagi orang-orang lain. (Footnote, Al Wasiyat Hal 16) Disini jelas sekali bahwa Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menggunakan perkataan jenis tunggal yang maksudnya adalah Khalifah. Dimana beliau a.s. menggunakan perkataan jenis majemuk (jama’) bukan ditujukan kepada Anjuman, melainkan tentang Khulafa (Khalifah-khalifah) yakni Khulafa yang akan terpilih dimasa mendatang. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas sebuah majlis intikhab telah didirikan oleh Jema’at yang diamalkan dibawah petunjuk Khilafat Tsaniah sampai sekarang. Jika sekarang ada yang bertanya apa dalilnya bahwa Khalifah dipilih oleh Allah swt. Maka pertama sekali kesaksian dan pertolongan Tuhan secara praktical (amaliah) dan ru’ya salihah yang diperlihatkan Tuhan kepada para anggauta Jema’at. Mengamalkan perintah-perintah Khalifae Waqt dengan hati penuh tha’at dan ikhlas, Allah swt menggerakkan hati manusia kearah Khalifah pilihan-Nya. Hal itu semua datang dari Allah swt dan merupakan dalil bahwa Khalifah dipilih oleh Tuhan. Tentang perkara ini sebelum-nya saya telah mengemukakan contoh-contoh, bagaimana usaha-usaha para penentang Jema’at, dan bagaimana Qudrat Allah swt yang sangat perkasa telah memperlihatkan tanda-tanda-Nya. Selanjutnya Hazrat Masih Mau’ud a.s memberi nasihat sebagai berikut : ” Hendaknya kamu juga mengambil bahagian dalam Ruhul Qudus itu untuk berkasih sayang terhadap sesama makhluk dan untuk membersihkan jiwamu. Sebab taqwa yang sejati tidak akan tercapai tanpa Ruhul Qudus. Ambillah jalan keridhaan Tuhan sambil meninggalkan kehendak-kehendak nafsu, yaitu jalan yang tidak ada lebih sempit dari itu. Janganlah kamu mabuk oleh kelezatan dunia, karena semuanya akan menjauhkan diri kalian dari Tuhan. Terimalah penghidupan pahit karena Tuhan. Kesukaran yang karenanya Tuhan  ridha, lebih baik dari pada kesenangan yang karenanya Tuhan murka. Kekalahan yang karenanya Tuhan suka lebih baik dari pada kemenangan yang menyebabkan kemurkaan Ilahi. Buanglah kecintaan yang mendekatkan kemarahan Tuhan itu. Kalau kamu datang kepada-Nya dengan hati bersih, niscaya ditiap jalan kamu akan ditolong-Nya, dan tak ada seorang musuhpun yang dapat mencelakakan kamu. Sekali-kali kamu tak akan dapat mencapai keridhaan Tuhan sebelum kamu meninggallkan kemauanmu, kesenanganmu, kehormatanmu, harta-bendamu, jiwamu serta menanggung segala kepahitan dijalan-Nya, hampir-hampir menyerupai kematian. Akan tetapi kalau kepahitan itu kamu tanggung, maka laksana  seorang kanak-kanak yang disayangi, kamu akan berada dalam pangkuan Tuhan. Dan kamu akan jadi waris orang-orang suci yang telah berlalu sebelum kamu. Segala pintu ni’mat akan terbuka bagi kamu, tetapi amat sedikit yang demikian itu.” Selanjutnya beliau a.s. bersabda: ” Jangan kamu menyangka bahwa Tuhan akan menyia-nyiakan kamu. Kamu adalah sebuah benih dari Tuhan yang sudah ditanamkan dalam bumi. Allah berfirman : ” Benih ini akan tumbuh kian besar,dari tiap-tiap pihak akan keluar cabang-cabangnya dan akan menjadi sebatang pokok (pohon) besar. Berbahagialah orang yang percaya kepada firman Tuhan, dan dia tidak gentar menghadapi percobaan-percobaan yang akan datang dipertengahan masa itu. Sebab kedatangan percobaan-pecobaan-pun  perlu sekali supaya Tuhan menguji kamu, siapkah yang benar dalam pengakuan bai’atnya dna siapa pula yang bohong. Orang yang tergelincir karena sesuatu cobaan ia sedikitpun tidak merugikan Tuhan, bahkan kesialannya itu akan membawanya keneraka. Jika ia tidak dilahirkan akan lebih baik bagi dia. Akan tetapi orang-orang yang sabar hingga akhir, mereka ditimpa gempa musibat, diserang angin ribut, bangsa-bangsa mentertawakan dan memperolok-olokkan mereka, dan dunia memperlakukan mereka dengan cara yang amat bjijik; merekalah yang akhirnya akan menang. Pintu-pintu barkat akan dibuka untuk mereka. Tuhan berfirman kepadaku : ” bahwa aku harus memberi tahu kepada Jema’at-ku yaitu; orang-orang yang beriman, dengan iman yang tidak dicampuri keduniaan, iman yang tidak dinodai kemunafikan atau kegentaran, dan iman itu meliputi semua derajat itha’at, orang-orang yang demikian inilah yang disukai oleh Allah swt. Tuhan berfirman: ” orang-orang inilah yang jejak-langkahnya terletak diatas jejak kebenaran. (Al Wasiyat hal; 17-21) Dengan karunia Allah swt mutu keikhlasan berkurban didalam Jema’at Ahmadiyah disetiap negeri diseluruh pelosok dunia semakin maju terus. Dan dengan karunia Allah saw kita sedang menyaksikan sempurnanya janji-janji Allah swt terhadap Hazart Masih Mau’ud a.s. Dengan semangat keikhlasan keberanian dan dedikasi yang sangat luhur pengurbanan-pengurbanan jiwa dan raga serta harta benda sedang dipersembahkan oleh para anggauta Jema’at. Akan tetapi kutipan-kutipan dari sabda-sabda beliau a.s. tersebut diatas terdapat peringatan-peringatan dan juga khabar-khabar suka yang diberikan kepada orang-orang yang mempunyai ikatan dengan Khilafat dan Jema’at. Maka tugas setiap orang dari kita semua untuk mendapatkan bahagian dari pada khabar-khabar suka itu, untuk meraih berkat-berkat dari janji-janji Allah swt menjadi orang-orang yang mampu menanamkan keagungan Allah swt didalam kalbu-kalbu kita, mampu menunjukkan tauhid Ilahi secara amaliah didalam kehidupan kita, menjadi orang-orang yang betul-betul mempunyai rasa simpati hakiki terhadap sesama manusia. Menjadi orang-orang yang membersihkan diri dari kedengkian dan permusuhan, menjadi orang-orang yang selalu melangkahkan kaki diatas jalan kebaikan, selalu menjaga keadaan iman mereka setiap waktu, menjadi orang-orang yang menunjukkan contoh itha’at yang kamil, menjadi orang-orang yang selalu meningkatkan iman mereka, agar derap-langkah kita dianggap oleh Tuhan sebagai langkah yang sidq atau benar disisi-Nya. Dan kita menjadi peraih barkat-barkat dari janji-janji-Nya. Pada bagian akhir risalah Al Wasiyat itu Hazrat Masih Mau’d a.s. bagi orang-orang yanq bertaqwa, dan bagi orang-orang yang meju dalam keimanan mereka, yang telah berusaha demi meraih standar iman yang sangat luhur dan menjadi bagian dari Nizam pengurbanan Harta yang telah diselenggarakan oleh beliau a.s. yang pengumumannya telah beliau lakukan, yang akan mewasiyatkan income dan harta benda mereka, yang akan dibelanjakan untuk penyebaran Islam, penerbitan literatures dan Alqur’an. Selain dari itu untuk bantuan terhadap orang-orang yatim dan orang-orang miskin yang tidak mampu. Beliau a.s. bersabda : ”Saya yakin harta ini akan banyak sekali terkumpul dan pekerjaan juga akan terus berkembang, sebab ini semua merupakan janji Allah swt, Raja Langit dan Bumi. Hazrat Masih Mau’ud a.s. mendoákan orang-orang yang ikut ambil bagian didalam Nizam Wasiyat dan yang membantu keperluan agama dan keperlauan makhluk-makhluk Allah swt. Beliau a.s. memanjatkan do’a sebagai berikut : ” Hai Tuhanku Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah, Hai Tuhanku Yang Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Berikanlah tempat kuburan disini khas kepada orang-orang yang benar-benar iman kepada Pesuruh Engkau ini dan yang tidak menaruh kemunafiqan, hawa nafsu dan jahat sangka dalam dirinya. Dan yang menjalankan tuntutan iman dan itha’at yang sebenar-benarnya.” Maka orang-orang yang telah berwasiyat iman mereka, itha’at dan standar pengurbanan mereka juga harus selalu maju terus. Sebab mereka telah berjanji dan setelah berwasiyyat harus meningkatkan taqwa lebih dari sebelumnya. Hubungan dengan Khiafat juga harus lebih erat dari sebelumnya. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada setiap Ahmady untuk selalu meningkatkan iman mereka. Selalu memperoleh berkat-berkat dari janji-janji Ilahi terhadap Nizam Khilafat, supaya Nizam ini selalu berjalan terus dan kita selalu mendapat banyak barkat-barkat dari padanya. Amin !!!                  
( Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri )