Rabu, 06 April 2011

Aqidah Jama'ah Muslim Ahmadiyah


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صّلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ

اَ ْلإِيْمَانُ : اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْمِيْزَانِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan engkau beriman kepada Surga, Neraka, Mizan; dan engkau beriman kepada Kebangkitan sesudah mati; dan engkau beriman kepada Taqdir, baiknya dan buruknya.” (HR Al-Baihaqi dalam Syi’abil-Iman,An-Nasai, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Umar r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz I/1)

Islam Di Zaman Akhir

Sejarah menjadi saksi bahwa Nabi Besar Muhammad saw. ketika mengajarkan  Islam ditentang keras oleh kaum Quraisy yang konon mereka mengaku sebagai pewaris agama Nabi Ibrahim dan Ismail a.s.. Padahal semua Nabi itu sama-sama mengajarkan tauhid seakan-akan waktu itu ajaran beliau saw. berbeda dengan ajaran tauhid Nabi Ibrahim dan Ismail a.s.,  yang asing bagi mereka. Demikian juga, kaum Muslimin zaman akhir menentang keras Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. – Pendiri Jemaat Ahmadiyah – mengajarkan Islam yang pernah diajarkan dan dicontohkan Nabi Besar Muhammad saw. 13 abad sebelumnya, tanpa menambah dan mengurangi sedikitpun. Padahal mereka selalu memohon kepada Allah Taala akan kedatangan beliau dalam Surat Al-Fatihah, yang dibaca dalam setiap rakaat shalat. Juga dijanjikan dalam Surat Al-Jumu’ah (62 : 3) yang dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat. Kenyataan ini membuktikan bahwa nubuwat beliau saw. di zaman ini telah tergenapi sebagai bukti kebenaran beliau saw. bagi orang yang mau merenungkan.

Rasulullah saw. bersabda:
بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا ثُمَّ يَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَآءِ
“Islam itu pada mulanya asing, kemudian akan kembali sebagaimana pada mulanya. Maka berbahagialah bagi orang-orang asing.” (HR Abdur Rahman bin Sunnah Al-Asja’I Fil-Ashabah Al-Aslami; dan Kanzul-Umal, Juz I/1201)

Guna meyakinkan umat Islam, beliau a.s. menjelaskan dengan tegas akidah yang beliau ajarkan itu sebagaimana yang diajarkan Alquran dan Hadis-hadis Rasulullah saw..

Imam Mahdi a.s. bersabda:
إِنَّا نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ نُؤْمِنُ بِاللهِ الْفَرْدِ الصَّمَدِ اْلأَحَدِ قَائِلِيْنَ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ وَنُؤْمِنُ بِكِتَابِ اللهِ الْقُرْآنِِ وَرَسُوْلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَنُؤْمِنُ بِالْمَلآَئِكَةِ وَيَوْمِ الْبَعْثِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ ... وَنَقْبَلُ كُلَّمَا جَاءَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِنْ فَهِمْنَا اَوْلَمْ نَفْهَمْ سِرَّهُ وَلَمْ نُدْرِكْ حَقِيْقَتَهُ وَاَنَا بِفَضْلِ اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Sesungguhnya kami orang-orang Islam, kami beriman kepada Allah Sendiri, yang segala sesuatu Bergantung pada-Nya, Yang Maha Esa. Kami menyatakan tidak ada Tuhan kecuali Dia; dan kami beriman kepada Kitabullah Alquran dan Rasul-Nya, Paduka kita Muhammad Khatam para Nabi; dan kami beriman kepada malaikat dan Hari Kebangkitan dan Surga dan Neraka … dan kami menerima setiap yang datang dari Rasulullah saw. baik kami mengerti atau kami tidak mengerti rahasianya serta kami tidak mendapatkan hakikatnya; dan berkat karunia Allah, aku termasuk orang-orang beriman yang menegakkan tauhid dan berserah diri.” (Nurul-Haq, Juz I, halaman 5)

Jadi Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. datang kepada umat manusia di zaman akhir ini semata-mata untuk menghidupkan dan menegakkan kembali ajaran Islam yang pernah diajarkan dan dicontohkan Nabi Besar Muhammad saw.. Baik ajaran yang termaktub dalam Kitab Alquran maupun Hadis. Agar lebih jelas kami paparkan beberapa kutipan ajaran Imam Mahdi a.s. yang berkaitan dengan aqidah.

Iman Kepada Allah Taala dan Malaikat-Nya
Menurut ajaran Imam Mahdi a.s. bahwa kebajikan dan kesucian sejati menuntut seseorang untuk beriman kepada Tuhan karena penegak hukum dunia tidak mengetahui apa yang diperbuat seseorang di dalam empat dinding rumahnya dan di balik tirai. Bahkan, jika seseorang menyatakan dirinya taat pada agama, dia tidak dapat ditangkap atas apa yang ada dalam hatinya. Dan tidak ada satu pemerintahan pun di dunia yang ditakuti manusia sama besarnya saat malam atau siang, dalam gelap atau terang, di tempat terpencil atau di tempat ramai, dalam tempat yang sunyi atau tempat berpenduduk padat, di dalam empat dinding rumahnya atau di pasar. Itulah sebabnya moral dapat diperbaiki hanya dengan beriman kepada Wujud Yang Mengawasi manusia kapan saja dan di mana saja dan mengetahui rahasia-rahasia di dalam hatinya karena saleh yang sebenar-benarnya adalah dia yang bagian dalam dan luar hatinya tidak berselisih satu sama lain. Siapa saja yang seperti itu adalah bagaikan malaikat di muka bumi. (Malfuzhat, Vol. I, hal. 301; terjemahan AM)

“Semakin kuat iman, semakin baik amal perbuatannya; sedemikian rupa sehingga jika kekuatan iman ini memperoleh kesempatan mencapai puncaknya, orang tersebut akan mencapai taraf syahid karena dalam hal ini tidak ada yang dapat menghalang-halanginya dan dia tidak segan mengorbankan hidupnya.” (Malfuzhat, Vol. I, hal. 326; terjemahan AM)

Selanjutnya, beliau a.s. menerangkan bahwa Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Dia Yang memiliki seluruh sifat mulia dan bersih dari segala macam kelemahan/kekurangan. Dia adalah Pencipta dan Penguasa seluruh benda. Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Islam tidak menjadikan suatu makhluk pun sebagai Tuhan atau sekutu bagi Tuhan. Islam mengajarkan perbedaan antara Khaliq dan Makhluq. (Malfuzhat, Jld. IV, hal. 145; terjemahan MI) “Untuk itu adalah penting agar kalian mewakafkan hidup kalian di jalan Allah. Dan, inilah Islam. Inilah tujuan yang untuknya saya diutus.” (Malfuzhat, Jld. III, hal. 188-189; terjemahan MI)

Imam Mahdi a.s. bersabda:
جِئْتُ ِلأُقِيْمَ النَّاسَ عَلَى التَّوْحِيْدِ
“Aku datang untuk menegakkan manusia di atas tauhid.” (Al-Istiftaa', hal. 45)

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Taala
Imam Mahdi a.s. menyatakan, “Diriku yang lemah telah diutus ke dunia menyampaikan pesan Tuhan untuk menyatakan bahwa di antara semua agama yang ada saat ini satu-satunya yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan adalah yang dikemukakan oleh Alquran dan Laa ilaaha illallaahu Muhammadur-Rasuulullaah adalah pintu memasuki Rumah Keselamatan. (Malfuzhat, Vol. II, hal. 132; terjemahan AM)

Sama sekali tidak mungkin mendapat keberhasilan tanpa mengikuti ajaran Alquran, jika seseorang berfikir sebaliknya, itu hanyalah semata-mata khayalan; orang-orang duniawi mengejar keberhasilan macam ini. (Malfuzhat, Vol, II, hal. 157; terjemahan AM)

Di masa kita, ada pertanyaan yang muncul: Apa sebab-sebab yang mengakibatkan kemunduran Islam, dan apa pula sarana-sarana yang melaluinya timbul jalan keluar bagi kemajuannya? Orang-orang telah memberikan berbagai macam jawaban atas hal itu sesuai dengan pemikiran masing-masing. Namun, jawaban yang benar adalah bahwa kemunduran itu terjadi karena meninggalkan Alquran. Dan, hanya dengan melakukan amalan-perbuatan yang sesuai dengannya (Alquran)-lah kondisinya akan menjadi baik.” (Malfuzhat, Vol. V, hal. 256; terjemahan AM)

Selanjutnya beliau a.s. bersabda, “Ini adalah suatu Kitab [yang selaras dengan] kudrat. Sebagaimana difirmankan: Fiihaa kutubun qoyyimah (Al-Bayyinah, 98 : 3). Ini adalah lembaran-lembaran yang di dalamnya terdapat seluruh kebenaran. Betapa beberkatnya Kitab ini dimana di dalamnya terkandung segala sarana/unsur untuk mencapai derajat yang paling tinggi.” (Malfuzhat, Jld. I, hal. 39; terjemahan MI) Maka dari itu, beliau a.s. mengajak umat manusia untuk membaca dan melaksanakan ajaran Alquran.

Beliau a.s. bersabda:
وَمَا آمُرُ النَّاسَ اِلاَّ بِالْقُرْآنِ وَاِلَى الْقُرْآنِ وَاِلَى طَاعَةِ الرَّبِّ الَّذِيْ اِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
“Aku tidak menyuruh manusia kecuali dengan Alquran dan kembali kepada Alquran dan taat kepada Tuhan yang kepada-Nya mereka akan dikembalikan.” (‘Ainah Kamalati Islam, hal. 486)

Iman Kepada Para Utusan Allah Taala
Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengajarkan iman kepada semua Nabi dan Utusan Allah Taala. Teristimewa ajaran keimanan kepada Nabi Besar Muhammad saw..

Sehubungan dengan ini beliau a.s. bersabda, “Tuhan telah berkehendak bahwa semua kesempurnaan yang dimiliki secara berbeda oleh para Nabi, terkumpul semuanya dalam wujud Rasulullah saw.. (Malfuzhat, Vol. I, hal. 326, Terjemahan AM)

Seandainya Yang Mulia Rasulullah saw tidak datang, maka bukan lagi kenabian, bukti akan adanya Tuhan pun tidak akan dapat dijumpai dalam keadaan demikian. Melalui ajaran beliaulah baru dapat diketahui: Qul huwallaahu ahad, Allaahush-shomad, Lamyalid walam yuulad, walam yakullaahu kufuwan ahad. (Al-Ikhlas, 112 : 1-4)

Orang Yahudi beraqidah bahwasanya Hadhrat Ibrahim a.s. adalah seorang wali dan melebihi segenap nabi. Kami bahkan beranggapan bahwa melangkahkan kaki satu langkah pun keluar dari Rasulullah saw. merupakan suatu kekafiran. Kepada kami telah diturunkan ilham: Kullu barakatim mim-Muhammad (saw.)—Segenap berkat ini berasal dari Muhammad saw.. Kami tidak keluar dari lingkup itu. Keluar dari (lingkup) mengikuti Rasulullah saw. adalah kekafiran.” (Malfuzhat, Jld. VIII, hal. 193-194; terjemahan MI)

Selanjutnya beliau a.s. bersabda:
لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ – آمَنْتُ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَكُتُبِهِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Utusan Allah – Kami beriman kepada Allah, malaikat-Nya dan para Rasul-Nya,  dan Kitab-kitab-Nya, dan Surga, dan Neraka serta Kebangkitan sesudah mati.” (Anwarul-Islam, hal. 34)

آمَنْتُ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَاَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَاتَّقُوْا اللهَ وَلاَ تَقُوْلُوْا لَسْتُ مُسْلِمًا وَاتَّقُوْا الْمَلِكَ الَّذِيْ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“Aku beriman kepada Allah dan malaikat-Nya dan Kitab-kitab-Nya dan Kebangkitan sesudah mati dan aku bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Allah Sendiri tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hambanya dan Rasul-Nya, maka takutlah kepada Allah dan janganlah kamu sekalian berkata aku bukan seorang muslim dan takutlah kepada Raja Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (Izalah Auham, hal. 1)

وَاللهُ يَعْلَمُ اِنِّيْ عَاشِقُ اْلاِسْلاَمِ وَفِدَاءُ حَضْرَةِ خَيْرِ اْلاَنَامِ وَغُلاَمُ اَحْمَدَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dan Allah mengetahui sesungguhnya aku adalah pecinta Islam dan sebagai tebusan Hadhrat sebaik-baik manusia dan pelayan Ahmad Mushthafa saw..” (Ainah Kamalati Islam, hal. 388)

Iman Kepada Hari Akhir
“Akhirnya, suatu hari dunia ini akan habis dan semuanya akan punah…. Itu betul. Dan, Allah Taala dari sejak awal sudah merupakan Khaliq (Pencipta) terus-menerus. Namun, Keesaan-Nya pun menuntut supaya Dia di suatu saat menghabiskan semuanya ini. Kullu man ‘alaiha faan. (Ar-Rahman, 55 : 26) Segala sesuatu yang ada di atasnya, akan menjadi punah. Kita tidak dapat mengatakan kapan waktu itu akan tiba. Namun, waktu yang demikian pasti akan dating. (Malfuzhat, jld. IX, hal. 193; terjemahan MI)

Hendaknya diketahui bahwa alam Akhirat pada hakikatnya merupakan sebuah refleksi alam dunia. Dan, segala sesuatu di dunia yang tampil secara rohani sebagai iman dan dampak keimanan, serta kufur dan dampak kekufuran, akan tampil di alam Akhirat secara jasmani. Allah Taala berfirman, “Wa Man kaana fii haadzihii a’maa fahuwa fil-aakhirati a’maa'. (Bani Israil, 17 : 72) Yakni, siapa yang buta di dunia ini, dia juga akan buta di Akhirat. (Malfuzhat, Jld. III, hal. 61-62; terjemahan MI)

Kemudian, mengenai anugerah di Surga, dalam kaitannya dengan orang-orang saleh, Allah Taala berfirman: Yufajjiruunahaa tafjiiraa—yang memancarkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan, 76 : 6) Yakni, dari tempat itu memancar dan mengalir sungai-sungai. Kemudian di tempat lain dalam rangka menguraikan ganjaran bagi orang-orang mukmin dan orang-orang yang beramal saleh, Allah Taala berfirman: Jannaatin tajrii min tahtihal-anhaar—Kebun Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. (Al-Baqarah, 2 : 25) (Malfuzhat, Jld. III, hal. 155-156; terjemahan MI)

Manusia hendaknya mengerti apa itu Neraka. Neraka yang pertama adalah yang telah dijanjikan oleh Tuhan (kepada orang yang berbuat kejahatan) dan Neraka yang satu lagi adalah kehidupan itu sendiri.” (Malfuzhat, Vol. II, hal. 101, Terjemahan AM)

Iman kepada Taqdir Allah Taala
“Orang-orang melontarkan kritikan mengenai ini, yakni mengapa taqdir itu terdiri dari dua bagian? Maka jawabnya adalah, pengalaman memberi kesaksian akan hal itu, yakni kadang-kadang tampil bentuk-bentuk yang sangat berbahaya dan manusia benar-benar jadi putus asa. Namun, melalui doa dan sedekah serta pengorbanan, akhirnya bentuk-bentuk bahaya tersebut jadi hilang. Jadi, akhirnya terpaksa diakui bahwa jika taqdir muallaq (taqdir yang masih dapat berubah) itu tidak ada, dan segala sesuatu yang berlaku hanyalah taqdir mubram (taqdir yang tidak dapat berubah), maka mengapa bisa terjadi penolakan bala? Dan berarti, doa serta sedekah dan sebagainya itu tidak ada artinya sedikitpun?

Betapa iradah Ilahi hanyalah untuk menakut-nakuti manusia sampai suatu batas tertentu. Dan, apabila manusia melakukan sedekah dan pengorbanan, maka rasa takut itupun dilenyapkan. Permisalan pengaruh doa adalah seperti unsur laki-laki dan perempuan. Apabila syaratnya terpenuhi, maka pada saat itu akan diperoleh. Dan jika terdapat kekurangan, maka suatu hal itu jadi batal. Dan apabila yang berlaku taqdir mubram, maka tidak timbul sarana-sarana pengabulan doa. Hati memang menginginkan doa, akan tetapi perhatian tidak dapat terbentuk sepenuhnya. Dan di dalam kalbu tidak terasa suatu kondisi yang mengalir—di dalam shalat, sujud dan sebagainya, terasa tidak nikmat. Dari itu diketahui bahwa hasil akhirnya tidaklah baik. Dan itu merupakan taqdir mubram.” (Malfuzhat, Jld. VII, hal. 87-88; terjemahan MI).

Dari semua kutipan di atas, jelas sekali bahwa Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah—Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Imam Mahdi dan Masih Mau’ud—mengimani dan mengajarkan Iman sebagaimana yang telah diajarkan Nabi Besar Muhammad saw..

Rasulullah saw. bersabda:
اَ ْلإِيْمَانُ : اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْمِيْزَانِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan engkau beriman kepada Surga, Neraka, Mizan; dan engkau beriman kepada Kebangkitan sesudah mati; dan engkau beriman kepada Taqdir, baiknya dan buruknya.” (HR Al-Baihaqi dalam Syi’abil-Iman,An-Nasai, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Umar r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz I/1) (Abdul Rozak)