Penanya:
Saya ingin bertanya bagaimana kita bisa mengetahui dari katanya tujuh puluh dua sekte atau mazhab dalam Islam, bahwa adalah Jemaat Ahmadiyah yang benar?
Mirza Tahir Ahmad:
Masalah ini pertama kali diungkapkan sekitar empatbelas abad yang silam dan ditanyakan langsung kepada Hazrat Rasulullah Muhammad saw dan jawaban beliau jelas adalah jawaban yang terbaik. Tidak mungkin ada jawaban yang lebih baik dari pada yang telah diberikan beliau. Jawaban beliau menjadikan masalah yang pelik ini menjadi mudah dimengerti.
Pertanyaan itu sendiri sebenarnya sangat sulit, apalagi bagi seseorang yang baru saja masuk ke dalam Islam seperti anda ini dimana melihat bahwa Islam terpecah dalam tujuh puluh dua (72) sekte plus satu (1) yaitu Jemaat Ahmadiyah. Yang dipermasalahkan bukanlah apakah Jemaat Ahmadiyah yang benar ataukah yang lainnya yang benar karena menjadi pertanyaan terbuka bagi semuanya.
Dari antara tujuh puluh tiga sekte itu salah satu di antaranya adalah Jemaat Ahmadiyah, sedangkan ke tujuh puluh dua sekte lainnya adalah yang menyatakan bahwa pengikut mereka pasti masuk surga. Bagi seorang pendatang baru misalnya dari agama Kristen atau agama lain, situasi seperti itu jelas membingungkan dan jadinya sulit mengambil keputusan. Namun pertimbangkanlah betapa agungnya Hazrat Rasulullahs.a.w. yang telah menjadikan masalah ini mudah bagi kita.
Beliau mendapat pertanyaan tersebut dari salah seorang sahabat yang menanyakan: ‘Ya Rasulullah, bagaimana kita bisa menentukan yang mana dari ke tujuh puluh dua sekte itu yang akan masuk surga dan mana yang akan masuk neraka? Sebelum menjawab lebih lanjut, ada baiknya kita melihat latar belakang dari munculnya pertanyaan tadi. Pertanyaan itu mengemuka ketika Hazrat Rasulullahs.a. w . sedang menjelaskan kepada para sahabat bahwa di masa depan nanti umat Islam akan terpecah menjadi tujuh puluh dua sekte dan ada satu Jemaat lainnya yang merupakan entitas tersendiri, terpisah dari yang banyak itu. Beliau menjelaskan bahwa yang tujuh puluh dua itu akan masuk neraka sedangkan Jemaat yang satu itu akan ke surga. Demikian itulah sabda Rasulullah saw. menurut terjemahan diriku. Mendengar deskripsi Hazrat Rasulullah saw. tersebut, salah seorang sahabat menjadi bimbang dan mengemukakan pertanyaan bagaimana caranya mengenali satu yang beruntung itu.
Memang pertanyaan itu sulit sekali namun perhatikanlah bagaimana jawaban Rasulullah saw. yang menyatakan: Ma ana alaihi wa ashabi (mereka yang mengikuti teladanku dan menjadi sahabatku). Dengan kata lain Hazrat Rasulullah saw. menyatakan bahwa kalian tidak perlu meragukan yang mana dari sekte-sekte itu yang berjalan di jalan yang lurus yaitu sekte yang dalam situasi dan kondisinya mirip sekali dengan pengikut dan sahabat beliau dan para pengikut sekte inilah yang akan masuk surga nantinya. Yang lalu menjadi pertanyaan adalah situasi apa yang dimaksud yang dikatakan sama atau mirip dengan pengikut dan sahabat beliau dimana mereka semua telah mengalami penderitaan dan kekejaman luar biasa yang harus mereka pikul.
Pemahaman akan jawaban dari pertanyaan ini akan memudahkan keseluruhan permasalahan. Hazrat Rasulullah saw. beserta para pengikut beliau tidak diizinkan untuk mengucapkan kalimah La ilaha i llallah Muhammad ur Rasulullah yang merupakan rukun Islam yang pertama. Umat Muslim awal yang mengucapkan kalimat tersebut dihukum dengan amat kerasnya. Mereka diseret-seret sepanjang jalan berbatu kota Mekah dan sering mereka disiksa dengan cara yang amat kejam yang pernah dikenal manusia. Penduduk Mekah menggunakan berbagai cara siksaan guna mencegah umat Muslim mengucapkan kalimah tersebut. Sekarang yang patut dipertanyakan ialah sekte mana yang sekarang ini di sebuah negara Muslim dilarang untuk mengucapkan kalimah La i laha illallah Muhammad ur Rasulullah tersebut atau pun menuliskan kata-kata itu di dinding mesjid-mesjidnya? Nyatanya hanya Jemaat Ahmadiyah, tidak ada sekte lainnya yang sekarang ini sedang mengalami perlakuan yang demikian kerasnya.
Masing-masing sekte dalam agama Islam memang saling bermusuhan dimana yang satu menghujat yang lainnya sebagai kafir, tetapi tidak ada yang melarang satu sama lain mengucapkan kal imah La ilaha il lal lah Muhammad ur Rasulullah. Satusatunya sekte yang mencolok di bidang ini hanyalah Jemaat Ahmadiyah. Pejabat pemerintah bersama-sama dengan para ulama bekerja sama menghapus kalimah itu dari dinding mesjid-mesjid Jemaat Ahmadiyah. Mereka terpaksa harus melaksanakannya sendiri karena para Ahmadi tidak sampai hati menggunakan tangannya untuk menghapus kalimah tersebut. Kejadian demikian di masa ini menjelaskan secara gamblang bahwa situasi yang dihadapi Hazrat Rasulullah saw. dan para pengikut beliau kini terulang kembali dan dialami oleh hanya satu sekte saja yaitu Jemaat Ahmadiyah.
Hazrat Rasulullahs.a.w. dan para pengikut beliau juga dilarang mendirikan mesjid. Tercatat dalam sejarah bagaimana Hazrat Abu Bakar Siddiq r.a. yang kemudian menjadi khalifah Islam yang pertama, pernah mendirikan sebuah mesjid di halamannya sendiri karena umat Muslim waktu itu tidak boleh membangun mesjid di luarnya. Nyatanya beliau pun dipaksa berhenti membangun meski di tanahnya sendiri. Segerombolan orang Mekah menerobos masuk rumah beliau dan menyatakan bahwa pembangunan tersebut tidak boleh diteruskan. Hal yang sama juga terjadi sekarang di Karachi, Pakistan, beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya hal seperti itu telah berlangsung lama. Mesjid-mesjid Jemaat Ahmadiyah telah dirusak, dihancurkan dan bahkan dibakar habis dimana hal seperti ini sudah merupakan cerita umum. Kejadian khusus yang ini sepertinya merupakan pengulangan sama dari peristiwa beberapa abad lalu di pekarangan Hazrat Abu Bakar Siddiqr.a. Di Karachi segerombolan orang telah menerobos masuk ke rumah seorang Ahmadi dan menghentikan yang bersangkutan bersama beberapa Ahmadi lainnya untuk shalat berjamaah di dalam rumahnya, dengan alasan bahwa rumahnya itu telah dijadikan mesjid dan mereka tidak membolehkan hal itu. Mereka mengatakan bahwa mereka merasa terhina dengan adanya orang Ahmadi yang melakukan shalat berjamaah di dalam rumahnya sendiri. Kemarahan gerombolan itu membahayakan nyawa keluarga mereka sehingga mereka terpaksa harus meninggalkan rumah dan diungsikan ke tempat lain. Hal seperti ini adalah suatu yang dianggap lumrah. Apakah ada sekte lain yang mirip keadaannya dengan Hazrat Rasulullahs.a.w. dan para pengikut beliau? Tidak ada lainnya kecuali Jemaat Ahmadiyah.
Selain itu para Ahmadi diancam oleh para penentangnya bahwa mereka tidak akan diterima sebagai Muslim, sedemikian rupa sampai mereka juga tidak boleh menyebut dirinya sebagai Muslim. Kata mereka, hanya kami yang berhak memberi nama kepada kalian yaitu sebagai ‘Mirzai’ atau ‘Qadiani’ dan bukan Ahmadi. Kata mereka orang Ahmadi tidak boleh sama sekali menggunakan kata Muslim dan juga tidak boleh memberi nama sendiri kepada sektenya sendiri. Pada zaman Hazrat Rasulullahs.a.w. umat Muslim pun diperlakukan sama. Tercatat dalam al-Quran bahwa nama mereka adalah ‘Saabi’ dan bukan Muslim. Hadith juga mengungkapkan hal ini secara rinci seperti riwayat Hazrat Umar Faruq ra. (yang kemudian menjadi Khalifah Islam yang kedua) ketika beliau berkunjung ke Kaabah. Beliau membawa seseorang yang menyerukan bahwa beliau telah menjadi Muslim. Mendengar hal ini maka orang yang menyerukan tersebut diserbu beramai-ramai dan dipukuli dengan alasan karena mereka hanya boleh menggunakan istilah ‘Saabi’ dan bukan ‘Muslim.’ Hanya istilah ‘Saabi’ yang telah mereka pilihkan itulah yang boleh digunakan bagi para pengikut Hazrat Rasulullah saw. Kalau mereka menyatakan diri sebagai Muslim maka hal itu dianggap sebagai suatu hal yang keterlaluan dan tidak bisa diizinkan.
Salah seorang sahabat Hazrat Rasulullah saw. lainnya diserang secara brutal hanya karena menyatakan diri sebagai Muslim. Kata-kata sahabat ini tentang kejadian tersebut terekam dalam sejarah. Beliau ini demikian kerasnya diserang sehingga kehilangan penglihatan dan ia tidak lagi tahu harus berjalan kemana. Bentuk aniaya seperti ini juga yang dialami oleh para Ahmadi. Hanya karena menyatakan dirinya sebagai Muslim maka mereka di Pakistan telah dipenjara, dikurung dalam kakus yang kotor dan ditahan di sana oleh polisi yang menyatakan bahwa itulah hukumannya karena mereka berani menganggap dirinya sebagai Muslim. Apakah ada sekte lainnya dalam Islam yang diperlakukan dengan cara yang sama hanya karena menyebut dirinya Muslim? Jawabannya ialah hanya Jemaat Ahmadiyah yang menjadi satusatunya sekte yang diperlakukan demikian.
Singkat kata, kami ini tidak diizinkan untuk shalat secara berjamaah. Kami dinyatakan sebagai murtad dan hukuman bagi orang murtad menurut para ulama adalah dirajam dengan batu sampai mati, boleh oleh siapa saja yang mau melakukannya. Setiap hari kami menerima laporan dari Pakistan bahwa di bawah rezim Jendral Zia yang amat peka terhadap kritik atas dirinya sendiri dimana jika ada yang berani menuding saja akan ‘dipotong jarinya’ tetapi sikapnya terhadap para ulama demikian lemah-lembutnya. Meski pun para ulama ini menyatakan bahwa nyawa dan harta benda orang Ahmadi halal diambil atas nama Islam, nyatanya pemerintah tidak bertindak sama sekali.
Pemerintah membiarkan para mullah yang memfatwakan secara terbuka bahwa tidak dilarang membunuh orangorang Ahmadi, bahkan dianggap sebagai cara untuk masuk surga. Situasi demikian sudah berlangsung lama sekali dan tidak ada yang mencegah atau pun merasa berkeberatan. Keadaan seperti ini juga terjadi dan harus dihadapi oleh Hazrat Rasulullahs.a.w. beserta para sahabat. Mereka menyatakan bahwa barangsiapa yang membunuh seorang Muslim pengikut Hazrat Rasulullahs .a.w . dianggap telah melakukan amal yang baik dan akan diberi hadiah. Mereka menganggapnya sebagai suatu amal baik tindakan merampok rumah orang Muslim dan memperkosa para wanitanya. Pokoknya segala bentuk tindakan terhadap orang Muslim dibolehkan. Hal inilah yang terjadi kepada Hazrat Rasulullahs.a.w. dan para pengikut beliau dan hal yang sama terjadi pada diri kami kini.
Di Pakistan laku aniaya terhadap orang Ahmadi sudah demikian ekstrimnya sehingga beberapa pejabat pemerintah mulai merasa mual. Hal ini karena tindakan kekejaman pada akhirnya akan mempengaruhi fitrat manusia. Terkadang mereka yang menyaksikan perlakuan kejam akan mencapai suatu ambang batas dimana mereka tidak lagi mampu menyaksikannya. Aku baru saja menerima laporan tentang seorang Marshall Law Administrator (penegak hukum) yang menyaksikan perlakuan kejam di daerahnya terhadap para Ahmadi yang dilakukan oleh para mullah dan pengikut mereka. Para mullah di daerah itu memang luar biasa bermusuhan dan memperlakukan para Ahmadi dengan cara amat kasar dan kejam sehingga dirasakan sudah keliwatan oleh sang penegak hukum dan tidak bisa ditoleransinya lagi. Akibatnya ia lalu memanggil para mullah itu dan menegur mereka secara keras. Ia menyatakan bahwa jika mereka mengulang kelakuan kejam mereka terhadap orang-orang Ahmadi maka mereka akan dihukum berat. Ia menyatakan bahwa jika para mullah itu bermaksud mengirim para Ahmadi itu ke neraka maka ia pun akan mengirim para mullah itu ke neraka. Insiden itu menunjukkan bahwa terdapatnya laku kekejaman berlebihan terhadap orang-orang Ahmadi telah meluruhkan para musuh sebagaimana juga yang terjadi pada para musuh Hazrat Rasulullahs.a.w. Contohnya Hazrat Umar Faruqr.a. telah menjadi Muslim akibat menyaksikan aniaya luar biasa yang ditimpakan terhadap umat Muslim. Terkadang memang terjadi dimana hati seorang penindas luluh melihat kekejaman yang ditimpakan kepada orang yang tertindas dan hal inilah yang terjadi pada diri beliau.
Gabungkan semua situasi seperti yang dihadapi oleh Hazrat Rasulullahs.a.w. dan para sahabat maka anda akan menemukan padanannya pada Jemaat Ahmadiyah. Per samaan itu bertambah lagi jika diperhatikan fakta bahwa bahkan naik Haji ke Mekah pun tidak diizinkan bagi orang-orang Jemaat Ahmadiyah. Pada tahun 1974 ketika para Ahmadi dinyatakan sebagai non-Muslim oleh peraturan pemerintah Pakistan, mereka pun oleh pemerintah tidak diizinkan untuk ikut ibadah haji. Pemerintah Saudi juga mengambil langkah yang sama terhadap orang-orang Pakistan yang Ahmadi. Mereka biasanya menutup mata terhadap para Ahmadi yang datang berhaji dari negara lain. Namun jika mereka menyadarinya, langsung mereka mengambil tindakan untuk menegakkan peraturan yang melarang orang Ahmadi berhaji. Pertanyaan yang langsung muncul ialah siapa orang pertama dalam sejarah yang dilarang berhaji ke Mekah dan jawabannya adalah Hazrat Rasulullahs.a.w. sendiri sejalan dengan perjanjian Hudaibiah. Hudaibiah adalah tempat dilakukan perjanjian di antara penduduk Mekah dan Hazrat Rasulullahs.a.w. beserta para pengikut beliau. Dari tempat itulah beliau dicegah untuk tidak meneruskan perjalanan ke Mekah. Sekarang ini adalah para anggota Jemaat Ahmadiyah yang dilarang melakukan ibadah haji ke tanah Mekah. Situasi yang dihadapi Jemaat Ahmadiyah sudah berbicara sendiri dan inilah keindahan dari jawaban Hazrat Rasulullahs.a.w. yang tidak memerlukan seseorang untuk memiliki pendidikan tinggi guna memahaminya karena yang buta huruf pun bisa mengerti. Kalau pun misalnya umat Muslim tidak diberi jawaban tersebut sebagai pedoman, tetap saja mereka masih akan mencari-cari siapa dari antara tujuh puluh tiga sekte itu yang dianggap benar dan akan masuk surga. Dalam suatu keputusan yang mengikat, alasan tidak memiliki pengetahuan tidak bisa diterima bagi seseorang dalam mencapai suatu keputusan yang benar. Kalau demikian keadaannya maka seorang yang buta huruf bisa saja mengeluh kepada Tuhan kenapa ia dilahirkan di tengah keluarga yang buta huruf sehinga tidak mungkin baginya menggapai kebenaran melalui telaah Al-Quran dan Hadith Rasulullahs.a.w.
Singkat kata, Hazrat Rasulullahs.a.w. telah menyelamatkan kita semua dari kesulitan tersebut dengan memberikan jawaban yang dapat dipahami oleh mereka yang buta huruf mau pun yang melek huruf, baik yang berkulit gelap mau pun putih, karena semua ini merupakan bagian dari sejarah umat Islam yang dikenal oleh semuanya. Setiap Muslim dari masa kanak-kanaknya telah mendengar riwayat perjalanan hidup Hazrat Rasulullahs.a.w. beserta para pengikut beliau. Dengan demikian maka petunjuk Hazrat Rasulullahs.a.w. berkenaan dengan hal ini bias dimengerti oleh semua manusia di seluruh pelosok dunia. Sebagai penutup, menurutku semua itu adalah bukti dari kebenaran bahwa Jemaat Ahmadiyah merupakan sekte yang benar. Namun jika anda ingin menelaah masalah ini lebih lanjut, tersedia literatur dalam berbagai bahasa yang bisa membantu anda.