Selasa, 31 Mei 2011

Khutbah Jumah 20 Mei 2011 : Kekuatan Shalat & Doa

ِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّى عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ  وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ



Khutbah Jum'at
Hazrat Umirul Mu'minin Khalifatul Masih V atba
20 Mei 2011 di Masjid Baitul Futuh, London UK
Tentang : Kekuatan Shalat & Doa




Kita tidak dapat menyatakan rasa syukur dan terima kasih yang memadai kepada Allah swt atas ihsan-Nya yang sangat besar diatas kita Yang telah mengutus seorang fana fi Rasulillah saw, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai  Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s.  sesuai dengan nubuatan Hazrat Rasulullah saw,  setelah dunia mengalami zaman kegelapan yang cukup panjang. Cara bersyukur yang paling baik kepada Allah swt adalah dengan membaca sambil merenungkan malfuzat dan buku-buku yang telah ditulis oleh orang yang telah diutus oleh-Nya dizaman ini dan menjadikannya bagian dari kehidupan kita. Firman Allah swt didalam Alqur’an : Kunuu ma’as sadiqiin artinya bergaullah kamu dengan orang-orang yang sadiq, ambillah berkat-berkat dari para sadiqiin. Pemandangan pergaulan yang sangat indah bersama orang-orang sadiq dapat diperoleh ketika para Sahabah Ridwanullah ’alaihim berkumpul bersama Hazrat Rasulullah saw didalam majlis-majlis atau pertemuan-pertemuan sambil mengambil berkat-berkat yang sangat banyak dari beliau saw. Kemudian mereka itu menyampaikan kembali nasihat-nasihat beliau saw dan menceritakan kisah yang terjadi didalam majlis-majlis beliau kepada kita. Setelah itu tibalah zaman yang kedua yaitu zaman ghulam sadiq beliau saw, Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Beliau a.s. telah menulis banyak sekali buku-buku yang menjelaskan dasar-dasar ajaran agama Islam dan tafsir Al qur’anul Karim. Dengan itu beliau menjelaskan kepada dunia keluhuran dan keindahan ajaran Agama Islam. Selain itu banyak sekali majlis-majlis yang beliau selenggarakan bersama para Sahabah beliau a.s. Kadang kala majlis itu kecil, kadang kala besar bahkan dalam bentuk Jalsah atau pertemuan umum beliau selenggarakan untuk menyampaikan pidato-pidato yang materinya tidak terdapat didalam buku-buku beliau a.s. Didalam pertemuan-pepertemuan seperti itulah para Sahabah r.a. mendapat peluang emas untuk meraih berkat-berkat dari pergaulan dengan beliau a.s. dan mereka memperoleh banyak berkat dari wujud Sadiq dan Ghulam Sadiq zaman sekarang ini. Majlis-majlis yang diselenggarakan itu dilestarikan didalam surat-surat khabar Jema’at dizaman itu. Betapa beruntungnya nasib orang-orang pada waktu itu yang telah meraih banyak berkat dari Majlis-majlis Imam Zaman sambil mengamalkan perintah Allah swt Kunuu ma’as sadiqqin. Dan kita juga merasa sangat bersyukur kepada para relawan Jema’at yang dengan sangat teliti dan cermat telah mengumpulkan dan melestarikan kissah jalannya majlis-majlis, mengumpulkan aneka-ragam pertanyaan dan jawaban-jawabannya serta uraian-uraian berupa hikmah serta nasihat-nasihat yang telah diselenggarakan pada waktu itu. Dengan perantaraan mereka itulah setelah berlalu lebih dari seratus tahun-pun sekarang kita dapat membaca dan mendengar-nya. Dengan mendengar dan membaca-nya kita dapat membayangkan seolah-olah kita-pun sedang duduk bersimpuh bersama Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’mud a.s Ghulam Sadiq Rasulullah saw.                                                  
Untuk khutbah hari ini saya telah mengambil kutipan dari sabda-sabda atau nasihat-nasihat yang telah beliau a.s. sampaikan didalam majlis-majlis itu tentang salat, do’a, ta’alluq billah (hubungan dengan Allah swt) dan lain-lain. Didalam sebuah pidato tahun 1907 yang cukup panjang sambil mengingatkan hadirin terhadap pentingnya do’a Hazrat Aqdas Masih Mau’ud a.s. bersabda; ” Ingatlah, Allah swt telah memulai firman-Nya didalam Alqur’an dengan do’a dan mengakhirinya juga dengan do’a pula. Hal itu berarti bahwa keadaan manusia begitu lemah tanpa karunia Allah swt manusia tidak mungkin dapat membersihkan hatinya. Dan selama tidak mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah swt manusia tidak akan mendapat kemajuan didalam kebaikan mereka. Terdapat riwayat didalam hadis Rasulullah saw bersabda : ” Semua orang tidak bernyawa kecuali Allah memberi kehidupan kepadanya. Dan semua sesat kecuali orang yang diberi hidayat oleh Allah swt. Dan semua buta kecuali Allah swt memberi matanya terang. Pendeknya sungguh benar bahwa selama karunia Allah swt tidak diterima, leher manusia akan tetap terbelenggu oleh keduniawian. Dia akan terlepas dari belenggu itu apabila Tuhan menurunkan karunia-Nya kepadanya. Namun harus diingat bahwa turunnya berkat-berkat Tuhan juga dimulai dengan do’a dan  untuk mendapatkan karunia-Nya juga harus dengan doá dipanjatkan kepada-Nya. Untuk menghilangkan waswas dari dalam hati ketika sedang menunaikan salat Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : ” Do’a itu apa? Mulut berulang kali berkata ihdinas sirathal mustaqim sedangkan didalam hati kalian timbul ingatan terhadap barang-barang perniagaan kalian, barang ini harus ada sekian, barang itu tinggal sedikit, pekerjaan ini harus begini harus begitu, jika barang itu begini, harus diusahakan begitu, dan sebagainya. Salat demikian itu hanya akan membuang-buang waktu belaka dan menghabiskan umur. Selama manusia tidak mendahulukan Kitabullah dan tidak beramal sesuai dengan  perintah ajaran-nya, maka salatnya itu hanya membuang-buang waktu belaka. Oleh sebab itu beliau a.s. bersabda ;” berdo’alah kalian.” Ada sebuah kejadian, seorang sudah tua pergi kesebuah mesjid untuk menunaikan salat. Imam mesjid disitu ketika sedang memimpin salat fikirannya teringat kepada bisnisnya. Berkata dalam hatinya, barang-barang-ku sekian akan dibawa ke Dheli dari sana sekian akan diperoleh keuntungan. Kemudian barang-barang itu akan dibawa ke Calcutta, dari sana sekian akan mendapat keuntungan, kemudian dari sana akan pergi lagi ketempat lain. Orang yang sedang salat dibelakang Imam itu pergi meninggalkan Imam salat itu lalu ia mengerjakan salat secara terpisah. Allah swt telah memberi tahu orang ini melalui kasyaf keadaan hati imam salat itu sudah pergi kesana kemari berjalan jauh. Orang lain yang ikut salat dengan imam itu memberi tahu bahwa orang ini telah meninggalkan salat berjama’ah dengan imam lalu ia mulai salat sendirian. Imam itu dengan marah bertanya kepada orang ini: ” Engkau telah berbuat dosa besar, mengapa engkau meninggalkan salat berjema’ah ?  Orang itu menjawab; Maulvi Sahib, saya orang tua dan sudah lemah, Maulvi Sahib sudah mulai pergi berjalan jauh, saya tidak kuat lagi pergi berjalan jauh bersama Maulvi Sahib ke Dheli dari Dheli ke Calcutta dari Calcutta ketempat lain lagi.” Demikianlah kadang-kadang keadaan hati orang-orang yang sedang memimpin salat itu.                                            
                                            
Pada tahun 1906 didalam sebuah pidato Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda ; ” Salat itu apa? Salat adalah do’a yang dipanjatkan kepada Tuhan dengan perasaan penuh pilu, pedih dan perasaan yang panas membara. Itulah sebabnya ia dinamakan salat. Dimohon dengan hati panas membara, rasa sedih dan pilu agar Allah swt menjauhkan keinginan-keinginan buruk dan perasan-perasaan buruk dari dalam hati. Dan menggantinya dengan menciptakan kesucian dan kecintaan didalamnya. Perkataan salat mengisyarahkan kepada perkara yang dilakukan tidak cukup hanya dengan perkataan belaka melainkan bersamanya perlu sekali disertai dengan perasaan hati membara dan pilu didalam hati sambil merintih. Allah swt tidak mau menerima do’a seseorang sehingga keadaan dia demikian fana seakan-akan binasa didalam berdo’a. Berdo’a suatu pekerjaan yang sangat sulit sekali. Dan banyak manusia yang betul-betul tidak mengenal kepada hakikat do’a itu. Banyak orang-orang menulis surat kepada saya memohon do’a untuk suatu maksud. Akan tetapi mereka berkata, tidak mendapat kesan apa-apa dari do’a itu. Dengan berkata demikian ia telah berburuk sangka kepada Allah swt dan setelah berputus asa kemudian ia menjadi binasa. Ia tidak tahu bahwa selama do’a itu tidak disertai dengan tata-tertibnya maka do’a itu tidak akan memberi faedah sedikitpun. Diantara tata-tertib do’a itu adalah, hati meleleh dan ruh mengalir laksana air jatuh diistana Tuhan. Dan diwaktu solat timbul rasa gelisah dan prihatin, disertai dengan sabar dan tidak berputus asa. Melainkan terus berdo’a dengan sabar dan istiqamah. Barulah dapat diharapkan do’a akan dikabulkan oleh Tuhan. Salat adalah do’a yang paling tinggi derajatnya. Akan tetapi sangat disesalkan sekali manusia tidak tahu-menahu hakikat salat yang sebenarnya. Mereka tahu salat hanya sekedar adat kebiasaan saja berdiri, ruku, dan sujud.  Dan beberapa kalimat dibaca seperti burung beo, mengerti atau-pun tidak mengerti artinya. Ingatlah, bagi kita dan bagi para pencari kebenaran salat adalah sebuah ni’mat yang tidak memerlukan suatu bid’ah lagi. Hazrat Rasulullah saw apabila melihat suatu kesulitan atau suatu musibah beliau saw segera berdiri mengerjakan salat. Pengalaman kami dan pengalaman orang-orang soleh zaman lampau tidak ada suatu amalan lain yang lebih baik dari pada salat yang dapat membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan. Apabila manusia berdiri untuk salat, ia berusaha berdiri dengan penuh adab, seperti seorang hamba apabila berdiri dihadapan majikannya selalu hormat sambil melipat kedua belah tangan didadanya. Posisi ruku’ lebih adab dari pada berdiri dan posisi sujud adalah posisi adab yang paling luhur. Apabila manusia menempatkan dirinya dalam keadaan fana pada waktu itu ia merebahkan dirinya dalam posisi sujud. Sangat disesalkan bagi orang-orang yang tuna ilmu dan penyembah berhala dunia, yang ingin merobah salat dan keberatan terhadap ruku’ dan sujud. Padahal semua itu perkara kebaikan yang tinggi sekali nilainya. Selama manusia belum mendapatkan bagian dari kedudukan dimana salat telah sampai tujuannya, manusia belum dapat meraih apa-pun. Bagi orang yang tidak menaruh keyakinan terhadap wujud Allah swt bagaimana ia akan merasa yakin dengan hasil salat.” Selanjutnya Hazrat Masih Mau’ud a.s. brsabda lagi ; ” Aku katakan, Do’a harus dipanjatkan kepada Allah swt dengan  perasaan hati ni’mat dan semangat yang bergelora seperti Allah swt telah menganugerahkan kelezatan bermacam buah-buahan dan kelezatan-kelezatan lainnya, Dia memberi manusia kesempatan untuk mencicipi lezatnya berdo’a dan ibadah salat. Manusia akan mengenang kelezatan yang telah dia ni’matinya. Ingatlah, jika seseorang lelaki telah memandang seorang perempuan cantik dengan hati senang dan gembira tentu ia selalu ingat dan mengenangnya selalu. Dan jika ia memandang muka orang yang jelek dan tidak menyenangkan, maka sebaliknya rupa badan dia seluruhnya akan nampak buruk kepadanya. Jika tidak ada hubungan sama-sekali dengannya ia tidak akan dikenang sedikit-pun. Demikianlah juga bagi orang yang tidak mengerjakan salat, maka salat merupakan sebuah denda baginya. Susah-susah harus bangun pagi, dimusim dingin mengambil air sembahyang, harus meninggalkan masa tidur nyenyak dan harus meninggalkan berbagai macam kesenangan lainnya. Pasalnya, manusia tidak acuh terhadap kewajiban dan tidak tahu adanya kesenangan dan kelezatan yang terkandung didalam salat.        
                                             
Pada tahun 1906 didalam sebuah majlis Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : ” Berkaitan dengan masalah do’a Hazrat Isa a.s. telah menjelaskan sebuah misal yang baik sekali. Katanya ada seorang Qadhi yang berlaku tidak adil kepada siapapun. Siang-malam dia sibuk dalam kehidupan bersenang-senang. Seorang perempuan mempunyai kasus pengadilan. Setiap hari ia datang didepan pintunya meminta keadilan. Setiap waktu ia menuntut keadilan kepadanya. Lama-lama Qadhi itu merasa terganggu sekali dan akhirnya memberi keputusan terhadap kasusnya itu dengan adil. Huzur a.s. bersabda : Tengoklah ! Apakah Tuhan tidak dapat berbuat seperti Qadhi itu juga? Dia mendengar do’a kamu dan mengabulkan keinginan kamu? Dalam keadan tenangpun manusia harus sibuk dalam berdo’a, waktu terkabulnya do’a pasti akan tiba. Dan syarat terkabulnya do’a adalah istiqamah yakni keteguhan iman. Mengerjakan salat karena adat kebiasaan tidak membawa faedah apapun. Bahkan terhadap salat yang demikian Allah swt mengirimkan la’nat. Allah sw sendiri berfirman : "Celaklah orang yang salat. Yaitu orang yang salatnya bermalas-malasan".
Ayat ini berkenaan orang-orang yang mengerjakan salat namun tidak mengetahui apa hakikat dan makna salat itu. Para Sahabah Rasulullah saw sendiri faham Bahasa Arab. Dan faham betul hakikat salat itu. Akan tetapi bagi kita sangat perlu sekali untuk memahami makna do’a-do’a salat itu dan ciptakanlah rasa lezat dialam menunaikan salat itu. Akan tetapi orang-orang itu menganggap Nabi lain telah datang. Dan seolah-olah salatpun sudah dimansukhkan oleh mereka. Yakni dari pada mereka berusaha memahami semua do’a yang terkandung didalam salat, mereka kerjakan salat itu hanya sebagai adat kebiasaan belaka. Mereka tidak mau mengerjakan seperti yang kita jelaskan kepada mereka, sebaliknya mereka mengatakan salat yang kita lakukan adalah ajaran dari nabi baru. Ingatlah, salat yang kita kerjakan bukan memberi faedah kepada Allah swt, melainkan demi kebaikan manusia belaka bahwa Allah swt telah memberi kesempatan kepada mereka untuk menyerahkan diri kepada Allah swt. Dan dengan salat itu manusia dapat melepaskan diri dari berbagai macam kesulitan. Aku hairan bagaimana orang-orang itu menjalani kehidupan siang malam, iman mereka hilang, jati diri mereka juga hilang lenyap, namun tidak tahu bahwa mereka juga mempunyai Tuhan. Ingatlah, manusia semacam itu kemarin juga binasa dan sekarang juga akan binasa. Aku memberi nasihat yang sangat penting, mudah-mudahan hati manusia mau menerimanya! Ingatlah, umur manusia semakin berlalu. Tinggalkanlah kelalaian dan pilihlah jalan merendahkan diri, berdo’alah kepada Tuhan dalam keadaan menyendiri, semoga Dia menyelamatkan iman tetap hidup dan semoga Dia ridha dan senang kepada kamu.”           

Pada tanggal 7 Maret 1907 didalam sebuah majlis Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. sedang duduk bersama para sahabah dan diwaktu itu ada dua orang sahabah yang sedang menunjukkan kebencian satu sama lain. Beliau a.s. menyampaikan beberapa macam nasihat tentang itu. Disamping itu beliau bersabda sebagai berikut : ” Selama hati manusia tidak bersih kemaqbulan do’a tidak dapat diterima. Jika dalam suatu urusan duniawi juga hati kalian menaruh rasa dengki terhadap seseorang maka do’a kalian tidak dapat diterima. Tinggalkanlah kemarahan yang terpendam didalam hati  disebabkan perkelahian, pertengkaran, egotisme dusta dan kesombongan. Buanglah kedengkian dan permusuhan yang terpendam didalam hati. Jika kedengkian dan permusuhan itu masih terpendam didalam hati maka do’a kalian tidak dapat diterima. Hal itu semua harus diingat dengan sesungguhnya dan sekali-kali jangan menaruh rasa dendam dan dengki terhadap siapapun disebabkan perkara duniawi. Sebab dunia dan semua yang ada didalam-nya tidak mengandung khasiat apapun, mengapa karena hal demikian kalian harus meninggalkan hubungan baik dengan seseorang?”   
         
Setelah salat subuh Hazrat Masih Mau’ud a.s. biasa berjalan-jalan pagi dan beberapa Sahabah juga ikut pergi bersama beliau a.s. Sambil berjalan beliau pergunakan kesempatan untuk menyampaikan beberapa  nasihat kepada para Sahabah. Pada tahun 1908 beliau menyampaikan nasihat sambil berjalan yang cukup panjang. Beliau bersabda : ”  Banyak orang yang mendengar nasihat dengan telinga sebelah kanan dan mengeluarkannya lagi dari telinga sebelah kiri. Nasihat itu tidak diresapkan didalam hatinya, berapa-pun pentingnya nasihat itu tidak memberi kesan apapun kepadanya. Ingatlah Allah swt Maha Kaya. Selama do’a tidak dipanjatkan sebanyak-banyaknya dan terus berulang-ulang dengan hati luluh dan gelisah, Dia tidak menghiraukannya. Perhatikanlah, jika isteri atau anak seseorang tiba-tiba jatuh sakit atau jika seseorang harus menghadapi sidang di Pengadilan, bagaimana gelisah-nya hati orang itu diseababkan kejadian demikian? Do’a juga jika  dipanjatkan tanpa disertai rasa gelisah dan hati yang luluh, maka do’a itu tidak akan membawa kesan bahkan akan menjadi sia-sia belaka. Perasaan gelisah dan pilu adalah syarat bagi dikabulkannya do’a. Sebagaimana Allah swt berfirman : "Ammay yujiibul mudhtarra idza da’ahu wayaksyifus suua....Siapakah Yang mendengar do’a seseorang apabila kepada-Nya ia berdo’a dan Dia menjauhkan kesulitan (An Namal: 63). Allah swt mendengar orang yang tidak berdaya dan gelisah. Tuhanlah Yang mendengar do’a hamba-hamba-Nya. 

Didalam sebuah majlis dikota Lahore dimana banyak orang-orang ghair Ahmady juga ikut hadir Hazrat Masih Mau’ud a.s. menyampaikan sebuah pidato sangat panjang. Beliau a.s. menjelaskan tentang do’a. Beliau a.s. bersabda : ” Yang dimaksud dengan benarnya Islam adalah apabila manusia mengutamakan kehendak Tuhan  diatas kehendak diri pribadinya. Namun sesungguhnya kedudukan manusia seperti itu tidak dapat diperoleh hanya dengan kekuatan dirinya sendiri. Tidak ada suatu keraguan bahwa manusia harus merjuang keras untuk mencapai hal itu.  Sarana utama dan yang paling tepat adalah do’a. Keadaan  manusia lemah, jika tidak memperoleh dukungan dan kekuatan melalui do’a tidak akan dapat mencapai tujuan  yang sangat musykil dan berat itu. Allah swt sendiri telah memberi tahukan tentang kelemahan manusia, firman-Nya : Khuliqal insaanu dha’ifan .. manusia diciptakan dalam keadaan lemah ( An Nisa : 29) Jadi, sekalipun lemahnya manusia, jika menda’wakan diri telah memproleh martabat tinggi hanya melalui usahanya sendiri semata-mata fikiran yang sia-sia. Untuk mencapai hal itu do’a sangat diperlukan sekali. Do’a sebuah kekuatan yang sangat dahsyat. Dengan do’a banyak sekali perkara-perkara besar dapat dipecahkan. Dan dengan do’a sangat mudah sekali manusia dapat mencapai tujuannya yang sangat susah. Sebab du’a adalah sebuah saluran yang mampu menyerap kekuatan dan karunia yang datang dari Allah swt. Manusia yang selalu menyibukkan diri dalam memanjatkan do’a akhirnya dia meraih karunia itu. Dan dengan mendapat dukungan dari Allah swt ia berhasil meraih maksud-maksud baiknya. Sungguh, hanya bertumpu kepada do’a saja tidak dikehendaki oleh Allah swt. Melainkan paling utama harus menggunakan setiap usaha dan kemampuan secara sempurna kemudian do’a dipanjatkan kepada Allah swt. Tanpa menggunakan tadbir dan sarana kemudian hanya bertumpu kepada do’a belaka berarti manusia tidak mengenal sama sekali terhadap do’a dan berarti pula ia telah menguji Tuhan. Dan semata-mata bertumpu kepada tadbir atau usaha dan menganggap do’a tidak mempunyai khasiat apa-apa adalah dahriyyat atau atheist (tidak percaya kepada Tuhan). Ketahuilah, sesungguhnya do’a adalah sebuah khazanah yang sangat besar.  Orang yang tidak meninggalkan do’a, jasmani dan ruhaninya tidak akan ditimpa bencana. Dia terlindung didalam sebuah kubu yang dijaga disekelilingnya setiap sa’at oleh tentera. Akan tetapi orang yang lalai berdo’a keadaannya laksana seorang yang tidak bersenjata dan keadaan phisiknya juga sangat lemah dan ia tinggal disebuah hutan belantara dimana banyak sekali binatang buas dan binatang-bintang berbahaya lainnya. Ia menganggap dirinya tidak berdaya menghadapi bahaya itu. Hanya sekejap mata saja ia dapat menjadi mangsa binatang buas yang berbahaya dan dilahapnya sehingga daging dan tulang-belulangnya-pun habis tidak nampak lagi. Oleh sebab itu ingatlah baik-baik, bahwa manusia sangat beruntung dan sarana utama bagi perlindungan dirinya adalah do’a. Do’alah sebagai pelindung baginya jika setiap waktu ia sibuk memanjatkannya. Didalam sebuah majlis dikota Lahore beliau a.s. bersabda : ” Setelah memperbaiki akhlaq masalah kedua adalah manusia melalui do’a harus berusaha meraih kecintaan dan keridaan Allah swt. Pertama perbaiki-lah akhlaq setelah itu berusaha keras untuk menghasilkan kecintaan suci  Allah swt. Jauhkan-lah diri dari setiap jenis dosa dan setiap keburukan. Dan hendaklah mempunyai peluang untuk menjauhkan diri dari sejumlah keburukan yang terkandung didalam hati, kemudian jadilah laksana setets air yang sangat jernih. Selama keadaan seperti itu belum diperoleh, akan selalu berada dalam posisi bahaya. Disamping berdo’a manusia harus membuat tadbir atau rencana untuk meraih maksud dan tujuan. Sebab Allah swt juga menyukai tadbir atau rencana. Itulah sebabnya Tuhan berfirman sambil bersumpah : "Kemudian mereka mengelola urusan duniawi ( An Nazi’at : 6)". Apabila ia berdo’a untuk kedudukan seperti ini dan juga ia menggunakan tadbir dan meninggalkan semua majlis dan pergaulan yang berbahaya dan meninggalkan semua adat kebiasaan yang dibuat-buat kemudian menyibukkan diri dalam berdo’a kepada Allah swt maka pada suatu hari ia menyaksikan kesan-kesan kemaqbulan do’a-do’anya. Ada kesalahan orang-orang, setelah memanjatkan do’a beberapa lama ia tinggal diam dan mulai mengeluh sambil berkata: Berapa banyak kami sudah berdo’a namun tidak dikabulkan. Padahal hak berdo’a itu belum dia penuhi. Bagaimana do’anya itu akan dikabulkan? Jika seseorang merasa lapar atau merasa sangat dahaga atau haus kemudian baru makan satu biji gandum atau minum setetes air lalu ia mengeluh saya tidak merasa kenyang, apakah dapat diterima keluhan-nya itu? Sekali-kali tidak. Sebelum dia makan dan minum dalam jumlah yang banyak tentu tidak akan memberi faedah kepadanya. Demikianlah pula mengenai do’a. Jika manusia berdoá dengan sungguh-sungguh dan dilakukannya dengan penuh adab dan setiap waktu ia lakukan, maka dapat diharapkan pada suatu hari maksud-maksudnya akan dapat tercapai. Akan tetapi jika ditengah jalan dia tinggalkan, akal manusia akan lumpuh akhirnya jatuh sesat. Dan sekarang banyak akal manusia yang siap untuk mati. Jika ditengah jalan kamu tinggalkan maka siap-sedialah kamu menjadi sesat.” Beliau a.s. bersabda lagi; ”  Demikian juga manusia yang tenggelam dari kepala sampai ujung kaki didalam kancah perbuatan-perbuatan buruk, lalu dalam keadaan demikian ia berdo’a dalam beberapa hari lamanya, apa yang dapat diharapkan hasilnya. Adat mementingkan diri sendiri, takabbur,  menyombongkan diri, pamer dan lain-lain penyakit pada dirinya telah menghapuskan semua amal-amal saleh yang telah dilakukan-nya. Misal amal perbuatan yang baik adalah seperti seekor burung yang diletakkan didalam sebuah sangkar. Jika ia diletakkan didalam sangkar kebenaran dan keikhlasan, maka ia akan tetap didalam sangkar itu. Jika tidak ia akan terbang. Keadaan demikian tidak dapat diperoleh tanpa adanya karunia Allah swt turun kepadanya. Allah swt berfirman : Faman kaana yarjuu liqaa rabbihi falya’mal amalan saalihan wala yusyrik bi’ibadati rabbihi ahadan Artinya : Maka barangsiapa mengharap akan bertemu dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal soleh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadah kepada Tuhan-nya. (Al Kahf : 111).  Disini amal salih maksudnya amal yang tidak dicemari oleh suatu amal buruk apapun, semata-semata hanya kebaikan. Tidak ada mementingkan diri sendiri, tidak ada takabbur, tidak ada kesombongan, tidak ada sedikitpun bagian dari keinginan nafsani, sehingga tidak ada keinginan untuk surga dan neraka juga. Amal perbuatannya hanya semata-mata dilakukan karena Allah swt. Jika amal perbuatan dimaksudkan untuk sesuatu yang lain selain Allah swt tentu akibatnya akan tersandung dan jatuh, itulah yang disebut Syirik. Sebab persahabatan dan kecintaan itu untuk siapa dilakukan, yang asasnya hanya untuk satu cangkir teh, atau untuk sesuatu yang disukainya saja. Manusia seperti itu pada suatu hari apabila melihat suatu perbedaan maka pada hari itu juga ia akan memutuskan hubungan dengannya. Orang yang menjalin hubungan dengan Allah swt semata-mata untuk mendapatkan anak keturunan atau untuk mendapatkan harta kekayaan atau agar berhasil dalam urusan ini dan itu maka hubungan-nya dengan Tuhan juga hanya untuk sementara waktu. Dan iman-nya juga dalam posisi bahaya. Pada suatu hari apabila keinginannya itu terkena musibah atau segala keinginannya gagal, tidak terlaksana, pada hari itu juga iman-nya akan berubah. Oleh sebab itu mukmin sejati adalah orang yang beribadah kepada Allah swt tanpa diseretai oleh sesuatu keinginan tertentu, misalnya jika keinginan saya berhasil baru saya akan beribadah.          

Pada bulan Agustus 1904 disebuah majlis dikota Lahore Hazrat Maih Mau’ud a.s. bersabda : ” Banyak sekali orang yang ikrar atas nama Tuhan hanya dimulut, jika diteliti keadaan diri mereka dengan sebaik-baiknya maka akan diketahui didalam hati mereka terpendam dahriyyat yakni atheis, tidak bertuhan. Terbukti ketika mereka sedang sibuk dalam urusan duniwi mereka lupa kepada kemarahan dan keagungan Allah swt. Oleh sebab itu sangat penting sekali bagi kalian untuk memohon ma’rifat kepada Tuhan melalui do’a. Tanpa ma’arifat itu iman dan keyakinan kalian sekali-kali tidak akan mencapai kesempurnaan. Dan hal itu akan dihasilkan apabila kalian sudah tahu bahwa akibat memutuskan hubungan dengan Allah swt adalah maut. Dikala kalian memanjatkan do’a demi terhindar dari dosa, diwaktu itu jangan kalian meninggalkan tadbir atau usaha juga. Berdo’alah demi terhindar dari perbuatan dosa dan lakukanlah juga tadbir atau usaha. Perkumpulan atau majlis yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang menjurus kepada perbuatan dosa harus kalian tinggalkan. Hal itu sangat penting sekali diperhatikan terutama oleh para pemuda. Semua perkumpulan, majlis-majlis, pesta-pora duniawi dimana terdapat kegiatan mengakibatkan dosa harus kalian hidari. Dan jangan lalai banyak-banyaklah kalian memanjatkan do’a juga. Dan ketahuilah dengan sungguh-sungguh bahwa, sekali-kali manusia tidak dapat terhindar dari musibah-musibah yang diciptakannya bersamaan dengan nasib manusia jika tidak ada pertolongan Allah swt. Salat yang dikerjakan lima kali sehari-semalam, merupakan isyarah kearah itu. Jika tidak dilindungi dari gerak-gerik perasaan nafsani dan ingatan-ingatan yang timbul didalam hati, maka salat itu tidak dapat dikatakan salat hakiki. Salat sekali-kali bukanlah yang dikerjakan seperti ayam mematuk biji padi atau dikerjakan cepat-cepat secara adat kebiasaan saja. Salat adalah amalan yang dapat dirasakan oleh kalbu juga. Ruh meleleh kemudian jatuh keatas singgasana Ilahi disertai perasaan takut. Berusahalah sekuat tenaga untuk menciptakan perasaan pilu dan sedih didalam hati. Dan mohonlah do’a sambil merendahkan diri dihadapan Ilahi Rabbi. Supaya keburukan dan dosa yang terpendam didalam kalbu menjadi jauh. Salat seperti mitulah yang sangat berberkat. Dan jika berusaha tetap teguh seperti itu pasti ia akan menyaksikan diwaktu malam atau diwaktu siang seuntai nur jatuh didalam kalbunya. Dan keburukan yang mendorong hawa nafsu ammarahnya akan semakin berkurang. Sebagaimana seekor ular naga memiliki bisa yang membunuh demikian juga nafsu ammarah memiliki bisa yang membunuh. Siapa Yang telah menciptakannya Dialah Yang memiliki obat penawarnya. Yakni benda apapun yang telah Allah swt ciptakan yang membawa mudarat atau dosa, maka untuk pengobatannya mohonlah dari Allah swt. Namun harus dengan hati yang bersih dan ikhlas.                                                                    

Pada tahun 1904 didalam sebuah majlis yang dihadiri oleh orang-orang yang baru bai’at Hazrat Masih Mau’ud a.s. sambil memberi wejangan  telah bersabda :Untuk memanjatkan do’a manusia harus memeriksa dengan teliti keadan fikiran dan keadaan hatinya. Apakah keadaannya codong kepada perkara-perkara dunia atau kepada perkara agama. Apakah do’a-do’anya lebih banyak dipanjatkan bagi kemudahan urusan-urusan duniawi ataukah untuk urusan pengkhidmatan agama. Periksalah condong kearah mana hati kalian. Apakah kearah dunia ataukah kearah agama dan standar-nya bagaimana telah kalian buat. Beliau a.s. bersabda : Apakah do’a kalian panjatkan untuk kemudahan-kemudahan urusan dunia, untuk keperluan-keperluan dunia ataukah untuk keperluan agama? Atau untuk pengkhidmatan agama. Jadi, jika seseorang telah mengetahui keadaan dirinya diwaktu duduk atau berdiri dan diwaktu berbaring hanya memikirkan urusan duniawi saja dan tidak memikirkan urusan agama, maka ia harus menyesali dirinya sambil menangis. Jika keadaan-nya hanya memikirkan duniawi saja tidak memikirkan urusan agama, beliau a.s. bersabda, ia harus menangisi keadaan dirinya. Kita melihat banyak sekali manusia yang bersiap-siap berjuang mencari barang-barang duniawi sambil bersenang-senang dan sambil memanjatkan do’a-do’a juga, dampak yang timbul adalah, mereka menjadi sasaran beberapa macam penyakit. Diantaranya ada yang menderita sakit jiwa dan menjadi gila. Akan tetapi orang yang menyerahkan segala-galanya bagi agama Allah swt tidak pernah mensia-siakan-nya. Dan misal sebuah amal adalah seperti sebutir biji. Jika seseorang diberi sebutir biji, dia bawa kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa dipergunakannya, lama-kelamaan akhirnya biji itu rusak dimakan ulat. Demikian juga sebuh qaol (pernyataan) tanpa disertai amal, maka lambat laun qaol itu juga hilang lenyap. Oleh sebab itu kalian harus berusaha merubah qaol atau pernyataan itu menjadi suatu amal perbuatan. Jika sebutir biji itu kalian tanam maka akan tumbuh sebatang pokok (pohon) dan jika kalian simpan biji itu akan busuk dimakan ulat.     

Pada bulan Januari 1908 dalam sebuah Majlis diwaktu sedang berbincang-bincang bersama para sahabah r.a. beliau a.s. bersabda tentang do’a : ” Do’a mempunyai dua jenis. Pertama do’a dipanjatkan secara sederhana. Yang kedua apabila manusia memanjatkan do’a itu sampai akhir kekuatannya. Yang kedua inilah yang patut disebut do’a yang hakiki. Manusia harus selalu berdo’a sekalipun ia sedang tidak menghadapi sesuatu kesulitan atau suatu keperluan yang mendesak. Janganlah berdo’a hanya ketika sedang menghadapi suatu keperluan atau kesulitan saja. Bahkan dalam keadaan biasa juga manusia harus selalu berdo’a kepada Allah swt. Sebab kita tidak tahu apa yang dikehendaki oleh Allah swt. Dan kita tidak tahu apa yang bakal terjadi dihari esok. Jadi, manusia harus berdo’a sebelum terjadi sesuatu agar kita diselamatkan oleh Allah swt. Kadangkala musibah turun secara tiba-tiba sehingga manusia tidak mendapat kesempatan lagi untuk memanjatkan do’a demi keselamatan dari padanya. Maka jika do’a telah dipanjatkan sebelumnya untuk memohon perlindungan kepada Allah swt, maka do’a itu akan membawa faedah diwaktu terjadi musibah secara tiba-tiba. Demikianlah keadaan pentingnya do’a. Didalam sebuah Majlis lain lagi Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : ”  Badan jasmani manusia mempunyai dua buah tangan dengan dua buah kaki, bekerja saling tolong menolong satu sama lain. Jika pemandangan ini nampak jelas kepada manusia, maka betapa aneh dan hairan sekali mengapa manusia merasa susah memahami consep ayat qur’an : wata’awanu ’alal birri wataqwa  artinya: Saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan didalam perkara taqwa. Yakni tangan manusia dan kaki dan semua bagian jasmani manusia bekerja sama saling tolong-menolong satu sama lain. Beliau a.s. bersabda; Mengapa harus susah memahaminya ? Aku berkata, berdo’alah kepada Tuhan untuk mencari suatu sarana dunia juga, yakni jika hendak mengetahui barang-barang dunia juga, mintalah kepada Tuhan melalui berdo’a. Sehubungan dengan saling tolong menolong itu aku tidak percaya pabila sistim pertolongan Allah swt telah dibentuk kemudian ditolak. Aku telah menjelaskan hal ini kepada kalian.Untuk mejelaskan lebih jauh lagi perkara-perkara seperti itu kepada dunia Allah swt menegakkan silsilah pengiriman para Anbiya a.s. kedunia. Allah swt Maha Kuasa sejak zaman bihari sampai sekarang jika Dia kehendaki selalu menurunkan pertolongan-Nya kepada para Anbiya untuk memenuhi setiap jenis keperluan mereka. Akan tetapi pada suatu waktu mereka terpaksa harus memohon kepada Allah swt: man anshori ilallah artinya siapa yang akan menolong-ku dijalan Allah ? Apakah mereka berkata seperti seorang pengemis meminta sesuatu kepada manusia? Tidak! Dengan berkata; man anshori ilallah merupakan satu kemegahan, mereka ingin mengajar dunia demikian untuk mendapatkan suatu sarana dunia. Apabila para Anbiya berkata ; man anshori ilallah artinya siapa yang akan menolong-ku dijalan Allah ? Sesungguhnya mereka sendiri tidak memerlukan sesuatu. Mereka ingin mengajar dunia untuk mendapatkan suatu sarana dunia atau rizki, ini bagian dari pada do’a juga. Sebab mereka beriman secara kamil terhadap Allh swt dan juga yakin sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya yang diberikan kepada mereka. Mereka tahu betul apa yang telah dijanjikan Tuhan dengan firman-Nya : Inna lananshuru rusulana walladziina amanu fil hayatid dunya wayaoma yaquumul asyhad (40: 52) adalah sebuah janji yang pasti. Aku katakan jika Allah swt tidak menanamkan pengertian didalam hati sesorang untuk menolong, maka bagaimana dia akan dapat memberi pertolongan. Sebetulnya penolong dan pedudkung hakiki adalah Dia Zat Yang Suci yang kemegahannya telah digambarkan oleh-Nya sendiri Ni’mal Maula wa Ni’mal Wakil wa Ni’man Nasir. Dunia ini dan pertolongan-pertolongan dunia laksana mayit tidak mempunyai hakikat apa-apa bahkan lebih rendah dari pada ulat mati disisi para Anbiya Allah swt. Akan tetapi untuk memberitahu kepada dunia cara berdo’a yang penting mereka menggunakan cara ini, hakikatnya mereka yakin bahwa penjamin pekerjaan mereka itu adalah Allah swt. Dan memang hal itu sungguh benar sebagaimana firman-Nya: wahuwa yatawallas salihiin yakni Dialah Tuhan Yang memberi jaminan terhadap orang-orang salih. Allah swt memilih mereka agar pekerjaan mereka itu dizahirkan melalui orang lain juga. Hazrat Rasulullah saw biasa pergi keberbagai tempat untuk memberi pertolongan. Sebab pada waktu itu sa’at turunnya pertolongan Allah swt.          

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:”Do’a adalah seumpama sebuah mata air yang sangat jernih sekali. Siapa dan kapan saja mau ia dapat meminumnya. Sebagaimana ikan tanpa air tidak dapat hidup demikian juga orang-orang mukmin tidak dapat hidup tanpa do’a sebab air orang mukmin adalah do’a. Waktu yang paling tepat untuk berdo’a adalah salat. Didalam salat itu hati orang-orang mukmin mendapat ketenangan dan keni’matan yang kamil. Perkara paling besar yang dihasilkan dari do’a adalah qurub Ilahi. Dengan perantaraan do’a manusia menjadi sangat dekat dengan Allah swt dan dengan do’a itu Allah swt ditarik kearah dirinya. Apabila seorang mukmin diwaktu berdo’a timbul kekhusyuan dengan konsentrasi yang ikhlas didalam hatinya maka natijahnya Allah swt rujuk dengan kasih sayang kepadanya. Dan Allah swt menjadi Mutawalli atau Penjamin baginya. Jika manusia merenungkan suasana kehidupannya maka dia akan sadar  bahwa tanpa jaminan Allah swt kehidupan manusia menjadi sangat sulit dan sempit. Cobalah tengok keadaan manusia apabila sudah sampai batas usia dewasa dan sudah dapat memahami dan merasakan keadaan susah dan senang maka masa kegagalan, kesulitan, kesusahan, kegelisahan dan masa timbulnya macam-macam musibah terhadap dirinya mulai dihadapi-nya untuk jangka waktu yang cukup panjang. Dan untuk menghindarinya ia berusaha melakukan berbagai macam cara, yakni melaui harta benda, melalui hubungan dengan penguasa pemerintah, atau melalui bermacam tipu daya. Apabila musibah mulai menimpa dunia-nya, maka apa yang dilakukan-nya? Jika ia memiliki harta atau kekayaan dia pergunakan untuk menyelamatkan dirinya. Jika ia memiliki hubungan dengan pegawai tinggi dalam pemerintah, ia pergunakan hubungan baiknya itu untuk melepaskan diri dari musibah yang dihadapi. Atau dengan berbagai macam tipu-daya agar ia terlepas dari suatu kesulitan atau musibah yang menimpa dirinya. Akan tetapi sangat sulit baginya untuk berhasil. Kadangkala akibat kesusahan dan kesulitan yang tidak dapat diatasinya ia mengambil jalan pintas, nekad dengan bunuh diri. Jika semua kesulitan, kegelisahan dan kebingungan orang-orang duniawi itu dibandingkan dengan semua jenis kesulitan, kesusahan, kegelisahan yang dihadapi oleh para Anbiya atau yang dihadapi oleh Jema’at Allah swt, tidak ada artinya sedikitpun. Kesulitan-kesulitan itu tidak dapat menggoyahkan pendirian kelompok orang-orang suci itu atau tidak menjadikan mereka sedih hati. Kesulitan-kesulitan yang menimpa para Anbiya dan para Auliya tdak membuat iman mereka goyah atau menjadikan mereka sedih hati. Tidak mempengaruhi perasaan senang hati mereka. Sebab berkat do’a-do’a mereka dimanapun mereka berada selalu dinaungi Allah swt. Sebagaimana seorang yang telah memiliki hubungan sangat erat dengan seorang Hakim yang berkuasa dan memberi jaminan akan melindunginya, maka dibandingkan dengan orang biasa lainnya dia akan merasa tenang dikala tiba-tiba terjadi sesuatu kasus yang menyusahkan. Jadi, orang-orang mukmin yang memiliki hubungan lebih erat dan kuat dengan Ahkamul Hakimin, Tuhan Yang Maha Perkasa sedikitpun tidak akan merasa gelisah dikala menghadapi musibah-musibah yang menimpa mereka. Musibah-musibah yang menimpa para Anbiya a.s. jika sepuluh peratus (10 %) saja dari padanya menimpa orang-orang awam maka pasti lenyap kekuatan hidup mereka. Para Anbiya itu apabila datang kedunia untuk memperbaiki akhlaq manusia maka dunia sendiri menjadi musuh mereka dan jiwa raga mereka menjadi sasaran kekejaman musuh-musuh mereka. Namun bagaimanapun kerasnya bahaya yang mengancam jiwa mereka tidak dapat mempengaruhi ketenangan perasaan hati mereka. Jika orang biasa mempunyai satu orang musuh saja maka sekejap-pun perasaannya tidak merasa aman dari ancaman musuhnya itu. Akan tetapi musuh-musuh para Anbiya itu terdiri dari beberapa negara bersatu padu melawan mereka namun mereka menjalani kehidupan dengan aman dan tenteram. Mereka menahan semua kesusahan dan ancaman itu dengan hati dingin (sejuk) dan sabar. Perasan hati diingin dan kesabaran itu adalah mukjizat dan keramat bagi mereka. Istiqamat Hazrat Rasulullah saw ratusan kali lebih besar dari mukjizat dan keramat para Anbiya itu dan ia merupakan satu mukjizat bagi beliau saw. Kepada beliau saw telah ditawarkan dukungan semua kabilah didalam negeri, harta kekayaan, pemerintahan, kebesaran duniawi, perempuan-perempuan cantik-molek semuanya bakal diserahkan dengan syarat beliau saw berhenti mentablighkan kalimatullah, laa ilaaha illallah. Akan tetapi sambil menolak semua tawaran itu YM Hazrat Rasulullah saw bersabda : Jika perbuatan aku ini atas kehendak diriku maka semua tawaran itu akan aku terima. Semua yang sedang aku lakukan ini adalah perintah dari Tuhan-ku. Dan dari sisi lain sabar dan tabah menghadapi semua jenis kesulitan adalah mukjizah diluar batas kekuatan. Dan semua kekuatan dan kesabaran dapat dihasilkan melalui do’a-do’a yang Allah swt berikan kepada orang-orang mukmin. Do’a-do’a seram dan menakutkan yang dipanjatkan orang-orang mukmin banyak menghancurkan serangan-serangan jahat orang-orang Kaffir. Kisah perjalanan Hazrat Umar r.a. untuk membunuh Hazrat Rasulullah saw mungkin sudah anda sekalian dengar. Abu Jahhal telah mengumumkan barangsiapa yang dapat membunuh Hazrat Rasulullah saw ia akan berhak menerima hadiah dan penghargaan yang sangat besar. Sebelum Hazrat Umar masuk Islam telah membuat perjanjian dengan Abu Jahhal dan bersedia untuk membunuh Hazrat Rasulullah saw. Beliau mencari kesempatan yang tepat dan baik untuk menyempurnakan niyat itu. Telah diketahui beliau bahwa Hazrat Rasulullah saw tengah malam biasa melakukan salat disebuah ruangan didalam Ka’bah. Pada suatu malam Hazrat Umar sudah berada disekitar Ka’bah. Didalam kesunyian malam mulai terdengar suara laa ilaaha illallah dari arah hutan. Hazrat Umar telah berniat untuk membunuh Hazrat Rasulullah saw diwaktu beliau saw sedang asyik berdo’a diwaktu sujud. Diwaktu Hazrat Rasulullah saw sedang sujud berdo’a sambil merintih dengan suara yang memilukan hati dan beliau saw membaca zikir sambil memuji kesucian Ilahi. Kalbu Hazrat Umar r.a.pun gemetar dan meleleh. Semua keberanian dan semua upaya yang telah diatur sebelumnya tiba-tiba hilang lenyap. Tangan beliau menjadi lemah dan malas mengayunkan pedang untuk membunuh beliau saw. Setelah selesai salat Hazrat Rasulullah saw mulai meninggalkan Ka’bah berjalan menuju rumah beliau, Hazrat Umar-pun mengikuti beliau dari belakang. Setelah Hazrat Rasulullah saw mengetahui siapa gerangan orang yang sedang mengikuti beliau dibelakang itu mulai bertanya: ” Hai Umar !! Apakah engkau tidak akan berhenti mengejar-ngejar-ku? Karena mendengar do’a yang menakutkan Hazrat Umar berkata:”Hazrat !! Saya telah membuang tekad untuk membunuh tuan! Saya mohon janganlah tuan berdo’a buruk bagi saya.” Tidak lama kemudian Hazrat Umar r.a. setelah masuk Islam selalu menceritakan bahwa mulai malam itulah timbul kecintaan didalam hati saya terhadap Islam.       
                                
Didalam suatu Majlis ketika Hazrat Masih Mau’ud a.s. berbincang-bincang bersama para sahabat r.a. beliau bersabda: ” Musuh-musuh melakukan keberatan terhadap setiap perkara dan melemparkan tuduhan kepada kita disebabkan rasa benci dan permusuhan, sebab hati mereka sudah rusak. Dan orang yang hatinya sudah rusak maka setiap penjuru nampak gelap kepadanya. Orang-orang bodoh berkata: Orang ini (beliau a.s.) kerjanya hanya duduk-duduk saja tidak ada sesuatu yang dikerjakannya. Namun mereka tidak berfikir tentang Masih Mau’ud bahwa, dimanapun tidak tertulis ia akan mengangkat pedang dan akan berperang. Melainkan yang tertulis adalah bahwa : Kafir akan mati karena hembusan nafas Almasih. Yakni melalui do’a Almasih semua pekerjaan akan sempurna. Jika aku tahu bahwa dengan keluarnya aku dan kepergian kekota-kota akan membawa banyak faedah, maka satu sa’atpun (satu manit-pun) aku tidak akan duduk disini. Akan tetapi aku tahu selain kaki-ku akan terpleset, tidak ada faedahnya sedikitpun. Dan semua maksud-maksud pekerjaan yang ingin kami hasilkan akan dapat disempurnakan hanya melalui do’a. Didalam do’a terdapat kekuatan yang sangat besar. Beliau a..s. bersabda: ” Pada suatu ketika seorang Raja pergi untuk menaklukkan suatu negara lain. Diperjalanan seorang fakir telah memegang tali kendali kudanya dan berkata kepada Raja itu: ” Jangan engkau pergi kedepan. Jika tidak aku akan memerangi engkau. Raja terperanjat keheranan dan bertanya kepada fakir itu : Kamu seorang fakir-miskin tidak punya apa-apa. Bagaimana kamu akan berperang dengan aku. Fakir itu menjawab: Aku akan berperang dengan kamu menggunakan senjata do’a yang aku panjatkan diwaktu subuh. Raja itu berkata: ” Kalau begitu aku tidak dapat melawan kamu. Setelah berkata demikian Raja itu kembali pulang. Pendeknya Allah swt menanamkan banyak kekuatan didalam do’a. Allah swt berulang kali memberitahu melalui ilham kepada-ku. Bahwa : ”Apa yang akan terwujud hanya melalui do’a akan terwujud.” Senjata kita hanyalah do’a. Dan aku tidak mempunyai senjata lain selain do’a. Apa yang kita minta sambil menyendiri, maka Allah swt menzahirkannya kepada kita. Dizaman para Anbiya yang sudah lampau banyak para penentang yang dihukum melalui tangan para Anbiya itu. Akan tetapi Allah swt tahu bahwa kita ini lemah, tidak berdaya oleh sebab itulah semua pekerjaan dilaksanakan oleh tangan-Nya sendiri. Didalam Islam sekarang hanya perkara itulah yang tinggal, namun para Mullah tidak dapat memahaminya. Jika perang diwajibkan atas kita maka untuk itu pasti semua peralatan disediakan. Jika do’a-do’a kita sampai kepada suatu sasaran maka para pendusta akan hancur-binasa dengan sendirinya. Musuh dungu yang berhati hitam kelam berkata kepada kami : Kami selain tidur dan makan-minum tidak ada lagi yang dikerjakan. Namun kami yakin bahwa tidak ada senjata yang lebih tajam dari pada do’a. Mungkin mereka faham kepada perkara ini, sekarang dengan jalan bagaimana Allah swt akan memberi kemajuan dan kemenangan terhadap Agama ini.             Sekarang saya sampaikan beberapa contoh do’a-do’a. Semoga Allah swt memberi taufq kepada kita untuk memahami semua do’a-do’a ini dan semoga kita mampu menerapkannya didalam kehidupan kita. Semoga perhatian kita selalu terpusat kepada Zat Allah swt. Semoga kita dalam keadaan susah maupun senang selalu memahami pentingnya merebahkan diri dan memohon do’a dihadapan Allah swt. Semoga kita setelah menyatakan bai’at kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. memahami cara-cara menunaikan kewajiban dan tanggung jawab apa saja yang dipikulkan diatas pundak kita. Untuk itu semua semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua. Amin !! Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu mendahulukan kepentingan agama diatas kepentingan dunia dan untuk itu selalu memanjatkan do’a.  Pada hari-hari ini perlawanan dan penganiayaan lebih keras sedang dilakukan oleh para penentang Jema’at. Maka untuk perlindungan dan keselamatan Jema’at kita harus banyak-banyak memanjatkan do’a kepada Allah swt. Semoga Allah swt menimpakan kembali setiap keburukan kepada mereka. Dan semoga Dia menjaga dan memelihara Jema’at setiap waktu. 

Allahumma inna naj’aluka fi nuhurihim wan’uzubika min syururihim. Wahai Tuhan kami berilah kekuatan untuk melawan musuh-musuh dan berilah perlindungan kepada kami dari kejahatan mereka.            
                                                                    
Robbi inni mazlumun fantasir Hai Tuhanku ! Aku telah dizalimi Engkaulah yang membalas kezaliman mereka itu.               

Robbi kullu syaiin khodimuka robbi fahfazni wansurni warhamni. Wahai Tuhyan-Ku, segala sesuatu adalah hamba Engkau dan semua takluk kepada Engkau. Lindungilah daku, tolonglah daku dan kasihanilah daku.            
          
Do’a khas Hazrat Masih Mau’ud a.s. yaitu : Rabbi tawaffani musliman wa alhikni bissalihin Wahai Tuhanku, wafatkanlah daku dalam keadaan menyerahkan diri dan gabungkanlah daku bersama orang-orang saleh, semoga kita selalu bersama-sama orang solihin.    
                 
Semoga Allah swt mengabulkan do’a-do’a kita semua. Semoga kita menjalani kehidupan diatas jalan seperti yang dikehendaki oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. Amin ! (alih bahasa Maulana Hasan Basri)
    











Tidak ada komentar: