Ada lima tugas utama setiap nabi diutus ke dunia ini, yaitu: 1). Menampakkan mu’jizat kepada umatnya agar dengan menyaksikan itu mereka meyakini kebenarannya; 2). Meluruskan kepercayaan dan keyakinan umatnya yang salah; 3) Memperbaiki amal dan akhlaq umatnya yang telah mengalami kerusakan dari ajaran aslinya; 4) Memberikan hikmah berupa kedalaman dan keluasan ilmu yang mampu menerangi akal dan hati umatnya sehingga mereka mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan umat lainnya sehingga kehidupan mereka lebih maju, lebih baik dan lebih indah yang dapat menarik umat lainnya dan 5). Mempersatukan umatnya. Terlebih Nabi Besar Muhammad SAW, beliau mempunyai tugas yang lebih besar dan luas dibandingkan nabi-nabi lainnya, karena beliau adalah Sang Khatamun-Nabiyyin Sayyidul Anbiyai wal-Mursalin Penghulu para Nabi dan Rasul Allah di jagad raya ini. Sehubungan dengan akhlaq yang utama, beliau pernah bersabda kepada sahabat Uqbah bin Amir RA sebagai berikut:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: لَقِيَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَذَرْتُهُ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ أَوْ بَذَرَنِي فَأَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ: يَا عُقْبَةُ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ أَخْلاَقِ أَهْلِ الدُّنْيَا وَأَهْلِ اْلآخِرَةِ ؟ تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ أَلاَ وَمَنْ أَرَادَ اللهَ أَنْ يَمُدَّ فِى عُمْرِهِ وَيَبْسُطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَكَ
Dari Uqbah bin Amir RA berkata: Nabi SAW bertemu saya, maka aku pegang tangannya atau beliau memegangi tanganku, lalu bersabda: Wahai Uqbah, maukah aku ceriterakan kepada engkau tentang keutamaan akhlaq ahli Dunia dan ahli Akhirat? Sambunglah silaturrahim kepada orang yang telah memutuskan engkau; berilah orang yang mencegah engkau dan berilah maaf orang yang telah menganiaya engaku. Ingatlah! Siapa yang menginginkan Allah memanjangkan umurnya dan meluaskan untuknya rizki-Nya, maka hendaklah ia bertaqwa dan menyambung silaturrhim (Ibnu Jarir dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8694)
Dalam Hadits tersebut, beliau menyebutkan tiga akhlaq utama yang dapat mendatangkan rahmat bagi kehidupan dunia dan akhirat, yaitu:
1. Menyambung hubungan kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengannya. Mengamalkan akhlaq demikian sangat berat, tetapi sangat mulia karena harus mengorbankan tenaga, waktu dan perasaan yang paling dalam. Inilah yang dinamakan silaturrahim., sebagaimana sabda sahabat Umar bin Khaththab RA berikut:
عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: لَيْسَ الْوَصْلُ أَنْ تَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ ذَالِكَ الْقِصَاصُ وَلَكِنِ الْوَصْلُ أَنْ تَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ
Dari Ikrimah RA berkata: Umar bin Khaththab berkata: Bukan silaturrahim engkau mengunjungi orang yang telah mengunjungi engkau, itu adalah kunjungan balasan, akan tetapi silaturrahim itu adalah engkau mengunjungi orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau (Al-Baihaqi dalam Syi’abul-Iman dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8689)
2. Memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu. Akhlaq ini juga berat tapi sangat mulia, karena amalan inilah inti dari ajaran agama Islam, sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Quran:
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Ya, siapa saja yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan ia berbuat baik, maka baginya ada ganjaran di sisi Tuhannya; dan tak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih (Al-Baqarah, 2:112-113)
Bahkan kepada orang yang telah berbuat buruk pun, kita diperintahkan supaya membalas dengan kebaikan kalau ingin menjadi hamba yang dicintai Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad SAW berikut:
اَلْخَلْقُ كُلُّهُمْ عِيَالُ اللهِ وَتَحْتَ كَنْفِه فَأَحَبُّ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ مَنْ أَحْسَنَ إِلَى عِيَالِهِ وَأَبْغَضُ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ مَنْ ضَيَّقَ عَلَى عِيَالِهِ
Semua manusia itu keluarga Allah dan berada dalam lindungan-Nya, maka manusia yang paling dicintai Allah adalah orang yang berbuat baik kepada keluarga-Nya dan orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menyengsarakan keluarga-Nya (Ad-Dailamiy dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Kanzul-Ummal, Juz VI/16170).
3. Memberikan maaf kepada orang yang telah berbuat aniaya kepadanya.
Ketiga macam akhlaq mulia ini bukan hanya diajarkan oleh yang mulia Nabi Muhammad SAW, tetapi berkali-kali beliau contohkan dihadapan para sahabat, misalnya beliau memberikan pengampunan umum kepada para pembesar dan masyarakat Quraisy yang belasan tahun menganiaya dan berupaya membunuh beliau, bahkan terhadap Abdullah bin Ubai bin Salul seorang pembesar Madinah yang munafiq Nabi kita Muhammad SAW berkenan menshalatkan janazahnya sampai-sampai sahabat Umar bin Khaththab RA mengingatkan beliau dengan membacakan ayat Al-Quran yang berbunyi:
.. Sekalipun engkau memohonkan ampunan sampai 70 kali, sekali-kali Allah tidakan akan mengampuni mereka ..(At-Taubah, 9:80)
Sepontan Nabi menjawab: “Dalam ayat itu Allah membatasi sampai 70 kali, aku akan memohonkan ampunan lebih dari itu.
Apa yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW itu bukanlah hayalan yang tidak dapat dicohtoh oleh umat Islam. Ketiga ajaran tersebut akan dapat dilaksanakan jika umat Islam memiliki keimanan yang menumbuhkan ketaqwaan sejati seperti para sahabat dan para Imam umat Islam yang dibangkitkan dari abad-ke abad. Pendek kata orang yang ingin Allah memanjangkan umur dan banyak rezekinya, ia harus senantiasa menampilkan sikap taqwa dan menyambung hubungan dengan orang yang telah memutuskan hubungan, sebagaimana akhir sabda Nabi kepada sahabat Uqbah bin Amir RA berikut:.
أَلاَ وَمَنْ أَرَادَ اللهَ أَنْ يَمُدَّ فِى عُمْرِهِ وَيَبْسُطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَكَ
Ingatlah! Siapa yang menginginkan Allah memanjangkan umurnya dan meluaskan untuknya rizki-Nya, maka hendaklah ia bertaqwa dan menyambung silaturrhim (Ibnu Jarir dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8694)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: لَقِيَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَذَرْتُهُ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ أَوْ بَذَرَنِي فَأَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ: يَا عُقْبَةُ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ أَخْلاَقِ أَهْلِ الدُّنْيَا وَأَهْلِ اْلآخِرَةِ ؟ تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ أَلاَ وَمَنْ أَرَادَ اللهَ أَنْ يَمُدَّ فِى عُمْرِهِ وَيَبْسُطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَكَ
Dari Uqbah bin Amir RA berkata: Nabi SAW bertemu saya, maka aku pegang tangannya atau beliau memegangi tanganku, lalu bersabda: Wahai Uqbah, maukah aku ceriterakan kepada engkau tentang keutamaan akhlaq ahli Dunia dan ahli Akhirat? Sambunglah silaturrahim kepada orang yang telah memutuskan engkau; berilah orang yang mencegah engkau dan berilah maaf orang yang telah menganiaya engaku. Ingatlah! Siapa yang menginginkan Allah memanjangkan umurnya dan meluaskan untuknya rizki-Nya, maka hendaklah ia bertaqwa dan menyambung silaturrhim (Ibnu Jarir dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8694)
Dalam Hadits tersebut, beliau menyebutkan tiga akhlaq utama yang dapat mendatangkan rahmat bagi kehidupan dunia dan akhirat, yaitu:
1. Menyambung hubungan kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengannya. Mengamalkan akhlaq demikian sangat berat, tetapi sangat mulia karena harus mengorbankan tenaga, waktu dan perasaan yang paling dalam. Inilah yang dinamakan silaturrahim., sebagaimana sabda sahabat Umar bin Khaththab RA berikut:
عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: لَيْسَ الْوَصْلُ أَنْ تَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ ذَالِكَ الْقِصَاصُ وَلَكِنِ الْوَصْلُ أَنْ تَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ
Dari Ikrimah RA berkata: Umar bin Khaththab berkata: Bukan silaturrahim engkau mengunjungi orang yang telah mengunjungi engkau, itu adalah kunjungan balasan, akan tetapi silaturrahim itu adalah engkau mengunjungi orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau (Al-Baihaqi dalam Syi’abul-Iman dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8689)
2. Memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu. Akhlaq ini juga berat tapi sangat mulia, karena amalan inilah inti dari ajaran agama Islam, sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Quran:
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Ya, siapa saja yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan ia berbuat baik, maka baginya ada ganjaran di sisi Tuhannya; dan tak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih (Al-Baqarah, 2:112-113)
Bahkan kepada orang yang telah berbuat buruk pun, kita diperintahkan supaya membalas dengan kebaikan kalau ingin menjadi hamba yang dicintai Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad SAW berikut:
اَلْخَلْقُ كُلُّهُمْ عِيَالُ اللهِ وَتَحْتَ كَنْفِه فَأَحَبُّ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ مَنْ أَحْسَنَ إِلَى عِيَالِهِ وَأَبْغَضُ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ مَنْ ضَيَّقَ عَلَى عِيَالِهِ
Semua manusia itu keluarga Allah dan berada dalam lindungan-Nya, maka manusia yang paling dicintai Allah adalah orang yang berbuat baik kepada keluarga-Nya dan orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menyengsarakan keluarga-Nya (Ad-Dailamiy dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Kanzul-Ummal, Juz VI/16170).
3. Memberikan maaf kepada orang yang telah berbuat aniaya kepadanya.
Ketiga macam akhlaq mulia ini bukan hanya diajarkan oleh yang mulia Nabi Muhammad SAW, tetapi berkali-kali beliau contohkan dihadapan para sahabat, misalnya beliau memberikan pengampunan umum kepada para pembesar dan masyarakat Quraisy yang belasan tahun menganiaya dan berupaya membunuh beliau, bahkan terhadap Abdullah bin Ubai bin Salul seorang pembesar Madinah yang munafiq Nabi kita Muhammad SAW berkenan menshalatkan janazahnya sampai-sampai sahabat Umar bin Khaththab RA mengingatkan beliau dengan membacakan ayat Al-Quran yang berbunyi:
.. Sekalipun engkau memohonkan ampunan sampai 70 kali, sekali-kali Allah tidakan akan mengampuni mereka ..(At-Taubah, 9:80)
Sepontan Nabi menjawab: “Dalam ayat itu Allah membatasi sampai 70 kali, aku akan memohonkan ampunan lebih dari itu.
Apa yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW itu bukanlah hayalan yang tidak dapat dicohtoh oleh umat Islam. Ketiga ajaran tersebut akan dapat dilaksanakan jika umat Islam memiliki keimanan yang menumbuhkan ketaqwaan sejati seperti para sahabat dan para Imam umat Islam yang dibangkitkan dari abad-ke abad. Pendek kata orang yang ingin Allah memanjangkan umur dan banyak rezekinya, ia harus senantiasa menampilkan sikap taqwa dan menyambung hubungan dengan orang yang telah memutuskan hubungan, sebagaimana akhir sabda Nabi kepada sahabat Uqbah bin Amir RA berikut:.
أَلاَ وَمَنْ أَرَادَ اللهَ أَنْ يَمُدَّ فِى عُمْرِهِ وَيَبْسُطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَكَ
Ingatlah! Siapa yang menginginkan Allah memanjangkan umurnya dan meluaskan untuknya rizki-Nya, maka hendaklah ia bertaqwa dan menyambung silaturrhim (Ibnu Jarir dan Kanzul-Ummal, Juz III/ 8694)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar