Rabu, 06 April 2011

Kesaksian Gerhana

Kesaksian Gerhana
Saleh Mohammad Alladin, Profesor Astronomi

Nubuwatan mengenai gerhana diberikan dalam hadits berikut :

“Muhammad bin Ali meriwayatkan, katanya bahwa bagi Mahdi kami, terdapat dua tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya sejak diciptakannya langit dan bumi, yaitu, bulan akan gerhana pada malam pertama Ramadhan (pada malam pertama dari malam-malam dimana biasa terjadi gerhana bulan) dan matahari akan gerhana pada pertengahan ramadhan (pada hari-hari dimana biasa terjadi gerhana matahari), dan tanda-tanda ini tidak pernah terjadi sejak diciptakannya langit dan bumi” (Dar Qutni, Vol.1, hal.188)

Jika perhitungan bulan dimulai sejak munculnya bulan sabit (hilal), maka tanggal-tanggal dimana gerhana bulan bisa terjadi adalah pada tanggal ke 13, 14, dan 15, dan gerhana matahari bisa terjadi pada tanggal-tanggal 27, 28, dan 29. Nubuwatan dari Rasulullah s.a.w. dalam hadist di atas mengharuskan gerhana bulan terjadi pada tanggal 13 Ramadhan dan Gerhana matahari pada tanggal 28 Ramadhan.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., pendiri Jema’at Muslim Ahmadiyah, menerima wahyu pertamanya terkait penunjukannya sebagai Mujadid pada tahun 1882. Dalam kepatuhannya terhadap perintah Allah, beliau mengumumkan bahwa dirinya adalah Mujadid abad ke-14 Hijriah. Pada tahun 1891, dengan berdasarkan wahyu yang beliau terima telah mengumumkan bahwa dirinya telah diutus sebagai Al Masih yang dijanjikan dan sebagai Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuwatkan oleh Rasulullah s.a.w.. Beliau menegaskan bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah mengutusnya untuk memberikan kehidupan ruhani bagi manusia. Namun para Ulama telah menolaknya dan beliau a.s. menghadapi badai perlawanan.

Gerhana-gerhana yang dinubuwatkan itu telah terjadi di atas negeri Qadian pada tanggal yang telah ditentukan di bulan Ramadhan. Gerhana bulan terjadi setelah matahari terbenam pada tanggal 21 Maret 1894 (13 Ramadhan 1311 H) dan gerhana matahari pada pagi hari pada hari Jum’at tanggal 6 April 1894 (28 Ramadhan 1311 H). Masih Ma’ud a.s. kemudian menulis sebuah buku yang berjudul “Nurul Haq” (Cahaya Kebenaran) bagian ke-2, dimana beliau mengumumkan bahwa gerhana-gerhana tersebut adalah tanda yang diberikan oleh Tuhan untuk mendukung pendakwaan beliau.

Tuduhan Kesahihan Hadits

Hadits Dar Qutni mengenai gerhana-gerhana telah dituduh sebagai palsu. Jawabannya, keshahihan dari hadits Dar Qutni didukung oleh beberapa fakta berikut :

1. Sumber dari nubuwatan terletak dalam Al Qur’an semenjak gerhana bulan dan matahari disebut sebagai tanda-tanda penting akan datangnya hari kebangkitan dan masa kedatangan pembaharu ruhani yang dijanjikan juga akhir zaman. “Ia bertanya, “Kapankah hari kiamat itu?”. Maka apabila penglihatan silau, dan terjadi gerhana bulan, dan dikumpulkan matahari dan bulan, akan berkata manusia pada hari itu,”Kemanakah tempat berlari?” (QS Al Qiyamah : 9-11).

Manakala gerhana matahari terjadi, maka matahari dan bulan ada dalam posisi berdekatan, mereka akan berada dalam satu sudut yang sama jika dipandang dari arah bumi. Oleh sebab itu kata-kata “dikumpulkan matahari dan bulan” adalah berarti terjadinya gerhana matahari. Hadits Dar Qutni mendukung penafsiran ini dan memberikan detil yang sangat berharga tentang nubuwatan gerhana ini.

2. Al Qur’an menyatakan : “Dialah Yang mengetahui yang gaib; maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapapun, kecuali kepada rasul yang Dia ridhai” (Al Jin : 27-28)

Sifat khas suatu nubuwatan dan keagungan dari penggenapannya juga menandakan bahwa sumber nubuwatan itu adalah Rasulullah s.a.w. Saat nubuwatan dalam hadits tersebut tergenapi maka protes atau keberatan atas diri periwayat hadits otomatis kehilangan arti

Hazrat Ali bin Umar Albaghdadi Ad Dar Qutni, seorang pengumpul hadits, adalah seorang shaleh yang sangat dihormati. Beliau sangat dikenal sangat hati-hati dalam mencatat sabda-sabda Rasulullah s.a.w.. Hazrat Shah Abdul Aziz, seorang muhadits dari Delhi, seorang ulama Islam terkenal, beliau berkomentar tentang Imam Dar Qutni dalam kitabnya Naubatul Fikr sebagai berikut : “Suatu kali Imam Dar Qutni berkata,”Wahai penduduk Baghdad, janganlah kamu sangka bahwa seorangpun berani mengadakan hadits-hadits palsu sementara saya masih hidup”.

Ada juga muncul keraguan bahwa apakah perawi hadits tersebut adalah benar Hazrat Imam Baqar. Muhammad bin Ali (perawi hadits) telah dianggap sebagai Imam Baqar dalam Iqtirabus Saat yang ditulis oleh seorang ulama besar India yaitu Nawab Siddiq Hasan Khan. Salinan dari halaman terkait diberikan dalam karya tulis Muhammad Azam Ekseer yang berjudul “The Advent of Imam Mahdi – The Great Heavenly Sign”. Perlu juga dicatat bahwa Allamah Shaikh Shahabuddin Ibn Al Hajar al Hashimi menulis : “Muhammad bin Ali, salah seorang dari Ahli Bait terkemuka, menceritakan bahwa akan ada 2 tanda bagi Imam Mahdi yang mana tidak pernah diperlihatkan kepada manusia sejak diciptakannya langit dan bumi. Gerhana bulan pada malam pertamanya di bulan Ramadhan. Dan Gerhana matahari pada pertengahan hari-harinya. (Kitabul Fatawa Al Hadithiyya, h.31, Egypt)

Tanda gerhana ini juga disebutkan dalam kumpulan Hadits baik dari Sunni maupun Syiah. Para Ulama terkemuka telah menyebutkan tanda-tanda ini dalam buku-buku mereka. Beberapa diantaranya :

  1. Asy-Syekh Ali Ashghar dalam kitabnya Nurul Anwar halaman 215 menulis bahwa Imam Mahdi akan datang pada tahun yang ditunjukan dalam huruf “shad”, “ra”, “ghain”, dan “ya”. Menurut abjad huruf-huruf tersebut mengandung jumlah bilangan 1290. Jadi menurut keterangan datangnya Imam Mahdi adalah pada tahun 1290. Hazrat Ahmad a.s. sudah diutus tepat pada tahun 1290 H.
  2. Hazrat Ismail Syahid menulis kitab berjudul Al Arba’in fi Ahwalil Mahdiyyin yang dicetak tahun 1851 M (1268 H). Dalam kitab tersebut ditulis sebuah Qasidah karya Hazrat Ni’matullah Wali. Hazrat Ni’matullah Wali menyebut bahwa apa-apa yang ia tulis dalam Qashidahnya ialah diberitahukan oleh Allah SWT. Beliau menyatakan dalam Qashidahnya bahwa sesudah tahun “ghain” dan “ra”, yaitu 1200 tahun, ia melihat perubahan yang luar biasa. Pada masa itu seseorang yang bernama “alif”, “ha”, “mim”, dan “dal” (Ahmad) akan diutus oleh Allah untuk memajukan Islam, dan setelah wafat anaknya akan menjadi Khalifah (pengganti) nya. Alangkah jelasnya kasyaf beliau ini! Bahwa Imam Mahdi akan diutus pada abad ke-13. Dan setelah wafatnya Hazrat Ahmad a.s., putra beliau Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. menjadi Khalifah yang ke-2.
  3. Hazrat Syekh Muhyiddin Ibnu ‘Arabi menerangkan dalam kitabnya ‘Anqau Maghrib, bahwa Mahdi akan datang sesudah tahun “kha”-“fa”-“jim” yaitu 683. Kitab itu ditulis tahun 625H, maka masa kedatangan Mahdi adalah 683 tahun setelah 625H yaitu 1308H. Dan tepat 3 tahun setelah itu (1311H) terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari yang menjadi tanda pendukung pendakwaan Mahdi.

Keberatan akan penafsiran tanggal

Tuduhan bahwa telah terjadi kesalahan interprestasi tanggal, bahwa yang dimaksud “awal” dan “pertengahan” itu bukan tanggal 13 dan 28, melainkan tanggal 1 dan 15.

Terjadinya gerhana pada tanggal 1 dan 15 adalah sesuatu yang tidak mungkin dilihat dari sisi ilmu astronomi. Memaknai dengan cara tersebut akan mengakibatkan hadits ini kehilangan artinya. Sebagaimana telah dijelaskan Masih Ma’ud a.s. bahwa tujuan dari hadits ini adalah bukan untuk menjanjikan munculnya sebuah kejadian luar biasa dan ajaib melainkan untuk memberikan sebuah patokan untuk mengenali seorang Imam Mahdi yang mana tanda ini tidak akan diberikan kepada orang lain (Zameema Nuzoolul Masih, Ruhani Khazain, vol.19, p.141)

Gagasan bahwa gerhana bulan terjadi pada awal bulan Ramadhan adalah tidak beralasan. Bulan sabit pada setiap malam pertama di awal bulan sering sulit untuk dilihat. Mendeteksi gerhana pada malam pertama adalah jelas suatu masalah. Dan perlu dicatat bahwa bulan sabit pada malam pertama disebut sebagai “Hilal” dan bukan “Qomar”. Sedangkan dalam hadits disebut sebagai “Qomar”.

Menurut hukum alam, gerhana bulan terjadi saat bulan nampak penuh (dan ini biasa terjadi pada tanggal ke 13, 14, dan 15) dan gerhana matahari terjadi pada suatu “sambungan” dimana bulan tidak dapat dilihat sama sekali (dan ini terjadi pada tanggal 27, 28, dan 29). Karena itu hadits secara tidak langsung menyatakan bahwa gerhana bulan terjadi pada malam pertama dari malam-malam dimana ia biasa terjadi, yaitu tanggal 13.  Dan gerhana matahari akan terjadi pada tanggal pertengahan dari hari-hari yang biasa dapat terjadi gerhana matahari, yaitu tanggal 28.

Pengetahuan akan gerhana ini tidak hanya diketahui oleh para ilmuwan, namun juga diketahui oleh kalangan non ilmuwan. Nawab Sidiq Hasan dari Bhopal menulis dalam bukunya Hijajul Kiramah bahwa menurut astronomi bahwa gerhana bulan tidak bisa terjadi di tanggal selain 13, 14, dan 15. Dan gerhana matahari tidak dapat terjadi selain pada tanggal 27, 28, dan 29 (Hijajul Kiramah, hal.344).

Tuduhan mengenai penetapan tanggal

Ada tuduhan bahwa sebenarnya terjadinya gerhana saat itu adalah pada tanggal 14 dan 29 Ramadhan, bukan tanggal 13 dan 28 Ramadhan.

Tuduhan di atas tidak memiliki dasar. Penetapan tanggal Ramadhan tergantung sejak kapan pertama kali bulan sabit (hilal) terlihat, dan ini suatu hal yang tidak bisa dipastikan secara pasti dengan hanya menggunakan perhitungan astronomi dan di berbagai kasus juga tergantung pada kondisi meteorologi (cuaca). Perhitungan mengindikasikan kemungkinan untuk melihat bulan pada tanggal 8 Maret 1894 jika saja kondisi meteorologi bagus, namun kondisi cuaca tidak mendukung dan hilal baru bisa dilihat pada malam tanggal 9 Maret 1894 di Qadian. Umur bulan saat matahari terbenam pada 8 Maret 1894 adalah 22,7 jam (Review of Religioun, Sept 1994).

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Dr. Muhammad Ilyas : “Berdasarkan catatan perhitungan, penampakan bulan pada usia lebih muda dari 20 jam adalah sangat jarang, dan penampakan lebih dari 24 jam adalah tidak luar biasa, meskipun penglihatan bisa memerlukan usia lebih dari 30 jam” (Islamic calendar, times, and qibla, by Dr. Muhammad Ilyas, Berita Publishing SDN BHD, 22 Jalan Liku, Kuala Lumpur 1984).

Gerhana bulan terlihat dari Qadian setelah matahari terbenam pada tanggal 21 Maret 1894, tepat pada tanggal 13 Ramadhan. Gerhana matahari terjadi pada pagi hari tanggal 6 April 1894, yang mana bertepatan dengan tanggal 28 Ramadhan. Masih Ma’ud a.s. berulang kali menyatakan bahwa gerhana-gerhana terjadi pada tanggal yang sesuai dengan nubuwatan. Bahkan Muhammad Abdullah Memar yang memusuhi Ahmadiyah menulis bahwa gerhana telah terlihat pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan.

Gerhana pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan sering terjadi

Keberatan berikutnya adalah bahwa gerhana bulan dan matahari pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan sudah sering terjadi, bandingkan dengan hadits yang mengatakan bahwa belum pernah terjadi sejak diciptakannya langit dan bumi.

Hadits Dar Qutni tidak menyatakan bahwa gerhana bulan dan matahari pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan tidak pernah terjadi sekalipun sebelumnya. Hadits tersebutnya menyatakan bahwa belum pernah ada gerhana semacam tersebut yang dimunculkan sebagai tanda. Hazrat Masih Ma’ud a.s. bersabda :

“Kami tidak memperdebatkan tentang berapa kali semenjak awal dunia ini hingga sekarang telah terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan pada tanggal-tanggal tersebut di bulan Ramadhan. Pendakwaan kami hanyalah sekedar bahwa semenjak anak keturunan manusia muncul di dunia ini, gerhana matahari dan gerhana bulan ini, sebagai Tanda, hanya terjadi di masa saya saja untuk saya. Dan sebelum saya tidak ada yang pernah mengalami  bahwa di satu sisi dia mendakwakan diri sebagai Mahdi yang dijanjikan, dan di sisi lain setelah pendakwaannya itu telah terjadi gerhana bulan serta gerhana matahari pada tanggal-tanggal tertentu di dalam bulan Ramadhan; dan dia menyatakan bahwa gerhana matahari serta gerhana bulan tersebut sebagai suatu Tanda yang diperuntukan baginya.
Dan di dalam hadits Dar Quthni tidak ada tertera bahwa sebelumnya tidak pernah terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari. Ya, dengan jelas terdapat kata-kata ini bahwa sebagai suatu Tanda, gerhana matahari dan gerhana bulan ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Sebab di dalam Dar Quthni kata “Lam takuwna” adalah dengan sighah muannas (feminim gender), yang artinya adalah bahwa Tanda seperti ini tidak pernah terjadi. Dan kalau yang dimaksudkan itu adalah  bahwa gerhana matahari dan gerhana bulan  (pada bulan Ramadhan, peny) belum pernah terjadi sebelumnya, maka seharusnya adalah “Lam yakuwna” dengan sighah muzakkar (maskulin gender). Bukan “Lam takuwna”. Dari itu dengan jelas diketahui bahwa yang dimaksud oleh nya (sebagai belum pernah terjadi) itu adalah sebagai ‘aayatayn’, yakni dua buah Tanda. Sebab ini adalah sighah muannas.

Jadi, seseorang yang berpendapat bahwa sebelumnya pun beberapa kali sudah pernah terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, maka tanggung jawabnya memberikan bukti ini. (Yakni) dia (hendaknya) memberitahukan pendakwaan ke-Mahdi-an yang telah menjadikan gerhana matahari dan gerhana bulan sebagai Tanda baginya. Dan bukti itu hendaknya pasti serta mutlak. Dan itu dalam bentuk demikian, yakni sebuah buku dari sang pendakwa yang menyatakan diri sebagai Masih Ma’ud itu, dikemukakan. Dan kemudian tertulis bahwa “Gerhana bulan serta gerhana matahari yang terjadi di bulan Ramadhan sesuai dengan tanggal-tanggal yang telah ditetapkan oleh Dar Quthni itu adalah Tanda kebenaranku.”

Ringkasnya, sekedar gerhana matahari dan gerhana bulan saja, walau ribuan kalipun telah tejadi, bukan itu yang diperbincang-bincangkan. Sebagai Tanda, di masa seorang pendakwa, hanya satu kali saja terjadi. Dan hadits itu, dengan memunculkan kejadian pokok pembahasannya itu pada masa seorang pendakwa ke-Mahdi-an, ia telah membuktikan keabsahan dan kebenarannya sendiri” (Cashma-e-Makrifat : 329)

Perlu pula dicatat bahwa meskipun gerhana bulan dan matahari telah terjadi pada tanggal-tanggal yang disebut dalam hadits itu beberapa kali, kejadian (gerhana) pada tanggal-tanggal tersebut di suatu tempat yang tertentu sangat-sangat jarang terjadi. Gerhana bulan bisa dilihat oleh lebih dari setengah bidang permukaan bumi. Namun gerhana matahari dapat disaksikan dari area yang jauh lebih kecil. Gerhana matahari pada tanggal 6 April 1894 dapat dilihat secara luas di Asia termasuk di India.

Perhitungan yang dibuat oleh Prof.G.M. Ballabh dan juga saya, di Departemen Astronomi, Universitas Osmania, Hyderabad, mengindikasikan bahwa sejak masa Rasulullah s.a.w. hingga hari ini, telah terjadi 109 kali sepasang gerhana (bulan dan matahari) pada bulan Ramadhan. Dari jumlah itu terdapat 3 kali sepasang gerhana terlihat di Qadian pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan. Maka dari itu, memiliki sepasang gerhana pada tanggal-tanggal tertentu dan terlihat di tempat tertentu adalah sangat jarang sekali.

Masih Ma’ud a.s. menyatakan bahwa seharusnya manusia merenungkan atas fakta ini bahwa tanda gerhana telah diperlihatkan di negara beliau dengan Kebijaksanaan-Nya Dia tidak memisahkan antara tanda dengan orang yang kepada tanda itu ditakdirkan.

Setelah gerhana terlihat di Qadian pada tahun 1894, Masih Ma’ud a.s. menulis sebagai berikut : “Wahai hamba-hamba Allah, renungkan dan fikirkanlah. Apakah menurut kalian bisa terjadi bahwa Mahdi lahir di negeri Arab dan Syam, sedang Tanda-Nya muncul di negeri kita (Hindustan. peny) Dan kalian mengetahui bahwa hikmah Ilahiah tidak memisahkan sang Tanda dari orang yang dimaksudnya. Jadi, bagaimana mungkin terjadi bahwa sang Mahdi lahir di Barat, sedangkan Tanda-nya muncul di timur. Dan yang demikian itu mencukupi bagi kalian jika kalian merupakan pencarikebenaran”. (Noorul Haq, Part II).

Gerhana terjadi juga pada pendakwaan Mahdi-Mahdi yang lain

Keberatan lainnya adalah klaim bahwa pada pendakwaan Mahdi-Mahdi yang lain juga terjadi gerhana di tanggal 13 dan 28 Ramadhan. Hal penting terkait klain ini sebagaimana telah diterangkan bahwa orang yang mendakwakan diri sebagai Mahdi harus secara tegas menyatakan bahwa gerhana-gerhana yang terjadi adalah merupakan tanda dari Tuhan bagi dirinya.

Hazrat Masih Ma’ud a.s. menjelaskan : “Hadits tidak menyatakan bahwa sebelum kedatangan Imam Mahdi akan terjadi gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan, sebab dalam kejadian tersebut maka setelah melihat gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan maka segala penipu dapat menyatakan dirinya sebagai Mahdi dan dalam perkara demikian akan muncul kerancuan dikarena begitu mudahnya untuk mendakwakan diri setelah melihat gerhana. Jika setelah gerhana muncul banyak pendakwa maka jelaslah bahwa gerhana-gerhana tersebut tidak bisa menjadi saksi bagi siapapun” (Anwarul Islam, Ruhani Khazain, Vol.9, hal.48)

“Sejak dahulu, ini telah menjadi sunatullah, bahwa sebuah tanda ditampakan manakala seorang utusan Tuhan telah diperlakukan sebagai pendusta dan dianggap sebagai penipu” (Tohfae Golarfiya, Ruhani Khazani, Vol.17, hal.142)

Saya dan Profesor G.M. Ballabh menyelidiki tanggal-tanggal dimana terjadi gerhana-gerhana di bulan Ramadhan pada masa 25 pendakwa Imam Mahdi. Tanggal-tanggal adalah tergantung dari lokasi/daerah di mana penelitian dilakukan. Kami menghitung tanggal berkenaan dengan lokasi pendakwa. Kami menemukan bahwa tidak satupun pendakwa yang secara pasti kami bisa katakan bahwa setelah pendakwaan mereka dan selama hidup mereka telah terjadi sepasang gerhana pada tanggal 13 dan 28 di bulan Ramadhan yang sama telah tampak di daerah mereka. Lebih lanjut kami tidak menemukan seorang pendakwapun yang meletakan gerhana sebagai tanda pendukung mereka.

Berikut beberapa pendakwa, dan apa yang bisa kami katakan berdasarkan perhitungan kami :

  1. Saleh bin Tarif mendakwakan diri sebagai Mahdi pada tahun 125H dan berkuasa hingga 174H, selama periode tersebut sepasang gerhana terjadi pada tahun 126H (744M), 127H, 170H, 171H. Kami mempelajari terjadinya sepasang gerhana dengan mengaitkannya dengan daerah Maroko, daerah dimana terjadi pendakwaan. Kami menemukan tidak satupun dari tahun-tahun tersebut gerhana matahari terlihat di Maroko.
  2. Mirza Ali Muhammad Bab, mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi pada tahun 1264H (1848M), dan terbunuh pada tahun 1266H (1850M). Selama periode 2 tahun tersebut tidak satupun gerhana terjadi di belahan bumi manapun.
  3. Hussain Ali Bahaullah, tidak pernah mendakwakan diri sebagai Mahdi, dia mendakwakan diri sebagai penampakan Tuhan pada tahun 1867 dan meninggal pada tahun 1892. Sepanjang periode tersebut tidak ada sepasang gerhana pada bulan Ramadhan yang semuanya terlihat dari negeri Iran.
  4. Muhammad Ahmad dari Sudan yang mendakwakan diri sebagai Mahdi pada tahun 1881 dan wafat pada tahun 1885. Selama periode tersebut tidak ada gerhana apapun di dalam bulan Ramadhan di belahan bumi manapun.

5 Aspek penting

Hazrat Mirza Tahir Ahmad r.a., Khalifatul Masih ke-4, menjelaskan mengenai nubuwatan gerhana dan penggenapannya. Beliau menarik perhatian kita atas 5 aspek dalam nubuwat :

  1. Gerhana bulan harus terjadi pada malam pertama diantara malam-malam biasa terjadi gerhana.
  2. Gerhana matahari harus terjadi pada pertengahan diantara hari-hari dimana biasa terjadi gerhana.
  3. Kedua gerhana harus terjadi di bulan Ramadhan.
  4. Pendakwaan Mahdi harus hadir sebelum terjadinya gerhana, karena jika pendakwaan setelah gerhana maka akan banyak yang bisa melakukan pendakwaan dan mustahil untuk bisa mengenali mana yang benar.
  5. Pendakwa harus mengetahui akan tanda gerhana ini dan harus menerangkan sebagai Imam Mahdi yang baginya tanda-tanda nubuwat ini ditampakan.

Sejauh ini tidak ada dari pendakwa Mahdi yang menjadikan tanda-tanda gerhana sebagai tanda dari Tuhan bagi pendakwaannya selain Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Imam Mahdi dan Masih Ma’ud yang sejati. Dimana beliau mengumumkan secara berulang kali dan menekankan bahwa gerhana bulan dan matahari adalah tanda dari Allah bagi diri beliau. Berikut sedikit contoh penyataan Imam Mahdi a.s. :

“Di masa saya juga gerhana matahari dan gerhana bulan telah terjadi di bulan Ramadhan. Di masa saya juga sesuai dengan hadits-hadits shahih, Qur’an Syarif, dan kitab-kitab terdahulu, di negeri ini akan timbul bencana wabah (Pes). Dan di masa saya juga telah diciptakan jenis kendaraan baru yakni kereta api. Dan di masa saya juga sesuai dengan nubuwatan-nubuwatan saya, telah terjadi gempa-gempa yang menakutkan. Maka kemudian apakah bukan suatu dorongan ketaqwaan untuk tidak menjadi berani mendustakanku?
Lihat! Aku bersumpah demi Allah Ta’ala. Mengatakan bahwa ribuan Tanda telah zahir untuk membuktikan kebenaran saya. Dan hal itu sedang dan akan terus berlangsung. Jika ini suatu rencana manusia, maka sekali-kali tidak mungkin timbul dukungan dan pertolongan yang sedemikian rupa” (Haqiqatul Wahyi, hal.45) (1830 Kereta api uap pertama dioperasikan di Inggris dan setelah itu meluas ke seluruh dunia. 1859 penemuan pertama kali system pembakaran di dalam yang kemudian menjelma menjadi mesin penggerak kendaraan mobil dan motor, sehingga menggantikan kuda dan onta diseluruh dunia yang merupakan tanda akhir zaman)

“Dan saya bersumpah demi Allah Ta’ala, mengatakan bahwasanya saya adalah Masih Ma’ud (Masih yang dijanjikan)! Dan sayalah orang yang dijanjikan oleh para nabi. Mengenai zaman/masa saya, terdapat beritanya di dalam Taurat, Injil, dan Qur’an Syarif, bahwa pada saat itu di langit akan terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari, serta di bumi akan merebah (wabah) Pes yang dahsyat” (Dafi’ul Balaa, hal. 18) (1894 – Wabah Pes merebak di dunia. Di India saja tercatat 6 juta orang tewas karena Pes. Harian Kompas)

“Saya bersumpah dengan Allah yang dalam tangan-Nya nyawa saya tergenggam, bahwa Dia telah menampakkan tanda ini di langit sebagai kesaksian atas kebenaranku. Dan Dia telah menampakan tanda itu tepat saat para Ulama telah menjuluki ku sebagai dajjal, kazzab (pendusta), dan kafir. Ini adalah tanda yang sama yang 20 tahun lalu telah dijanjikan dalam Barahin-e-Ahmadiyah, yaitu beritahu kepada mereka bahwa aku memiliki tanda kesaksian dari Allah, apakah kamu akan percaya atau tidak? beritahu kepada mereka bahwa aku memiliki tanda kesaksian dari Allah, apakah kamu akan menerima atau tidak? Haruslah diingat bahwa meskipun banyak tanda-tanda dari Allah yang Maha Perkasa untuk mempertahankan keadaan ku yang sebenarnya dan lebih dari seratus nubuwat telah terpenuhi yang mana ratusan ribu orang telah menjadi saksi, namun dalam ilham ini telah secara khusus disebutkan bahwa saya telah diberikan sebuah tanda yang tidak diberikan kepada siapapun sejak zaman Adam hingga sekarang. Singkatnya, saya bersedia berdiri di pelataran Ka’bah yang suci dan bersumpah bahwa tanda ini bersaksi untuk kebenaranku” (Tohfa-e-Golarviyya, Ruhani Khazain, Vol.17, hal. 143).

“….Matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya” (Matius 24: 29)