Jumat, 15 April 2011

JANGAN MENGUJI TETAPI SIMAKLAH

Zaman sendiri sudah merupakan suatu tanda. Dan zaman membuktikan bahwa pada masa ini sangat diperlukan seorang Mushlih (orang yang melakukan perbaikan). Sekarang sama-sekali bukanlah waktu untuk menguji dan mengetes. Jika ada yang tidak mau percaya, maka katakanlah, kerugian apakah yang telah dia akibatkan untuk diri saya ?.

Di Mekkah, jika ratusan orang ingkar, lalu hancur, katakanlah, kerugian apa yang telah mereka timbulkan bagi Rasulullah saw / Jika ada satu orang yang murtad, Ilahi akan membawakan 100 orang lainnya. Bukankah ini suatu hal yang patut disimak, seandainya gerakan-gerakan kami ini bukan berasal dari Ilahi, maka sampai hari ini mengapa tidak kunjung hancur ? Pernah ada suatu masa, saya hanya sebatang kara kesana-kemari. Dan sekarang adalah masa ketika lebih dari 200.000 orang ada bersama saya. Sekitar 22 atau 23 tahun yang lalu, Dia, Ilahi memberitahukan dan telah tertera di dalam buku Barahiin Ahmadiyah (Jilid i-Iv terbit tahun 1880-1884). Bahwa ‘Aku akan memberikan kesuksesan kepada engkau dan Aku akan memberikan ratusan ribu orang bersama engkau’.
Ambil dan simaklah buku itu dan baca. Kemudian pikirkan, apakah itu perbuatan manusia, yakni sekian lama sebelumnya telah menuliskan suatu kabar, kemudian sekian banyak perlawanan timbul, lalu semua itu ternyata telah terbukti benar ?

Jadi barangsiapa yangtidak percaya terhadap perbuatan Ilahi ini, dia akan mati dalam keadaan buruk.
Orang-orang yang menyaksikan Tanda, ada dua macam. Yakni ; Pertama seperti Lekhram. Mereka licik dan jahat. Pekerjaan mereka mencemoohkan dan mentertawakan hal-hal dari Ilahi. Orang-orang demikian ini akan masuk neraka.. Misalnya Lekhram.

Dan kedua, golongan satu lagi adalah mereka yang sesuai sunnah nabi, menginkan tanda, yakni kedudukan dunia tetap terpelihara dan Tanda tampil juga. Bukan pula contoh kiamat tampil bagi mereka serta seluruh alam raya ciptaan Ilahi dijungkir-balikan. (Dalam kondisi demikian, jika orang itu sendiri mati, maka siapa lagi yang akan menyaksikan tanda ?). Batasan iman adalah, akal juga digunakan dan manusia memanfaatkan pemahaman serta filsafat sehingga dapat menyaksikan unsur-unsur lebih tinggi. Jangan pula berkeinginan agar semua terbuka dengan nyata. Jika demikian apa lagi yang menyebabkan dia memperoleh pahala ? Justru itu bukanlah iman, yakni sesuatu yang di dalamnya tidak ada tabir penyelubung. Oleh karena itu Ilahi berfirman ; orang-orang yang beriman karena melihat Tanda, iman mereka tidak akan memberikan manfaat.

Manusia  . . . simaklah dengan seksama, kebutuhan zaman ini menuntut apa ? Tidakkah ia menuntut adanya seorang mushlih ? Kemudian, perhatikanlah janji-janji pertolongan dan bantuan yang Ilahi berikan pada saya jauh sebelum ini. Dan semua itu telah sempurna. Ringkasnya tatkala seluruh perkara itu disimak secara bersamaan, kemudian tetap saja tidak percaya, maka sampai kapan pun dia tidak akan percaya. Tentang orang-orang yang bersikeras seperti itu, ada ucapan Nabi Isa as yakni ; orang-orang yang berbuat haram, menuntut mukjizat dariku. Tetapi kepada mereka tidak akan ditampakkan suatu mukjizatpun.

Jadi hendaknya takutlah terhadap turun-temurun, tradisi dan ikatan akidah-akidah. Itu tidak ada artinya. Manusia pun tidak memperoleh ketentraman dari itu. Nur yang turun dari langit, itulah yang memberi ketentraman hakiki {Al-Badr, Jilid II, No 48, hal 383-384}.file/mubarak Ahmad