Masih dan Imam Mahdi bukanlah dua tokoh yang berbeda, melainkan yang dimaksud adalah satu orangnya. Mahdi itu artinya orang yang memperoleh petunjuk. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa Masih yang dijanjikan itu bukanlah Imam Mahdi. Apakah Mahdi itu Masih atau tidak, bukanlah tugas orang-orang Islam untuk mengingkari ke Mahdian sang Masih.
Sebenarnya Allah Ta’ala menggunakan kedua kata tersebut sebagai tameng bagi caci-makian, bahwasannya dia itu bukanlah seorang kafir, sesat maupun menyesatkan. Melainkan dia seorang ‘Mahdi’ (yang dapat petunjuk). Sebab Ilahi mengetahui bahwasannya Masih dan Mahdi yang akan datang itu bakal dikatakan dajjal dan sesat. Untuk itulah dia dinamakan Masih dan Mahdi.
Kaitan dajjal itu adalah dengan ‘Akhladailal ardhi’- condong ke bumi. (Al-A’raf : 177), sedangkan Masih itu rafa’ samawi (naik). Jadi apa-apa yang telah diinginkan oleh Allah Ta’ala, kesemuanya itu akan sempurna hanya di dalam dua zaman.
Yang pertama di zaman Beliau (Rasulullah saw) dan yang kedua di zaman Masih dan Mahdi. Yakni di satu zaman telah turun Al-Qur’an serta serta ajaran yang benar. Akan tetapi ajaran ini telah diselubungi tabir pada zaman keburukan. Dan telah ditetapkan bahwa tabir penyelubung itu akan disibakkan pada zaman Masih. Sebagaimana difirmankan bahwa rasulullah saw telah melakukan pensucian diri terhadap sebuah jemaat yang ada pada masa itu. Yakni jemaat para sahabah. Dan yang satu lagi adalah terhadap jemaat yang akan datang, yaitu yang mengenai mereka telah dikatakan ‘Lamma yalhaqu bihim’ (Al-Jum’ah : 4).
Nyatalah bahwa Ilahi telah memberikan khabar-suka bahwasannya Dia tidak akan membiarkan agama ini punah pada zaman kesesatan. Bahwa Ilahi akan membukakan rahasia-rahasia kebenaran Al-Qur’an pada zaman yang akan datang diantaranya adalah Masih yang akan datang itu mempunyai suatu kelebihan bahwa dia memiliki pemahaman dan makrifat yang mendalam sekali tentang Al-Qur’an. Dan dengan hanya merujuk kepada Al-Qur’an dia akan memperingatkan orang-orang tentang kesalahan-kesalahan yang timbul dikalangan mereka karena tidak mengenal rahasia-rahasia kebenaran Al-Qur’an. {Pidato pertama Hadhrat masih Mau’ud as pada jalsah salanah 25 Desember 1897}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar